32. Sakit

471 32 1
                                    

"Ciel mana?"

Pertanyaan itu terlontar dari mulut Rachel. Pasalnya, sekitar lima menit lagi bel akan berbunyi namun pria itu tak kunjung datang.

"Eh? Gue belum ngomong, ya? Ciel sakit, badannya panas." Wira menyahut, menatap Rachel sekejap.

Rachel mengerutkan keningnya.

"Terus, sekarang dia di mana?" Tanya Rachel langsung.

"Di apart, orang tuanya ke luar negeri, Shasa juga ikut." Gumam Wira, cukup kasihan dengan temannya yang polos itu.

Rachel langsung berdiri dan meraih tasnya.

"Tha, aku mau bolos!" Ucapnya lalu berlari tanpa mempedulikan yang lain.

-o0o-

Panas.

Itu yang di rasakan Ciel, pria itu bergerak gelisah di kasurnya, kepalanya benar benar pening, dunia serasa berputar.

Ia bisa merasakan langsung hawa panas dari tubuhnya, benar benar panas.

"Rachel..." Gumamnya lirih.

Ciel berusaha tertidur, namun saat memejamkan mata, lingkaran berputar malah membuatnya tambah pusing.

"Rachel..." Ah! Ia butuh Rachelnya saat ini.

Ciel berguling ke kanan, pria itu benar benar tak bisa apa apa selain berbaring.

"CIEL!!"

Ciel langsung membuka matanya mendengar suara familiar di telinganya.

"Rachel!" Ucapnya lemas.

Rachel langsung berlari memeluk Ciel yang balas memeluknya erat.

Terisak pelan, Ciel memeluk Rachel erat erat meski tak seerat yang ia bayangkan.

"Badan kamu panas, aku siapin kompres dulu!" Rachel berdiri dan berlari menuju dapur.

Gadis itu meraih baskom kecil dan mengisinya dengan air dingin. Kembali lagi ke kamar, Rachel meraih handuk kecil.

Rachel menyimpan handuk yang sudah di peras dengan air dingin itu di kening Ciel.

Ciel menatap kekasihnya dengan tatapan sayu, pria itu menggenggam erat tangan Rachel, bermaksud agar gadis itu tak pergi.

"Di sini, temenin." Bisiknya, Rachel mengangguk, ia mengelus pipi Ciel dengan hati hati.

Rachel mengelus rambut Ciel yang lepek karena keringatnya, bahkan bajunya basah.

"Rachel..."

"Suttt, aku di sini." Rachel berbisik pelan.

Ciel tertidur pulas masih dengan menggenggam erat tangan Rachel.

Ia tak percaya, rela bolos meninggalkan pelajaran demi Ciel yang tengah sakit parah. Tak apa, Rachel peduli pada Ciel.

-o0o-

Ciel menyentuh handuk di keningnya, lalu melemparnya ke sembarang arah, ia menatap ke sisinya.

Kosong.

"Rachel?" Gumamnya bingung.

Dengan susah payah Ciel turun dari kasurnya.

"Rachel." Ucapnya lirih.

Dengan tertatih tatih pria itu berpegangan pada tembok.

"Racheeelll....hiks!" Ciel mulai prustasi.

"Racheeelll!" Suaranya meninggi.

Ciel menutup matanya dengan lengan, ia tak ingin menangis!

Tapi, dimana Rachelnya?

Ia tak mau sendirian, Ciel mau Rachel...

"Racheeelll!!" Ucapnya lirih, masih dengan Siak tangis yang terdengar jelas.

"Hei, hei! Aku di sini, Ciel!"

Dari arah dapur Rachel berlari lalu menghampiri Ciel yang jongkok di dekat sofa.

Ciel mengangkat wajahnya, sisa sia air matanya terlihat jelas di pipinya yang tirus.

"Shuutt, aku 'ngga kemana mana, sayang!"

Rachel segera memeluk Ciel. Ia tak tega melihat raut wajah sedih dari Ciel.

Ciel mendusel di leher Rachel, memeluknya erat erat.

"U-udah di sini, jangan kemana mana!" Ucapnya merengek.

Rachel mengelus punggung Ciel lembut, mengecup keningnya pelan.

"Makan? Aku bikin bubur." Rachel merapihkan rambut Ciel.

Ciel sedikit menjauh, menatap Rachel lekat lekat.

"Iya, tapi ikut!" Ucapnya cepat.

Rachel mengangguk, ia membantu Ciel berdiri.

"Ayo, tunggu di meja makan, ya?" Rachel mendudukkan Ciel di kursi meja makan.

Ciel terus menatap pergerakan Rachel, takut takut gadis itu menghilang lagi.

"Ini, mau makan sendiri——

"Suapin!" Potong Ciel menatap Rachel dengan tatapan memohon.

Rachel menghela nafas sabar, ia duduk di samping Ciel, mengaduk sejenak semangkuk bubur di tangannya.

"Ini, aaaaa———

Ciel membuka mulutnya, menerima suapan Rachel.

Rasa buburnya beda. Biasanya bubur yang ia makan ketika sakit akan terasa hambar dan pahit. Tapi kali ini bubur yang dibuat Rachel begitu pas di lidahnya hingga bubur itu habis.

"Ayo ke kamar lagi!" Ajak Ciel menarik pelan tangan Rachel.

"Iya."

Rachel lagi lagi hanya bisa mengelus rambut Ciel yang terasa lebat, ia menatap wajah Ciel yang begitu damai tidur dalam pelukannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Rachel lagi lagi hanya bisa mengelus rambut Ciel yang terasa lebat, ia menatap wajah Ciel yang begitu damai tidur dalam pelukannya.

"Jangan pergi..." Ciel mengeratkan pelukannya ketika merasakan pergerakan Rachel.

"Ngga, aku cuma mau nyamping." Rachel mengelus pipi Ciel.

"Tidur lagi, supaya cepet sembuh!"

TBC makasih babay

Ketua Kelas! (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang