RoL: 3

7.6K 331 5
                                    


Setelah menenangkan diri. Zevanya melajukan mobilnya pergi. Mobilnya berhenti diparkiran area pemakaman. Zevanya mengunci pintu dan melangkah memasuki area pemakaman. Langkahnya terus berjalan menyusuri nisan - nisan yang tertata rapi. Dan berhenti di area barat dibawah sebuah pohon besar dan rindang yang seperti menaungi area sekitarnya. Zevanya berlutut diantara dua makam yang saling bersebelahan. Ia mengusap nisan milik mama, lalu beralih ke papanya. Zevanya mulai mencurahkan rasa sakit hatinya kepada kedua orang tuanya tersebut.

Zevanya menangis meraung penuh kesedihan. Untuk kesekian kalinya hatinya dihancurkan. Tapi kali ini menggoreskan luka yang amat dalam dihatinya.

Dia memang naif, tapi apakah pantas ia diperlakukan seperti ini. Apakah pantas kepercayaanya direndahkan dan dimanfaatkan seperti ini. Bukan berarti ia akan memaafkan apa yang sudah mereka lakukan. Ia tidak akan pernah memaafkan mereka.  Mereka akan menerima akibat dari apa yang mereka lakukan padanya.

"Maaf ma, pa, putri kecilmu akan membalas perbuatan mereka yang sudah menyakitiku. Aku gak akan biarkan mereka bahagia diatas kesakitanku. Aku tau aku salah, harusnya aku tidak menyimpan dendam seperti ini.. Tidak.. !! Harusnya dari awal aku tidak memberikan hatiku untuk orang yang salah... Aku harap mama dan papa memaafkanku diatas sana, untuk apa yang telah kulakukan. Dan apa yang akan aku lakukan kedepannya. Aku pamit ma, pa, aku akan mengunjungi kalian lagi nanti. Aku sayang kalian."

Zevanya mencium nisan papa, mamanya bergantian. Lalu ia bangkit dan berlalu pergi. Hal yang harus ia lakukan adalah mengakhiri perjodohan ini.
Mobilnya melaju meninggalkan area pemakaman, menuju rumah Vanno.

Setelah ia sampai, ia masuk kedalam dan menemukan Vanno berada diruang keluarga. Ia sama sekali tidak mencurigai alasan Vanno berada disini. Bukankah ia sudah bilang kalau dirinya yang akan memutuskan pertunangan, lalu kenapa Vanno berada disini. Zevanya hanya meliriknya sekilas lalu berlalu menuju kamar yang selama ini ditempatinya. Zevanya mulai membereskan barang - barangnya dan memasukkannya kedalam koper. Ia berencana pergi dari rumah ini. Semua barangnya sudah masuk kedalam koper. Ia sempat mengedarkan pandangannya kekamar yang ditempatinya ini. Mungkin Zevanya akan merindukan kamar ini. Setelah itu ia lalu masuk ke kamar mandi dan bebersih diri. Zevanya melihat pantulan dirinya dari balik kaca kamar mandi. Satu kata yang cocok untuknya, Menyedihkan.

15 menit kemudian ia telah selesai mandi, Zevanya telah memakai pakaian rapi.  Ia membawa barang - barangnya yang untungnya tidak terlalu banyak keluar dari kamar. Ketika Zevanya turun menuju lantai bawah ia meletakkan barangnya didekat tangga. Dan tidak mendapati Vanno ada diruang tamu. 'Apa ia sudah pergi ?'

Zevanya melangkah menuju area dapur dan ruang makan, dan melihat mama Miranda sedang menyiapkan makan malam. Matanya memanas, ia akan sangat merindukan mama Miranda bahkan papa Sanjaya. Sahabat kedua orangtuanya yang sudah menganggapnya seperti anak sendiri. Dan Zevanya pun menganggap mereka orangtua kedua yang sangat ia sayangi dan hormati. Apakah Zevanya tega menyakiti hati mereka. Tanpa ia sadari air matanya tak mampu ia bendung. Dalam hati Zevanya mengucapkan beribu kata maaf kepada mereka.

" Loh Zee, kenapa berdiri disana sayang."

Zevanya mendongak ketika namanya terdengar. Mama Miranda terkejut melihat wajah cantik perempuan yang sudah ia anggap anak tersebut basah oleh air mata. Beliau melangkah mendekat dan memegang kedua bahu Zevanya dengan lembut

"Ada apa Zee, kenapa kamu menangis, hm? Bilang sama mama, ada apa hm ?"

Zevanya tidak sanggup berkata - kata. Ia hanya terisak semakin kencang. Mama Miranda pun lantas memeluknya. Beliau mengusap punggung Zevanya dengan lembut untuk menenangkannya. Yang dapat beliau dengar selain isakan tangis Zevanya adalah permintaan maaf yang diucapkannya dengan sedih.

Revenge of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang