"Ini, bekal sama minum sudah masuk ke dalam tas, vitamin juga sudah, terus apa lagi? Ah obat!—
Rachel memutar bola matanya malas melihat Nami yang berkeliaran di kamarnya menyiapkan kebutuhan sekolahnya.
"Kenapa belum pake almamater nya?!". Nami bergegas membuka lemari dan memakaikan almamater pada Rachel.
"Ayo! Supir sudah menunggu".
Rachel mengangguk dan berjalan keluar mansion menuju mobil yang sudah siap.
"Kalau bekalnya kurang minta ke Vano aja! Dia bawa lebih!". Nami memesan.
"Kalau bisa ga usah ikut upacara, jangan kecapean, jangan makan makanan apapun jangan—
"Iya Nami!". Rachel memotong ucapan wanita itu.
Ia melambaikan tangannya sebagai salam perpisahan.
-o0o-
"Cepetan! Bentar lagi upacara dimulai!". Rachel menarik tangan Talitha dan Ica, membawa keduanya menuju lapangan upacara
"Lu ga usah upacara, bangke!". Talitha menahan tangan Rachel.
Gadis itu juga menghentikan langkahnya membuat Rachel tak bergerak.
"Why?". Tanya Rachel bingung.
"Kan lu baru aja keluar rumah sakit!". Kata Talitha.
Rachel mengernyit bingung.
"Baru aja? Ngga lah! Aku keluar rumah sakit kemarin". Ucapnya dengan wajah polos.
Ica memijat pelipisnya yang tiba tiba terasa berdenyut.
"Udahlah, nanti juga ada petugas PMR atau OSIS yang jaga". Gadis itu meninggalkan Rachel dan Talitha.
###
"Sayang! Lu di depan bodoh, lu tinggi!". Fajar mendorong punggung Ciel yang terus mundur menabraknya.
"Rachel? Gampang! Gue yang jagain!"
"Ih! Ngotot amat lu, terserah gue dong!". Ucap Ciel kesal.
Salman memutar bola matanya malas, pria itu melirik Rhys yang dengan santai mengunyah permen karet.
"Mereka emang kaya gitu?". Rhys meludahkan permen karetnya ke sembarang arah.
Salman bergumam pelan, ia melirik ke arah Rachel yang sedang mengobrol bersama Talitha.
"Dia..." Gumamnya pelan.
"Siapa?". Tanya Rhys kepo
Salman menggeleng, matanya melirik ke arah kanannya.
"Siapa? Talitha? Annisa? Atau Rachel?". Rhys
masih kepo.Salman tertawa aneh, dia menatap ke depan, ke arah petugas upacara yang sedang melakukan tugasnya.
"Undang Undang Dasar..."
"Ngga anjir, sad ending!"
"Mana ada! Orang endingnya mereka nikah"
Salman mendesis mendengar percakapan Ciel da Fajar.
"Hubungan Fajar sama Rachel, apa?". Tanya Salman tiba tiba.
Rhys tertawa.
"Sama kaya gue ke Rachel". Ucapnya dengan senyuman yang begitu bersinar.
"Ya apa? Yang jelas!". Salman mendesak.
Lagi lagi Rhys tertawa.
"Kita sahabat waktu kecil". Ucapnya singkat.
Salman dengan otak pintarnya, langsung mengerti apa yang dikatakan Rhys.
"Cih, suram". Ucapnya datar.
Rhys tertawa untuk ke sekian kalinya.
"Lebih suram dari pikiranmu". Ucapnya misterius.
-o0o-
Ciel menatap wajah Rachel yang begitu serius.
"Ini dapet lima dari mana?". Tanya Ciel.
"Itu kan tiga akar empat, ditambah dua akar empat, yang dijumlah yang diluar akarnya doang, jadi lima akar empat, nah kalau yang dua akar tiga tambah dua akar empat ga bisa, akarnya beda". Rachel menjelaskan.
Ciel mengangguk paham, pria itu meringsek lebih dekat hingga nafasnya menabrak pipi Rachel.
"TERUS INI DAPET DELAPAN DARI MANA? DUA PANGKAT DUA KAN DUA BELAS?!".
Fajar berteriak dan duduk didepan keduanya dengan buku tebal di tangannya.
"Mana ada, ngaco."
"Budek? Panggilan km seluruh kelas!". Ucap Rhys kesal.
Rachel mengangkat kedua alisnya.
"Iyakah?". Gadis itu berdiri membiarkan tangannya ditarik pelan oleh Rhys.
Salman mendekat, bersandar di meja dengan tangan terlipat.
"Apa?". Tanya Ciel to the point.
"Ngga ada, cuma mau liat pohon itu". Salman menunjuk pohon yang terlihat di jendela dengan dagunya.
"Kalau ditebang bakalan panas ga? Kalau di ganti pohon baru gimana?". Tanya Salman terus menatap pohon itu.
Ciel tertawa kecil.
"Ga bisa, Mon! Ditebang panas dan pasti hancurin kelas ini, orang besar gitu. Kalau diganti bakalan lama, lama banget". Ucapnya seadanya.
Fajar terdiam, ia melihat Ciel dan Salman.
"Kalian...
To be continued
Ini Rachel🐭
Ini Ciel🙄
YASSALAAAMM ANAK PELIK NGAPA GINI?🚴🏻♀️
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketua Kelas! (End)
AcakIstilah cinta pada pandangan pertama itu benar adanya. Ciel tak menyangka, gadis yang tak sengaja tersenyum padanya menjadi ketua kelasnya dan malah berakhir menjadi kekasihnya. Tentang senyumnya yang begitu cantik, tutur katanya yang lembut serta s...