17 : let's not fall in love

520 101 19
                                    

Jaemin tak memerlukan banyak waktu. Ia membawa sepasang kakinya melangkah menyusuri trotoar di tengah kepadatan Tokyo, setelah sekian waktu menghabiskan detik-detik tidak berguna di cottage Jeno.

Pria manis itu tak berniat berjalan pulang, tak pula meminta Jaehyun untuk menjemput. Ketika dalam suasana tak baik seperti sekarang, maka menghabiskan waktu sendirian di kedai es krim adalah tujuan utama.

Aroma dari udara segar Jepang menetralkan detak jantung yang sebelumnya tak karuan diliput amarah. Akhirnya ia dapat mengatur napas lebih tenang, membuang jauh wajah Jeno dari benaknya dan mencoba menghapus fakta bahwa mereka telah berciuman.

Player brengsek. Tipuan apapun tak akan bekerja untukku.

Perlu beberapa meter untuk Jaemin dapat menikmati ketentraman sebelum satu langkah menyebrang jalan ke kedai es krim, harus diinterupsi oleh klakson mobil yang tiba-tiba berhenti di hadapannya.

Jaemin melenguh malas seraya membuang wajah ke arah lain sesaat setelah kaca mobil pengemudi diturunkan.

"Kau tahu aku tak suka penolakan."

Ya, suara Jeno.

"Tidak. Aku tak tahu." Jaemin masih enggan bertatap muka pada pria itu, masih menelisik kedua sisi jalan hingga akhirnya melanjutkan langkah untuk menyebrang usai lalu lalang kendaraan berkurang.

Dan Jeno masih bertahan pada perasaan tak percaya akan penolakan kedua yang ia alami. Wajah masam itu lantas meringis tak senang, keluar dari mobil dengan bantingan pintu untuk membuntuti langkah Jaemin yang kini mengarah menuju pintu kedai.

"Selamat datang, Jaemin-san!"

Pelayan menyambut Jaemin dengan ramah, dibalas oleh senyuman hangat pria manis yang sudah menjadi pelanggan tetap itu. "Seperti biasa. Dan ekstra saus cokelat untuk kali ini."

"Baik!" Pelayan itu bernama Sana, cukup mengenal Jaemin juga segala cerita perihal Kim Nono, baik sifat maupun perawakannya yang identik dengan rambut jamur. Selama ini, ia juga turut membantu mencari Nono secara tidak langsung, sebab barangkali lelaki yang bertampang culun itu mampir di kedainya.

Sana yang baru saja hendak bergerak membuatkan pesanan Jaemin, seketika memberi gestur sapaan pada seorang pria yang baru saja menyusul masuk ke dalam kedai dengan tergesa-gesa. "Selamat datang, tuan."

Jeno tak hirau, langkah cepatnya hanya ia bawa menuju tempat duduk Jaemin dan langsung saja menarik kursi di hadapan pria manis itu.

"Kenapa kau membuntutiku?"

Jeno mendecih dengan senyum jumawa, menyandarkan satu tangan di kursi kosong sebelahnya. "Aku bukan orang yang punya banyak waktu."

Jaemin memicing, dalam hati mempertanyakan, lantas apa yang saat ini pria itu lakukan jika memang tak memiliki banyak waktu?

Tetapi pria manis itu sepertinya tak ingin membuang energinya menjadi makin sia-sia hanya karena menanggapi omong kosong pria di hadapannya. Ia hanya meraih es krim yang Sana berikan, dan melahapnya dengan cepat tanpa memusingkan tatapan datar dari Jeno.

"Ingin memesan apa, tuan?"

Jeno mengangkat telapak tangannya pada Sana sebagai tanda penolakan, tanpa mengalihkan netra dari Jaemin.

Sebelum meninggalkan meja itu, Sana sejenak mengerutkan dahi dengan tatapan yang melekat beberapa saat pada Jeno. 'Dia seperti mirip seseorang...' dalam hatinya.

Sadar akan si pelayan yang diam-diam memperhatikan, Jeno pun menoleh dengan tatapan garang. "Apa yang kau lihat?!"

Sana mengerjap ketika suara itu menyentak. Lantas menggeleng cepat dan membungkuk sebelum akhirnya kembali pada bilik kerjanya.

Who Are You ? (Nomin Remake)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang