Riuh tepuk tangan singkat mengapresiasi pimpinan Carlton Group yang saat ini mengakhiri penyampaian materinya mengenai perkembangan infrastruktur cabang hotel Ritz-Carlton yang dibangun di Vietnam untuk pertama kali. Disusul dengan ungkapan selamat dari para pimpinan hotel group lain yang menghadiri pertemuannya hari ini untuk berkolaborsi, tak lupa dengan guyonan ringan beberapa dari mereka untuk meluruhkan nuansa tegang di ruangan.
Tetapi Lee Jeno mungkin adalah satu-satunya orang yang beberapa kali hilang fokus di belasan menit terakhir. Bersikap seolah ia mendengarkan seluruh data yang dijabarkan hanya menjadi satu-satunya jalan untuk mempertahankan wibawa sebagai pemilik perusahaan nomor satu diantara para petinggi perusahaan serupa di sekelilingnya.
Decakan pelan Jeno cukup menandakan bagaimana lelaki itu jengah oleh ponselnya yang tak berhenti berdering. Terlebih nama Key yang muncul secara berderetan di daftar panggilan tak terjawab, membuat batin Jeno menyumpah tak berhenti.
"Oh, satu lagi. Kabar baiknya, perusahaan kami telah melakukan kerjasama dengan Koei untuk pembangunan kedua di Toronto dan pengerjaannya baru akan dimulai tiga bulan ke depan. Tetapi hotel pertama Koei dan Carlton di Jepang, sudah mantap untuk beroperasi bulan ini. Benar, Jeno-san?"
Cecunguk ini!
Bukankah sudah selesai? Jangan membawa-bawa namaku, sialan!
Jeno berdehem, meredam umpatan cukup dalam benaknya saja. "Tepat sekali. Hotel kerja sama kami bersama Carlton, sudah memiliki nama resmi yaitu Olivean setelah pergantian nama sebanyak dua kali. Dan Olivean bukan sekedar hotel, tetapi lebih dominan pada resort. Jadi untuk Olivean Resort sendiri akan mengadakan grand opening dalam dua pekan ke depan, di pantai Okinawa, lokasi Olivean sendiri tentunya, dan berlangsung selama dua hari satu malam untuk night party. Jangan khawatir. Undangan formal akan sampai di sekretaris para group, dilampirkan bersama tiket transportasi dan akomodasi di resort kami -gratis!"
Penuturan lebar Jeno membuat para pimpinan di dalam sana mencuatkan kekaguman dan mengaku tak sabar untuk menghadiri grand opening yang pimpinan Koei itu jelaskan. Sementara ungkapan pujian berdatangan pada Jeno, pria itu justru harus menahan diri untuk tidak melotot membaca pesan singkat sang kakak laki-laki yang baru saja muncul di layar ponselnya.
Hey botak.
Kau masih di Mitsui?
Noona kesana untuk menemui Na Jaemin, lho. Kau yakin tak ada masalah?
Aku tidak botak! Dasar kepara-
Tidak.
Bukan itu.
NOONA???
.
.
.
Mulanya Jaemin mendapat sedikit kebingungan mengapa wanita yang dikenal dengan nama Tiffany Lee itu tiba-tiba datang padanya. Dan Jaemin tentu mau tak mau mengikuti ucapan wanita itu, sadar akan reputasi Keluarga Lee yang tak main-main, di sisi lain juga tersudutkan oleh sorotan mata Tiffany yang bersirat mutlak.
Dan Jaemin akhirnya mengerti apa yang menjadi dasar dari tatapan sinis yang ditujukan wanita itu padanya. Pikirnya, Tiffany marah karena perlakuan kasarnya pada seorang tamu di lounge beberapa menit yang lalu.
Tetapi Jaemin menyadari bahwa semua ini juga ada korelasinya dengan Lee Jeno.
Mungkin mereka berdua adalah keluarga, atau bahkan saudara kandung?
"Apa tujuanmu mendekati adikku?" Tiffany tiba-tiba berbalik ke arah Jaemin yang sejak tadi berjalan di belakangnya, menghentikan langkah tibanya di penghujung koridor yang sepi dari lalu lalang tamu dan staff, geram dengan keheningan diantara mereka berdua dan lantas bertanya secara tak sabaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Who Are You ? (Nomin Remake)
FanfictionOrginal story by @ohpurin on Wattpad. Jaemin tak pernah menyangka bahwa seorang pria dungu tiba-tiba menyapa atensi di antara banyaknya pemuda yang memaki hidupnya sebagai jalang. Jangan membuatnya marah. Siapa pria jelek bergigi kawat itu? ;this fi...