18 : say your name

589 94 16
                                    

Merdunya hingar gemerlap ibukota meredam bunyi langkah kaki seorang pria manis yang menyeret lemah di sisi jalan raya. Wajahnya yang rupawan dipudarkan oleh sembabnya air mata yang diusak kesekian kali, serta sebuah tas yang masih menempel pada punggungnya.

Entah sejak kapan menangis terasa begitu melelahkan bagi Jaemin. Sebanyak apapun ia lakukan, rasa sakit di tenggorokannya tetap menyiksa. Sesering apapun, Jaemin tak pernah terbiasa dengan pedih yang meremas jantungnya tiap air mata pertama mulai menetes.

Tangisan malam ini bukan semata-mata karena kencan mendadak yang Jeno rencanakan, ataupun sikap Jeno yang membuatnya terlihat rendah.

Orang-orang mungkin akan beranggapan bahwa Jaemin tidak bersyukur atas Jeno. Ya, sejatinya Jaemin juga berpikir demikian.

Dan Jaemin sudah berulang kali mencoba menekankan pada dirinya sendiri, bahwa ia baik-baik saja dengan semua perlakuan Jeno.

Tapi tidak dengan wajah Nono yang dimilikinya.

Jaemin membenci Jeno yang menggunakan fisik Nono untuk sifat menjijikkan seorang bajingan.

Andaikan rupa mereka tidak sama, Jaemin mungkin tak akan merasa sesakit ini.

Jeno membuatnya semakin merindukan Nono, setiap wajah itu muncul di hadapannya.

Mereka orang yang berbeda. Sifat keduanya tak sama. Jaemin selalu tekankan itu.

Sialnya, ia tetap semakin merindukan Nono.

"NONO-YA!!"

"YAK! KIM NONO IDIOT! KELUAR KAU!!"

Kapan hari, Nono pernah berkata, bahwa Jaemin tinggal memanggil namanya saja ketika sedih.

Selama tiga tahun ini, Jaemin sudah melakukannya ribuan kali.

"Nono..."

Namun perlahan mulai terasa melelahkan.

Jeno mungkin brengsek, tetapi Jaemin mengakui bahwa segala yang dikatakan pria itu memang benar. Ia adalah seorang yang begitu naif.

Jaemin benci Lee Jeno, tapi ia jauh lebih membenci dirinya sendiri.
.

.

.

Jeno mengendarai Bugatti miliknya dengan kecepatan sedang. Bukan maksud berhati-hati, akan tetapi untuk menelisik tiap sudut jalan yang dilewati.

Na Jaemin seharusnya masih belum jauh dari lokasinya saat ini, pengecualian jika pria manis itu menyetop taxi atau nekat memakai bus umum.

Laju mobil diperlambat oleh si pemilik. Netra Jeno telah menemukan apa yang sedang ia cari. Fokusnya berhenti pada seorang pria di trotoar yang berjalan memunggungi.

Bukan sebuah kebetulan jika pria manis itu mudah ditemukan. Hanya Jaemin satu-satunya yang mengenakan pakaian mencolok di tengah jalan sembari melangkah dengan kaki telanjang.

KAMU AKAN MENYUKAI INI

Jeno tak suka pada lubuk hatinya yang mencemaskan pria manis itu. Tak seharusnya ia merasa khawatir jika Jaemin berakhir di klub malam untuk minum.

Sport putih milik pria itu lantas kian menepi, dengan pelan membuntuti langkah Jaemin dengan jarak lima meter di belakang.

Jeno menyandarkan punggungnya, membiarkan tangan kanan menguasai kemudi. Mata tajamnya lurus pada punggung seseorang yang ia ikuti, pula memerhatikan caranya melangkah gontai dengan sepasang kaki yang nampak kian lelah berjalan lebih jauh.

Jeno tak terbayang bagaimana dinginnya angin malam yang menerpa Jaemin sepanjang jalan.

Seketika Jeno menginjak rem di saat itu juga, bernapas berat seraya dalam benak tak henti mengutuk kegelisahan yang tidak seharusnya.

Who Are You ? (Nomin Remake)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang