24. Brother

337 32 0
                                    

"Rachel, waktunya makan malam!". Nami membuka pintu kamar Rachel pelan pelan, menghampiri gadis itu yang tengah berkutat dengan pensil dan bukunya di meja belajar.

"Iya, sedikit lagi". Ucap Rachel tanpa menoleh.

Nami menggeleng pelan, Rachel terlihat begitu serius.

"Makan dulu, ada Rhys di bawah". Ucap Nami membujuk.

Rachel akhirnya menyerah, menyimpan pensilnya dan berjalan turun ke lantai bawah bersama Nami.

"Selamat malam". Rachel duduk di kursinya.

"Ada kakak juga?". Bingung Rachel melihat teman Rhys.

"Ga usah cerewet, deh". Rhys menatap Rachel malas.

Gadis itu memutar bola matanya, ia lebih memilih meminum susunya yang sudah disiapkan Nami.

"Makan yang banyak, badan kurus gitu!". Sindir Rhys, bukan tertuju pada Rachel, tapi lebih ke arah ayah Rachel.

Rachel bergumam lirih.

"Bagaimana sekolah kamu?". Tuan Sergio membuka pembicaraan.

"Baik, Minggu depan pengambilan nilai tengah semester". Jawab Rachel tanpa menatap ayahnya.

"Oh, ya? Les privat? Les rutin? Lancar?".

Rachel terdiam, ia terlalu sering bermain dan membantu kakeknya, sampai jarang mengikuti les.

"Y-ya, uuhm, lancar kok". Jawabnya kikuk, mungkin ia besok akan langsung masuk les.

Diam diam Rhys tertawa, pria itu tau betul jadwal les Rachel, pengecualian untuk les privat.

"Kamu sudah daftar masuk klub bahasa asing?". Rachel menggeleng.

"Belum, rencananya besok sama Rhys". Jawabnya seadanya.

Tuan Sergio mengangguk, pria paruh baya itu melanjutkan acara makan malam dengan tenang.

-o0o-

Sekarang keempat orang beda usia itu duduk di sofa ruang keluarga.

"Ada yang mau dia bicarakan dengan kamu, lebih baik di bicarakan di ruang santai".

Rachel menatap Ayahnya dan Regan bergantian.

"Ada apa?". Ucapnya polos.

Melihat raut polos Rachel, membuat Regan tak tega, ia merasakan hatinya teriris.

"Udah, sana aja! Biar lebih enjoy!". Rhys mendorong Rachel dan Regan menuju ruang santai.

Mendengus kesal, Rachel duduk di sofa dan menyamankan tubuhnya. Regan menyusul dengan duduk di samping Rachel.

"Kenapa?". Tanya Rachel tanpa menatap Regan, ia lebih memilih menghidupkan televisi.

Regan menghela nafas panjang, pria itu memejamkan matanya.

"Kamu bukan anak tunggal, tapi anak bungsu".

Tak!!

Remote di genggaman Rachel terjatuh begitu saja.

"Maaf tapi, kakak siapa ya? Apa hubungannya sama status Rachel di keluarga ini?". Rachel sedikit menjauh.

Regan meraih kedua tangan Rachel.

"Aku, Regan Allerio Sergio, kakak kamu! Anak sulung keluarga Sergio". Ucapnya berbisik.

Rachel berdiri membuat genggaman tangan Regan terlepas.

"Kakak jangan bohong! Rachel anak tunggal! Ayah, Kakek, Vano, Nami, Rhys, semua orang bilang Rachel anak tunggal!". Rachel bergerak mundur ketika Regan berdiri.

Ketua Kelas! (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang