21. Regan Slide

323 34 3
                                    

"Ibu, kita mau kemana?". Anak berusia empat tahun itu bertanya dengan nada lugu.

Wanita dengan wajah cantik itu tersenyum, ia mengelus kepala putranya dengan sayang.

"Stttt, sebentar lagi ya sayang ". bisiknya pelan.

"Abang Egan lapar ngga?".

Anak itu mengangguk, bagaimanapun juga ia lapar.

"Tunggu sbentar ya, abang makan roti aja dulu". Regan menerima roti dari ibunya.

"Adek ngga makan? Ibu juga ngga?". tanyanya dengan nada polos. Apalagi ketika melihat sang adik yang tertidur pulas di pangkuan ibu.

wanita itu tak melunturkan senyumnya.

"Adek makan bubur, abang. Ibu juga udah makan, kok". Ucapnya lembut

Regan tersenyum hingga gigi giginya yang  tersusun rapi terlihat, lucu.

"Makasih, ibu". ucapnya senang.

###

"Wah, salju". Regan berlari dengan girang.

"Ibu! Salju!!". kedua kaki mungilnya bergerak menelusuri rumah yang sedikit tertutup salju.

Mata sekelam malam itu mengerjap pelan. Kenapa dia, adiknya, dan ibunya kesini?

"Abang! Minum coklat hangatnya!"

Regan mengangkat bahunya, pria itu memilih masuk menghampiri ibu dan adiknya.

-o0o-

Matanya melirik tajam ke segala arah, tubuh kekar nan tinggi itu berdiri termenung didepan kedai mie ayam yang cukup teerkenal.

"Permisi, tolong jangan halangi jalan!".

Kepalanya menoleh, saat itu pula pupil matanya melebar.

"Vano?!". Gumamnya tak percaya

Vano mengerutkan keningnya bingung.

"Kamu kenal saya?". Tanyanya heran.

"KAK VANO!! CEPETAN!!".

Dua pria berbeda usia itu menoleh, Rachel dengan kekesalan yang memuncak hingga ubun ubunnya.

"Cepet!". Ucapnya kesal, mau tak mau Vano masuk ke kedai dan membantu untuk bersiap siap buka.

Rachel beralih menatap pria tinggi itu dengan bingung.

"Ummm, permisi...". ucapnya pelan, pria itu hanya terdiam kaku dengan wajah kaku.

"Eh, ya? hum?". Sahutnya kikuk.

Rachel menghela nafas pelan.

"Kakak orang baru di sini?". Tanya Rchel menatap sosok didepannya penasaran.

Pria itu mengangguk. Heh, dia tau betul seluk beluk tempat ini, usianya sudah tujuh belas tahun.

"Kenapa ga pulang aja? Kalau mau mampir ke kedai, silahkan". Rachel tersenyum lebar sebelum kembali memasuki kedai.

Regan menahan nafasnya sejenak, pria itu menatap punggung Rachel yang nampak kecil.

"Rachel". Gumamnya lirih.

"Oh, sudah datang?. Regan membalikkan tubuhnya.

"Rhys?"

Rhys tersenyum miring, pria itu mendekat lalu menepuk pundak Regan pelan.

"Halo, anak sulung keluarga Sergio". sapanya dengan senyuman.

keduanya saling melempar tatapan tajam.

"Anak sulung?".

Rhys langsung menoleh.

"Ciel". gumamnya pelan.                                         

TBC

Ketua Kelas! (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang