RoL: 14

5.6K 283 0
                                    


Kalandra membawa mobilnya dengan kecepatan diatas rata - rata membelah jalan yang ramai. Zevanya memegang erat sabuk pengamannya dan berdoa semoga ia bisa selamat. Ia sempat menatap Kalandra yang berekspresi sangat dingin di sampingnya. Tangan laki - laki itu memegang setir kemudi dengan erat. Zevanya bisa merasakan bahwa Kalandra berusaha untuk mengontrol emosinya sendiri saat ini.

Mereka akhirnya tiba di apartemen dengan selamat. Kalandra setengah menyeretnya untuk segera masuk ke unit apartemen mereka. Mereka memang tinggal di lantai paling atas, dengan dua kamar, dapur  dan ruang tamu.

Setelah sampai di unit yang mereka tempati, Kalandra menyeretnya sampai didepan pintu kamar tidur. Dan mendorongnya pelan untuk masuk ke dalam.

" Kunci pintunya, apapun ya kamu dengar jangan pernah buka pintu ini Zee, saya gak mau menyakiti kamu."

" Ada apa Kala. Kamu mau apa ?"

" Untuk kali ini bisakah kamu turuti apa kata saya Zee."

" Kala.."

" Kunci pintunya Zee !!! Please.. turuti kata - kata saya !!" Bentak Kalandra keras.

Zevanya menatap Kalandra yang berekspresi sangat dingin dan keras membuatnya takut. Ia tidak pernah melihat Kalandra lost control seperti ini. Zevanya lalu menutup pintunya didepan Kalandra yang masih menatapnya tajam. Dan mengunci pintunya. Lalu ia bisa mendengar suara langkah kaki Kalandra yang menjauh, semuanya mendadak hening. Jantungnya berdebar keras, ia gelisah, takut sekaligus bingung.
Sampai tiba - tiba ia mendengar suara pecahan barang dan teriakan marah Kalandra diluar. Zevanya kaget. Ia sedikit menjauhkan dirinya dari pintu.

Suara itu semakin ribut, seperti Kalandra sedang mengamuk dan menyalurkan emosinya pada apa saja yang berada di sekitarnya. Untungnya apartemen ini dirancang memiliki pengedap suara. Jadi amukan Kalandra tidak akan sampai keluar. Beberapa saat sampai yang ia dengar hanyalah suara pukulan keras. Mendadak ia khawatir, apa yang Kalandra lakukan.

Zevanya memberanikan diri untuk keluar. Ia takut, tapi khawatir juga pada Kalandra. Zevanya menelusuri lorong kecil yang menghubungkan ke ruang tamu/ ruang tv dan pukulan keras tersebut semakin terdengar jelas. Zevanya sampai diujung dan melihat semua barang berserakan, pecah dan rusak. Namun yang membuatnya lebih kaget adalah Kalandra yang sedang menghantamkan tangan kanannya pada dinding. Tangan tersebut terselimuti oleh darahnya sendiri.

" Kala !! Apa yang kamu lakukan !!!"

Tanpa berfikir panjang Zevanya langsung berlari menghampiri Kalandra, ia bahkan tidak peduli kakinya terkena pecahan kaca. Zevanya langsung memeluk Kalandra dari belakang dan menangis.

" Stop Kala.. hikkss stopp.. Apa yang kamu lakukan... Hikss  jangan sakiti dirimu sendiri seperti ini ... Aku mohon .. hiksss... Kala...!!"

Kalandra sempat tersentak namun tidak berhenti. Ia seperti tengah tidak sadar dengan apa yang dia lakukan.
" Lepas !! Lepass Zee..!!"

" Gak ... !! Aku gak mau.. !! Please Kala.. Jangan kayak gini..!!"

" Kembali ke kamar dan jangan pedulikan saya !!"

" Berhenti untuk menyakiti diri kamu sendiri hanya karena Kak Selena yang bahkan gak bisa menghargai kamu !!!"

Kalandra berbalik dan menatap Zevanya tajam.
" Jangan ikut campur urusan saya !!! Kamu gak tau apa - apa !!"

" Kalau begitu beritahu aku Kala !! "

" Pergi.. "

" Gak.. !!"

" Pergi Zevanya !!"

Kalandra tanpa sadar mendorongnya. Pinggangnya sempat menabrak lengan sofa. Untungnya ia tidak terjatuh. Dan bisa kembali berdiri. Zevanya masih melihat Kalandra menghantamkan tangannya ke dinding seolah ingin menghancurkannya. Ia langsung menyeruak masuk, berdiri diantara Kalandra dan dinding dibelakangnya. Kalandra menghentikan ayunan tangannya tepat waktu sehingga tidak sampai menghantam dirinya.

Revenge of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang