Satu tahun kemudian
"Masih sama seperti semester satu, juara satu diraih oleh Rachelia, kedua juga Talitha, ketiga kali ini Rhys, keempat Ciel. Itu saja dari saya, untuk peserta didik saya, sampai jumpa di lain kesempatan!"
Rachel bertepuk tangan sambil tersenyum lebar, ia melirik Ciel yang duduk di kursi sebrangnya bersama sang ayah, ia juga duduk bersama ayahnya.
"Pasti wali kelasnya bapak lagi, waktu kenaikan kelas sepuluh aja gitu!" Celetuk Wira kesal.
Vano terkekeh ringan, ia tidak bisa meninggalkan kelasnya, ada Rachel di sana.
"Pak, ada acak kelas 'nggak?" Tanya Talitha sambil mengangkat tangannya.
Vano berdehem lalu membenarkan letak kacamatanya.
"Tentu saja ada, kelasnya akan diberi tahu ketika masuk sekolah setelah kalian libur panjang." Ucapnya menatap seluruh manusia di kelas.
-o0o-
"Congrats, ya!" Rachel memeluk Talitha yang nampak puas dengan hasil rapotnya.
"Lu juga congrats, ya? Yang lain juga, gue duluan, bye byee!!" Talitha berlari meninggalkan mereka semua, ia akan bertemu dengan kedua orang tuanya.
Rachel tersenyum tipis, melihat punggung Talitha yang mulai mengecil, menghilang dari pandangannya.
"Mau ketemu ibu?" Regan menepuk kepalanya.
Rachel mendongak, tersenyum lalu mengangguk antusias.
"Yang lain, gue sama Rachel duluan, ya?" Regan pamit undur diri.
Keduanya memasuki mobil yang sudah di isi Vano dan ayah.
"Ayah, Regan sama Rachel mau ke makam ibu dulu!" Ucap Regan pelan.
"Hm, Vano! Bawa mobil ketempat pemakaman!"
-o0o-
Rachel bergerak gelisah, ia mengeratkan pelukannya pada Regan, bahkan melingkarkan kakinya di pinggang pria itu.
"Kenapa sayang?" Regan mulai terganggu.
"Dingin!" Suara Rachel terdengar bergetar.
Regan melepas kaosnya, ia menenggelamkan Rachel pada pelukannya. Penghangat ruangan rusak, tapi udara begitu menusuk kulitnya.
"Dingin, kak!" Suaranya semakin bergetar.
Rachel sepertinya memang tidak bisa di ajak terlalu lama di ruang yang dingin. Padahal dua selimut malah membuatnya sedikit kepanasan.
"K-kakak!" Rachel terus merengek.
Regan memeluk erat tubuh Rachel, ia berfikir keras, di kamarnya tidak ada penghangat ruangan, hanya ada AC.
"Regan, bawa ke kamar ayah saja, di sana penghangatnya masih bekerja."
Regan menatap ayahnya sedikit heran, namun ia tetap menurut, menggendong tubuh Rachel lalu membawanya ke kamar sang ayah.
Saat pintu terbuka, wangi maskulin yang pekat menyapa indra penciumannya. Regan membaringkan tubuh Rachel di kasur dengan perlahan.
Hangat, Rachel menyamankan tubuhnya lalu tertidur pulas. Regan tersenyum, mencium kening Rachel dengan lembut.
"Regan ke kamar." Ucap Regan pada sang ayah.
Sergio menghela nafas, duduk di kasurnya, menatap putri bungsunya yang terlihat damai dalam tidurnya.
Tangannya terulur, mengelus rambut Rachel yang terasa halus di tangannya yang kasar.
"Maaf..."
-o0o-
Rachel membuka matanya perlahan, aaaa! Jam berapa sekarang?
"Sudah bangun?"
Rachel langsung menoleh, ayahnya berjalan ke arahnya dengan pakaian yang rapi.
"Cuci muka lalu makan, ini sudah hampir siang!" Sergio tersenyum.
Demi apapun, Rachel belum pernah sekalipun melihat senyuman tulus dari sang ayah yang berwajah arogan itu.
Rachel bangun, ia baru sadar kalau dirinya bukan di kamarnya.
"Ayah harus ke kantor, makan siang kita ke restoran, bersama kakak!"
Tuan Sergio menunduk, mencium lembut kening Rachel yang tertutup poninya.
Rachel membeku, bahkan ketika ayahnya sudah keluar dari kamar.
Apakah yang tadi itu ayahnya?
TBC
Sebenernya sy sudah siapin banyak part, sampai ending, tinggal publish😩🙏🏻
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketua Kelas! (End)
RandomIstilah cinta pada pandangan pertama itu benar adanya. Ciel tak menyangka, gadis yang tak sengaja tersenyum padanya menjadi ketua kelasnya dan malah berakhir menjadi kekasihnya. Tentang senyumnya yang begitu cantik, tutur katanya yang lembut serta s...