"Kau dipecat."
Kali pertama mendapatkan kalimat itu sepanjang karirnya, Jaemin justru memicing heran alih-alih terkejut ataupun panik mengetahui ia diberhentikan dari profesi yang telah ia tekuni bertahun-tahun. Tatapannya mendelik tak suka pada pria yang saat ini mencondongkan bahu di hadapannya dengan senyuman sombong.
Walau jujur saja... kemiripan antara pria itu dengan Nono semakin jelas jika dipandang dari jarak dekat, membuat konsentrasi Jaemin sedikit pudar.
"Jika kau berlutut sekarang mungkin ada pertimbangan untukmu." Jeno mengangkat sebelah alisnya, tertawa remeh.
"Huh?" Jaemin mengernyit.
Lee Jeno?
'Pria ini tidak mirip dengan Nono sama sekali!'
"Hey." Jaemin tak cukup puas dengan emosi yang hanya ia pendam dalam benaknya, berhenti menahan diri untuk seketika menarik dasi Jeno kasar sehingga memotong jarak tatapan keduanya. "Mendepak pekerjaanku tanpa alasan yang jelas hanya karena kau bos di sini... Kau kira aku tak bisa menuntut?"
Jeno menarik kedua sudut bibirnya, menertawakan Jaemin "Chill."
Memerhatikan guratan marah pada wajah Jaemin, Jeno merasa cukup puas. Itulah wajah Na Jaemin yang ingin ia lihat, bukan senyum malaikat berlagak polos.
Aura hitam dibalik wajah tegas Na Jaemin seperti saat dulu ia masih menjadi pria jalang. Sudah lama Jeno tak melihatnya.
"Hey, Na Jaemin..." Jeno menggenggam cengkraman tangan Jaemin, perlahan menurunkan tangan itu dari dasinya, seraya berbisik sambil menatap mata pria manis itu. "Daripada menjadi pelayan hotel seperti itu, bagaimana jika kau melayaniku saja?"
Tak butuh sepersekian detik bagi Jaemin untuk mendaratkan tamparan keras di wajah Jeno. Detak jantungnya berpacu lebih kencang dari sebelumnya. Entah kapan terakhir kali Jaemin merasa semarah ini pada seorang pria.
Lee Jeno. Pria itu... hanya mirip dengan Nono dari bentuk luarnya saja.
Mereka adalah dua orang yang berbeda, Jaemin yakini itu dalam hatinya.
Nono... sama sekali tidak pernah...
"Dia tak akan mungkin memperlakukanku serendah ini..." Jaemin menggumam, mengarahkan tatapan kosong pada Jeno. "Apa semua orang yang berkuasa senang melecehkan orang lain?"
"Ayolah. Jangan bermuka dua. Kukira semua orang suka uang?" Jeno mengusap pipinya dan melirik pria manis itu, memandangnya rendah.
Sial. Ini pertama kalinya dia lebih dulu memberikan tawaran pada seseorang dan ditolak?
Terlebih lagi, dirinya yang saat ini dianggap sebagai pria yang sempurna, ditolak oleh Na Jaemin? Terdengar sangat lucu di telinga Jeno. 'Pelecehan? Padahal dulu kau pernah merusak pertunangan orang lain dan bahkan menjual kemaluanmu.'
"Pecat saja, jika begitu keputusannya. Aku tidak bisa bekerja dengan orang sepertimu."
Lantas pria manis itu secepatnya meninggalkan Jeno dengan hentakan pantofel yang begitu cepat. Jeno merebahkan punggungnya di kursi kerja, merasakan dengan jelas bagaimana emosi yang tersisa pada pria manis itu.
Pria yang sudah dipastikan menjadi penerus harta Keluarga Lee itu, bukan lagi seorang idiot dengan emosi tak terkendali. Jeno merenggangkan dasinya dengan wajah tenang, begitu pula pikirannya. Bagi pria itu, mempermainkan hidup Jaemin adalah perkara mudah karena pria manis itu telah muncul di depan matanya.
Batin Jeno, sungguh tidak adil, jika hanya dirinya yang berselisih bertahun-tahun dengan trauma.
Na Jaemin... juga harus menerima timbal baliknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Who Are You ? (Nomin Remake)
FanficOrginal story by @ohpurin on Wattpad. Jaemin tak pernah menyangka bahwa seorang pria dungu tiba-tiba menyapa atensi di antara banyaknya pemuda yang memaki hidupnya sebagai jalang. Jangan membuatnya marah. Siapa pria jelek bergigi kawat itu? ;this fi...