16 Hilangnya Marisa

24 6 2
                                    

Seruni duduk gelisa. Ia mengetuk jarinya keatas permukaan meja tepat disamping tumpukan buku catatan yang telah selesai ia pakai sejak beberapa menit lalu.

Bibirnya ia gigit tanpa sadar sambil menyelam dalam pikiran yang menghantui soal hilangnya Marisa.
Ia membaca lagi isi pesan yang dikirim kepadanya.

Icahmu aman !
Selama polisi tak terlibat maka dia akan baik-baik saja. Dan jika melapor, Icahmu akan segera ku kembalikan Tapi.... Tanpa nyawa yang menyertainya 😈

Seruni paham itu mungkin bukan Marisa. Saat ia mencoba menelpon kesana, tidak ada jawaban apapun dari sana selain suara operator yang mengatakan bahwa nomor itu sedang berada diluar jangkauan.

Napas gusar berhembus untuk kesekian kali.  Belum selesai tentang semua itu, Daniel malah hadir. Jelas ini menambah masalah.

"Apa sih lo !?" Tanya Seruni pada Daniel yang tahu-tahu sudah duduk dikursi depan menghadap kearahnya.

"Emmpt—"

"APA ?!" Timpal Seruni memotong deheman Daniel yang menghela-hela.

"Ngajak lo bareng," jelas laki-laki itu. Sebelah alisnya terangkat.

"Nggak perlu !" Seru Seruni tidak setuju.

"Lo harus nurut !"

Semanis apapun Daniel meminta belum tentu Seruni terhipnotis dengan ajakan itu. Apalagi ini. Kalimat itu lebih terdengar sebagai sebuah paksaan. Jadi wajar jika Seruni menolaknya.

Seruni menatap Daniel lantas berkata dengan penuh penekanan. "NGGAK...USAH !"

"Serius ?" Tanya Daniel. "Gue tau lo harus pergi ketempat yang mungkin, bisa lo temuin Marisa disana. Dan gue tau, lo butuh tumpangan buat kesana."

"Nggak usah ikut campur !" Hardik Seruni. "Ini urusan gue."

"Gue denger tadi lo nelpon bokap Marisa, kan ?"

Seruni semakin naik pitam. Cukup ! Itu bukan rananya Daniel untuk tau segala alur kejadian yang Seruni alami.

"Argh... lo nggak berhak ikut campur urusan gue !"

"Lo udah janji kebokap Marisa buat bantu nyariin anaknnya," giliran Daniel untuk mengingatkan.

"Dan itu, nggak ada hubungannya sama lo !" Sahut Seruni kian berbusa.

"Lo teman Marisa, jadi Marisa teman gue juga." Timpal Daniel memberi pemahaman. "Lo mau naik-turun angkot...bis...atau apa ? Diluar lagi rame." Seruni hanya terdiam.

"Belum tentu lo bisa bebas kesana-kemari buat nyariin. Yang ada, niat lo malah percuma. Gue nawarin lo buat pergi bareng biar leluasa nyarinya. Lagian, nerima tawaran gue apa susahnya, sih? Niat gue tuh baik loh. Walaupun lo udah bilang kalau muka gue kagak ada baik-baiknya dimata lo, yang perlu lo liat itu cukup keikhlasan dari hati gue. Aaaakkhh... Udah ah. Mending beresin buku-buku lo, nih, taro yang rapih biar nggak kececer." Ucap Daniel mengakhiri penjelasan panjangnya sembari menyodorkan susunan buku-buku yang ada diatas meja kepada Seruni untuk selanjutnya disimpan kedalam tas milik gadis itu.

Seruni menurut saja. Entah dorongan apa, namun jika ditelaah dengan baik, perkataan Daniel memang ada benarnya.

"Yaudah jalan !" Perintah Seruni pada akhirnya. Ia menyuruh Daniel untuk jalan lebih dulu setelah semua barang-barangnya selesai ia simpan.

Mereka berjalan dengan jarak berjauhan. Daniel yang sudah didepan dan Seruni yang sengaja berlama-lama agar supaya mereka tidak berdekatan.

Tepat didepan pintu, hadangan Cantika berhasil menghentikan langkah kaki Seruni. Dengan tidak sopan, perempuan itu membentangkan kaki. Beruntung Seruni sempat melihat dan masih bisa mengantisipasi hingga ia bisa menghindar darinya.

Alfa & Seruni ???Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang