Karna Ciel sama Rachel udah jadian, Regan udah ketemuan sama Rachel, mengsadboy nya Salman, Talitha and Wira.
Aku mau tamatin di episode 27. Thankieeesss
Rhys berjalan dengan santai, setiap langkahnya diiringi tatapan tajam.
Tok tok tok
Rhys mengetuk pintu didepannya.
"Hai, om! Apa kabar?". Tanyanya basa basi setelah duduk di kursi yang berhadapan langsung dengan orang yang akan diajaknya bicara.
Ayah Rachel, tuan Sergio.
"Ada apa?".
Rhys mengetuk jarinya di meja.
"Saya sudah kenal Rachel sejak kecil om, jadi apapun yang berurusan dengan Rachel jadi urusan saya juga". Pria itu mengulum bibirnya.
"Bisa langsung ke inti?". Rhys tertawa keras.
Ia memandang tuan Sergio dengan serius.
"Regan, dia kembali".
brukkk
"Maksudnya, anak sulung saya?".
-o0o-
"Ciel?".
Rhys melebarkan matanya, pria itu menatap Ciel dan Regan bergantian.
"Bukannya Rachel anak tunggal?". Ciel menatap heran dua pria tinggi itu.
Rhys menghela nafas berat.
"Kita masuk dulu aja, Rachel udah nunggu di dalem". Ucapnya datar.
Rachel tersenyum lebar melihat teman temannya sudah datang.
"Duduk dulu, tunggu yang lain". Ucapnya tersenyum lebar.
Ciel tersenyum tipis, mengacak rambut Rachel pelan.
"Iya". Ucapnya lembut.
###
Fajar membuka helmnya, pria itu menatap malas ke arah Salman dan Ica yang datang satu motor, sedangkan Wira dengan Talitha.
"Ayo masuk!". Talitha mengajak.
Fajar mendekati Wira.
"Wir, kok perasaan gue ga enak". Bisiknya pelan.
Wira mengangkat kedua bahunya acuh.
"Udah berak belum?". Tanya Wira menatap Fajar dengan mata seram.
Fajar menggaruk lehernya bingung.
"Belum, pantesan ga enak". Gumamnya pelan.
Wira menggeleng pelan, ia masuk ke kedai diikuti Fajar.
-o0o-
"Ah, jadi nama kakak Regan, kakak kelas sekaligus temen Rhys". Rachel mengangguk angguk paham.
Ciel menghela nafas panjang, pria itu menatap Rhys dan Regan bergantian, ia memijat pelipisnya yang tiba tiba berdenyut.
"Kamu kenapa?". Tanya Rachel khawatir.
Ciel tersenyum dan menggeleng pelan.
"Gapapa kok". Jawabnya lirih.
Rachel mengangguk ragu.
Regan menatap Rachel lekat, menelusuri garis wajah Rachel yang nampak sempurna. Matanya yang menyipit ketika tersenyum, pipinya yang memerah ketika digoda.
"Ekhem, jadi kapan kita makan mie ayam nya?". Fajar mengambil alih atensi mereka, ia sudah merasakan aura aura tak mengenakkan.
"Oh iya, sebentar ya". Rachel berdiri dan menjauh.
"Chel, ikut!!". Fajar berdiri mengejar Rachel.
Hanya tersisa beberapa orang di sana.
"Jelasin". Ucap Ciel dan Talitha bersamaan.
Rhys menelan ludahnya susah payah, pria itu mengambil nafas sejenak.
"Rachel pernah hilang ingatan". Lirih Rhys.
Ciel melebarkan matanya begitu saja.
"Dulu, orang tua Rachel berantem, sampe akhirnya ibunya Rachel milih kabur". Sesekali Rhys menengok agak tak ada yang mendengarkan.
Sedangkan di dapur Fajar berusaha agar Rachel tak terlalu cepat keluar dari sana.
"Beberapa bulan kemudian ayah Rachel datang, jemput mereka. Tapi cuma Regan yang ga di bawa, dia ga mau ikut dan akhirnya milih sama kakek dari ibu Rachel".
"Umur Rachel waktu itu tiga tahun, kalau Regan empat tahun. Di jalan waktu itu hujan deras, mobil tergelincir akhirnya kecelakaan, yeah you know lanjutannya gimana".
Ciel menghela nafas.
"Kecelakaan yang merenggut nyawa ibu Rachel?". Tanyanya penasaran.
Rhys menggeleng.
"Itu beda lagi, ibu Rachel meninggal waktu Rachel kelas empat SD". Ucap pria itu pelan.
Regan mengepalkan tangannya di bawah meja, pria itu tersenyum miris.
"Jadi, selama di Jepang kamu gimana kesehariannya?". Tanya Rhys menatap Regan.
Regan mengangkat bahunya acuh.
"Yeah, sama seperti kegiatan disini, hanya saja di sana sedikit berbeda". Jawabnya sedikit ragu.
"Disana, lu tinggal sama siapa?". Tanya Talitha.
"Sendiri, kakek juga sudah meninggal". Rhys menegak segelas air didepannya.
Talitha nampak berfikir.
"Terus biaya kebutuhan, bagaimana?". Tanya gadis itu heran.
"Setiap bulan bahkan setiap Minggu Regan dikirim uang dari sini". Rhys menyahut malas.
Ciel mengangkat alisnya bingung.
"Kalau begitu kenapa dia ga tinggal di sini aja? di Indonesia, di kediaman keluarga Sergio, sebagai anak sulung keluarga Sergio, ga usah kasih gelar anak tunggal buat Rachel, lu ga tau gimana susahnya Rachel selama ini!". Talitha berujar dengan suara ditekankan.
Regan menunduk.
"Jawab gue, sialan! Kenapa lu ga tinggal di sini aja? Kenapa?!". Talitha hampir saja berteriak jika saja ia sadar mereka sedang ada di mana.
Ciel lagu lagi menghela nafas berat, matanya terpejam erat dengan tangan terkepal erat.
"Talitha benar, coba aja lu ikut pulang dan tinggal di sini, mungkin Rachel ga akan terlalu di tuntut perfect". Ucapnya begitu pelan.
Terdengar suara tawa dari Rhys, pria itu mengeluarkan rokok dan menyalakan pemantiknya.
"Ini juga bukan sepenuhnya salah dia, Talitha, Ciel. Rachel mulai tertekan sejak ibunya meninggal karna kecelakaan, kalian tau ga? Alasan sebenarnya Rachel dituntut perfect bukan karna Rachel anak tunggal, tapi—
"Pesanan datang, tadaaaaaa". Suara ceria itu mengalihkan mereka dari pembicaraan tadi.
Rachel menyimpan mangkuk mangkuk berisi mie ayam. Fajar yang berdiri di belakangnya menggeleng seraya menyilangkan tangannya.
Rhys hanya mengangguk sambil mengangkat jempolnya.
"Ish, jangan ngerokok! Makan dulu!". Rachel menepuk bahu Rhys, pria itu hanya menurut saja.
###
TBC
Tunggu ku mau double up
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketua Kelas! (End)
RandomIstilah cinta pada pandangan pertama itu benar adanya. Ciel tak menyangka, gadis yang tak sengaja tersenyum padanya menjadi ketua kelasnya dan malah berakhir menjadi kekasihnya. Tentang senyumnya yang begitu cantik, tutur katanya yang lembut serta s...