RoL: 8

6.2K 271 6
                                    


Seminggu berlalu dan Zevanya belum merasakan tanda - tanda kehamilan. Sejak malam itu, ia selalu mengusap perutnya dan berharap ada yang tumbuh didalam sini. Zevanya tidak siap untuk memeriksa lewat testpack, karena takut kecewa dengan hasilnya. Maka dari itu ia lebih memilih menunggu.

Sedangkan Kalandra sudah kembali ke kota asalnya, dua hari setelah malam itu. Proyeknya disini berjalan dengan baik. Ia hanya perlu menunggu tahap akhirnya saja. Dan mungkin ia hanya akan sesekali memantau kemari. 

Minggu kedua masih belum ada tanda - tanda, Zevanya mulai merasa putus asa. Apa pengorbanannya melepas perawannya sia - sia.

Hampir satu bulan dan iapun pasrah, Zevanya tidak ingin lagi terlalu memikirkan apakah ia sudah hamil atau belum. Hari ini cafe memang sangat ramai karena weekend. Zevanya dan para pekerja yang lain super sibuk. Zevanya berpapasan dengan Avi.

" Zee, muka lo pucet banget. Lo sakit... Istirahat aja gih, atau pulang aja ntar aku sampein ke bos. "

" Tapi mbak, cafe lagi rame gak enak buat ninggal."

" Alah gpp, daripada lo tumbang. Repot kan."

" Yaudah deh, aku pulang dulu ya. Tolong ijinin ke bos."

" Siap ati - ati. "

Zevanya membereskan barangnya lalu keluar lewat pintu belakang cafe. Ia memutuskan untuk pulang karena dari tadi ia memang merasa kurang enak badan, kepalanya juga pusing.

Untungnya Zevanya bisa pulang ke apartemennya dengan selamat, tanpa harus tumbang dijalan. Zevanya merebahkan badannya diatas tempat tidur. Ia lalu  memejamkan matanya.

" Zee, heii bangun... Ayo makan dulu."

Zevanya terbangun dan melihat Winanti disampingnya.

" Dari kapan datangnya mbak ?"

" Tadi sorean, niatnya mau pinjem catok. Eh malah liat lo baringan disini, pas gue cek ternyata sakit. Yaudah gue langsung bikinin lo makanan, nih baru kelar. Gih makan, mumpung masih anget."

Winanti membantu Zevanya bangun dari tempat tidur, ia lalu memapah Zevanya menuju meja makan. Setelah mendudukan Zevanya dikursi. Winanti mulai menyiapkan makanan tersebut kehadapan Zevanya. Baru aja mangkok berisi bubur itu diletakkan, Zevanya menutup mulutnya menahan mual.

" Hoeek.."

"Eh.. "

Zevanya buru - buru lari kekamar mandi dan memuntahkan isi perutnya.

" Hoeekk, hooekk.."

Winanti yang menyusul Zevanya, langsung mengelus punggungnya. Setelah muntah Zevanya duduk dilantai kamar mandi, badannya lemas.

" Ke dokter aja gimana aku temenin yuk. Sakit sampek lemes  begitu."

Zevanya hanya mengangguk, merekapun bersiap - siap.
Sesampainya dirumah sakit, Zevanya duduk dan menunggu namanya dipanggil.
Beberapa saat kemudian, namanya dipanggil. Ia masuk ke ruangan dokter bersama Winanti. Zevanya memberitahukan keluhannya.
Ia lalu diminta untuk berbaring di ranjang rawat, sang dokterpun memeriksa.
Setelah memeriksa, mereka kembali duduk.

" Anda baik - baik saja, cuman kecapean dan banyak pikiran. Tolong dikurangi ya bu... Ini rekomendasi dokter kandungan yang ada dirumah sakit ini. Ibu bisa langsung kesana untuk lebih jelasnya."

Zevanya menganga, ia langsung mengusap perutnya dengan sayang. Sedangkan Winanti bingung. Tapi ia memilih untuk diam, ia akan menanyakannya nanti.

" Makasih dok."

" Selamat ya bu, semoga kalian selalu sehat."

" Amin, saya permisi dok."

Merekapun keluar dari ruangan tersebut dan berjalan menuju bagian kandungan.

Revenge of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang