Seperti tita Daniel semalam, begitulah yang terlaksana sekarang. Laki-laki itu tengah menunggu sambil duduk tenang di atas jok motor kesayangannya sembari mengetuk-ngetuk helm yang ia khususkan untuk seorang Seruni. Gadis yang semalam telah resmi menjadi pacarnya.
"Selamat pagi bunda," sapa Daniel hangat dengan nada menggoda. Dari sini ia dapat melihat kedatangan Seruni yang tengah berjalan keluar—mendekat kearah pagar.
Rasanya selalu sama kala melihat pesona gadis itu meski ia tahu pertemuan-pertemuannya dengan Seruni memang tidak semenyenangkan yang ia harapkan. Sifat penolakan yang lantang dari gadis itu jelas melemparnya jauh terpental tapi tidak membuatnya lantas menemukan alasan untuk tidak kembali. Hingga tak beberapa lama, Seruni sudah berhasil menutup kembali pagar putih khas kediamannya itu.
Pletak !!
"Bunda-bunda pala lo !!" Geplakkan tangan Seruni tepat mengenai sebelah lengan Daniel yang bertengger santai bertopang pada helm yang sedari tadi ia mainkan.
"Auwh! Sakit Uni sayang," ucap Daniel seraya meraih tangan Seruni yang tadi memukul lengannya.
"...yang kepala tuh ini. Tadi itu, lengan namanya." Koreksi Daniel.
Pletak !!!
Bunyi geplakan terdengar lagi tepat setelah Seruni memukul kepala laki-laki itu.
"Hehe," ucap Seruni sambil menyengir lebar. "Sorry tadi gue salah geplak."
"Maaf ya gue nggak sengaja!" Lanjutnya lagi seraya mengambil helm yang sedari tadi tidak mendapat perhatian.
"Iya nggakapa-apa kok bun," jawab Daniel santai. Matanya tak lepas dari apa yang Seruni lakukan. Mulai dari mengambil helm hingga memakai benda tersebut.
"Lagi lo panggil gue bunda, gak jadi gue berangkat bareng lo dasar kakek-kakek!" Ancam Seruni.
"Eh, eh jangan. Kok kakek-kakek sih, orang cakep kek gini...Iya-iya nggak manggil bunda lagi, beneran. Sumpah !"
Seruni tak menanggapi, ia memilih diam lalu naik ke jok belakang tanpa mengucapkan apapun.
***
Suasana di SMA Paramitha sudah mulai terlihat ramai. Area tempat parkir mulai dipenuhi kendaraan baik itu mobil atau kendaraan roda dua. Dan Sesampainya mereka di area parkiran, Seruni dan Daniel mulai kembali terlibat keributan. Penyebabnya sepele. Daniel ingin mengantar Seruni hingga ke kelasnya sedangkan Seruni menolaknya dengan dalih dia bisa sendirian.
"Pokoknya harus gue anterin." Paksa Daniel dengan genggaman yang ia eratkan pada tangan Seruni.
"Nggak usah ! Pokoknya nggak usah ! Gue bisa kok ke kelas sendirian,"
"Astaga Uni, cuman nganter doang gue nggak bakal bikin kerusuhan," Debat mereka disela-selah langkah mereka yang mulai menjauh dari area parkiran.
"Woi,woi , enak banget ya pagi-pagi udah gandengan." Celetuk seorang Mahardika yang entah datang dari arah mana.
"Diam! Nggak usah banyak ngomong!" Suara Daniel terhitung sebagai peringatan.
"Ya gue nggak terima aja, masa tangan gue bergelantuangan udeh kayak timun lemes. Sedangkan Lu, masih pagi udah dapat kehangatan."
"Hueek. Tai si dika , masih pagi ngurusin tangan. Noh otong lo tuh yang ngegantung. Dasar ! ganggu orang lagi kasmaran aja lo." Siapa lagi itu kalau bukan suara Ravello Olevar. Ia menyusul di belakang sambil berlari pelan. Mahardika dengan kejam telah meninggalkannya di mobil saat mulai memasuki gerbang dan dengan tega menyuruhnya untuk menaruh mobil itu keparkiran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alfa & Seruni ???
Mystery / ThrillerTerbangun dalam keadaan terikat di bangku berkarat dalam sebuah gedung tua yang menyeramkan ! Membuat Seruni begitu merasa ketakutan. Darah yang menetes dari hidungnya menyisakan rasa perih yang tidak bisa ia tahan. Ditengah ketakutan, sese...