Rachel memasuki kelasnya dengan dua buah buku tipis di tangannya.
"Loh, kalian lagi ngapain?". Tanya Rachel melihat ketiga pria yang kemarin dijumpainya tengah sibuk dengan buku masing masing.
"Gue belum selesai Fisika, Chel". Ucap Salman tanpa melihat Rachel.
"Kamu juga belum?". Tanya Rachel menatap Ciel.
Ciel bergumam tak jelas, pria itu benar benar kalut saat tau pekerjaan rumahnya belum selesai.
"Kalian liat di buku siapa?". Tanya Rachel mendudukkan dirinya sambil melepas topinya.
"Buku Indra". Jawab Fajar.
Rachel menggeleng pelan, padahal tugas Fisika sangat banyak. Apalagi mengingat gurunya termasuk jejeran guru killer.
"Padahal belum sebulan masuk sekolah udah dikasih tugas banyak". Ucap Salman kesal.
Sekitar lima menit kemudian bel pertanda dimulainya jam pelajaran berdering nyaring ke seluruh penjuru sekolah.
"Yah, gue belum selesai". Ucap Ciel panik.
"Yaa... Paling cuma keliling lapangan lima kali". Ucap Rhys yang sejak tadi duduk memperhatikan mereka berempat.
"Pelajaran pertama Kimia". Ucap Rachel.
"Masih ada waktu sedikit lagi". Lanjut gadis itu.
Salman dan Fajar berdiri setelah menutup bukunya.
"Gue selesai, bye~". Keduanya kembali ke kursi masing masing.
Rhys tertawa pelan, melihat raut frustasi dari Ciel.
Ciel mengacak surainya dengan kesal, pria itu menutup wajahnya frustasi.
"Bodo ah! Gue mau bolos aja!". Ucapnya benar benar kesal.
"Kheemm". Rachel dan Rhys berdehem bersamaan.
Ciel lagi lagi mengacak surainya kesal.
"Gimana ini?!". Ciel membanting bukunya membuat suara cukup nyaring, bahkan beberapa teman sekelasnya sampai menengok ke arahnya.
Rachel mengusap punggung Ciel dengan hati hati.
"Sabar, masih ada waktu dua jam". Ucapnya lembut.
"Gue cape, Chel!". Suara Ciel terdengar putus asa. Ciel merasa ingin menangis saat itu juga.
Rachel mengusap bahu kokoh Ciel dengan senyuman lembut.
"Tinggal dua lembar lagi, ayo semangat!". Rachel menyemangati.
Gadis itu menyenggol kaki Rhys. Rhys tersenyum tipis dan ikut menyemangati.
Dengan malas Ciel kembali meraih pulpennya dan mulai menulis.
Tepat saat bel pergantian jam pelajaran, tugas Ciel selesai semua.
"Nah, udah kan?". Tanya Rachel.
"Hm". Ciel mengangguk dengan wajah sedikit memerah. Merutuki dirinya sendiri lantaran sempat mengamuk kecil tadi.
Rachel mengelus kepala Ciel dengan lembut, sejenak pria itu terdiam.
"Anak pintar!". Ucap Rachel masih mempertahankan senyumannya.
Wajah Ciel memerah sempurna mendengar ucapan Rachel, bisa bisanya Rachel mengatakan hal tadi kepadanya yang sudah remaja.
Rachel tertawa pelan, menurutnya wajah Ciel saat memerah pria itu terlihat menggemaskan.
"Haha, kamu gemesin kalau mukanya merah". Ucap Rachel spontan.
Ciel merasakan hidungnya hangat, sial! Jika seperti ini terus mungkin Ciel akan kehabisan darah karna terus mimisan.
"Ahahahaaa!!". Rachel tertawa lagi melihat wajah Ciel bertambah merah.
Kedua tangannya terulur.
Saat itu pula Ciel merasa akan pingsan jika saja ia lemah.
Kedua tangan Rachel mencubit pipi Ciel dengan gemas, menggoyangkannya kekanan kiri.
"Hey, tolong bilang orang tuanya, boleh ga sih karungin anak satu ini?". Rachel tertawa mendengar ucapan konyolnya.
Ciel menutup wajahnya dengan buku tulisnya, demi apapun pria itu merasa malu.
Apalagi telinganya mendengar suara tawa dari Fajar dan Salman, jangan lupakan Rhys yang juga ikut menonton.
"Ciel gemesin!!"
476 words, males banget😭😭
Tapi pengen up
Haha, byeee~
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketua Kelas! (End)
RandomIstilah cinta pada pandangan pertama itu benar adanya. Ciel tak menyangka, gadis yang tak sengaja tersenyum padanya menjadi ketua kelasnya dan malah berakhir menjadi kekasihnya. Tentang senyumnya yang begitu cantik, tutur katanya yang lembut serta s...