42. Bandung

359 72 27
                                    

Dahi itu mendapat tiga belas jahitan, dada bidangnya tempat sandaran faniyah ternyaman kini dipenuhi oleh aliran alat medis agar haikal tetap hidup, hidung mancung yang selalu mengusel manja pada pipi gembul faniyah harus dipasang ventilator agar ...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dahi itu mendapat tiga belas jahitan, dada bidangnya tempat sandaran faniyah ternyaman kini dipenuhi oleh aliran alat medis agar haikal tetap hidup, hidung mancung yang selalu mengusel manja pada pipi gembul faniyah harus dipasang ventilator agar nafasnya tidak terhenti dan meninggalkan orang-orang terkasih.

Kedua kaki itu yang selalu membawa faniyah dalam kebahagian harus patah salah satunya dan dipasangkan gips yang sangat tebal dan keras, tangan kekar yang selalu menggenggam jari-jari mungil faniyah harus dipasangkan selang infus yang berpartisipasi untuk membuat haikal tetap hidup setidaknya sampai besok.

Kedua matanya memar, mata yang selalu terpesona dengan keindahan wajah faniyah, mata yang tidak pernah bosan menatap betapa cantiknya perempuannya.

Ruangan yang serba putih, hanya ada suara alat detak jantung yang berbunyi dan berharap akan selalu berbunyi.

"Alhamdulilah pasien haikal melewati masa kritisnya dengan baik, tiga jam didalam sana bukanlah waktu yang singkat, kaki kiri haikal patah cukup parah dan perlu terapi yang lama secara bertahap..."

"...benturan pada dadanya dan dahinya pun sangat keras, beruntung tidak ada luka dalam yang serius, dan kedua kakinya juga mengalami keretakan pada tulangnya" ucap dokter dengan melepas masker khususnya kala itu

Para tenaga medis dibuat terkejut, haikal sadar setelah masa kritisnya dan detak jantungnya stabil, sebenarnya haikal harus berada dirumah sakit selama sebulan paling sebentar, namun tekadnya bulat untuk rawat jalan dan mengikuti utbk lusanya walau sangat beresiko

Membuatnya harus menggunakan kursi roda, tapi haikal menolak dan berkata ia bisa hanya dengan dua tongkat kruk

Hari ini di gedung universitas JHI tempat dimana pelaksanaan utbk haikal dan nata. Rasanya ini kesalahan terbesar nata, ia benci rasa senangnya beberapa hari yang lalu berakibat rusaknya kepercayaan faniyah pada haikal

Banyak peserta lain yang salut pada haikal, walau kakinya double perban dan juga gips serta luka bekas jahitan pada dahinya ia tetap mengikuti utbk dalam tenang.

Pasalnya haikal sudah berjuang sejauh ini, dan ia juga yang bilang pada nata jangan berhenti apapun yang terjadi, nata dengan restu ayahnya, dan haikal dengan kaki patahnya

"Gimana tadi? Bisa kan" tanya nata yang baru saja keluar dari ruangan ujian

"Terlalu gampang" jawab haikal mendecih sombong

"Kal, gue minta maaf ya. Gara-gara gue" ucap nata menunduk malu

"Bukan salah lo, semuanya juga udah terjadi kan. Gue yang salah, cara gue salah, gue terlalu ambis" haikal tersenyum getir

"Setidaknya kal, kalo gue nggak refleks pe-" ucapan nata terjeda oleh haikal

"Nat, udah" nata mengangguk kaku

"Lo pulang sama siapa?"

"Di jemput sama bapak gue, duluan ya nat. Kabarin gue link pengumumannya nanti" pamit haikal berjalan tertatih dengan tongkat kruknya

INTROVERT GIRL [Jinrene]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang