2 : 1004

1.7K 205 28
                                    

"Kalau ada nama karakter yang belum diubah atau typo bisa dikomen ya^^

"Na Jaemin!"

Jaemin tercekat. Sosok sang ibu yang menuruni tangga membuatnya buru-buru memalingkan muka, menyembunyikan memar yang terhias di beberapa sisi pada wajahnya, tak pula memberikan sahutan pada ibunya yang menghampiri.

Nyonya Na mengerutkan dahi. "Apa yang terjadi padamu?"

Jaemin mengerjap nanar, menoleh pada sang ibunya dengan memelas. "Eomma, aku bisa jelaskan-"

Pria manis itu tak memiliki kesempatan untuk menyampaikan ucapannya begitu sang ibu melayangkan tamparan keras, memperparah rasa sakit pada wajahnya.

"Anak tidak tahu diri! Kapan kau akan berhenti membuatku malu?! Apa kau senang merusak nama keluargamu sendiri?! Atau semua uang yang kuberikan masih belum cukup?! Dimana akalmu?! Kau ingin menghabiskan masa hidupmu sebagai jalang, begitu?!"

Deruan napas Jaemin terdengar memberat. Sejenak memejam lelah, mengusak rambutnya kasar, melangkah tak acuh melewati ibunya, hingga tiba-tiba sang ibu menarik lengannya kasar. "Kau! Ibumu sedang bicara!"

"Lepaskan aku!" Jaemin membanting cengkraman sang ibu, kembali menghantamkan sepatunya menaiki anak tangga, kemudian menghilang di balik pintu kamar yang terbanting keras.

Nyonya Na mengatur napas, mencoba menurunkan emosinya yang tersulut akibat putranya yang lagi-lagi pulang lewat larut dalam keadaan urakan seperti itu. Sungguh wanita kepala empat itu masih tak menemukan cara untuk menghentikan perangai Jaemin yang semakin menjadi semenjak pria itu terlibat dalam pergaulan berandal di sekolah menengah.

Ya Tuhan. Ia bahkan tak tahu bagaimana cara menyembunyikan wajahnya di hadapan pembantu rumah tangganya sendiri yang baru saja berpapasan dengannya di bawah tangga.

"Bibi Seo. Tolong bawakan kompres dan rawat Jaemin di kamarnya."

.

.

.

Kibum menghela napas datar.

Kini ia harus mengikuti skenario tak masuk akal sang kakak perempuan yang entah bagaimana begitu mudah memutuskan sesuatu secara sepihak.

Tiffany berkata bahwa ia harus menemui kepala direktur universitas, sehingga tak bisa menemani Kibum untuk mengantar Jeno ke asrama, tempat tinggal baru bungsu mereka, yang entah bagaimana kumuhnya.

"Ish! Shoo! Shoo!" Kibum menyingkir menghindari beberapa kucing kotor yang melintas di lorong sempit asrama, juga beberapa kali terlihat menutup hidungnya ketika bersiap akan melewati tumpukan plastik tempat sampah di beberapa kamar. Menggelikan. Mana mungkin Jeno akan sudi tinggal di tempat kotor seperti in-

"303! Kamarku, hyung!"

Seketika Kibum memutar bola mata mendapati Jeno yang tersenyum merekah terlewat bahagia ketika berlari menuju pintu kamarnya di ujung pandangan. Adiknya itu sepertinya sangat tak sabar bertemu dengan teman barunya.

Dan juga,

tak sabar memulai hidup baru sebagai orang melarat.

"Hyung! Ketuk dulu pintunya!" Jeno melayangkan protes ketika kakaknya hendak membuka pintu kamar secara tak sopan, membuat Kibum lagi-lagi mengerling malas.

Tetapi pintu tiba-tiba saja terbuka belum sempat Jeno mendaratkan punggung tangannya untuk mengetuk.

Seorang pria dengan masker teh hijau di balik pintu mengejutkan Jeno yang spontan menjerit.

"Siapa?"

Kibum membungkuk kecil pada pemuda itu, melenggang masuk sembari tangannya menyeret paksa sikut Jeno yang terus menatap horor pada si pemilik kamar yang kini terheran.

Who Are You ? (Nomin Remake)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang