12 : where are you?

1K 127 25
                                    

*Kalau ada typo bisa di komen ya^^

3 years after

Di sudut prefektur metropolitan Jepang, Tokyo...

Beberapa bekas kemasan alat kontrasepsi berserakan bersama beberapa pakaian dalam, dilengkapi dengan aroma seksual yang menyingkirkan molekul pengharum ruangan di udara. Panorama pantai dan lautan terlukis pada jendela, mengirimkan panggilan cakrawala yang menembus ruangan bersama kehangatannya, menyelimuti sepasang tamu yang telah menghabiskan purnama di kamar suite hotel terkemuka itu.

"Good morning, babe... " Si perempuan baru saja dibangunkan secara tak sengaja oleh suara sendok teh yang beradu dengan gelas kopi. Tubuhnya yang lolos dari helaian benang menjadi pembuktian atas kisah panas yang mereka ciptakan pada malam singkat namun berharga.

Melihat sang pria sudah siap dengan setelan pakaian formal dan tatanan rambut rapi yang menyombongkan kening tegas, maka Inoue, perempuan berdarah Jepang itu, lantas menghampiri sang dambaan yang tengah menghabiskan kopi tanpa sebutir perasa. Lalu lelaki itu menikmati kopinya sedikit demi sedikit, dengan netra yang tertahan pada beberapa pesan masuk di ponsel genggam, sama sekali tak mengindahkan eksistensi orang lain di ruangan.

"Hey... Kau akan pergi secepat itu, hm?" Perempuan itu datang berselimut linen tempat tidur yang bahkan tak melindungi tubuh polosnya sehingga masih menonjolkan beberapa bagian --yang mungkin dilakukannya atas maksud kesengajaan. "Jeno... Jangan tinggalkan aku..."

"Kau--"

Si lelaki reflek menepis tangan yang dengan lancang melingkari perutnya. Aroma sisa intimasi seks masih menguar dari tubuh telanjang Inoue dan si pelacur gila air mani itu justru dengan berani-beraninya mencoba menempelkan tubuh kotornya pada pakaian yang akan Jeno gunakan untuk bekerja.

"Jeno... " Si perempuan yang ia hempaskan dengan sengaja, kini mendongak menatap lelaki idamannya itu dengan paras memohon, rela menjatuhkan harga dirinya, berjanji akan melakukan apapun pada Jeno untuk tidak pergi. Sebab untuk pertama kali, Inoue jatuh cinta pada lelaki yang telah menggagahinya.

Kerlingan tajam yang dianugerahkan pada mata lelaki itu, adalah bentuk nyata bahwa apapun yang diutarakan Inoue sama sekali tak berguna untuk merubah pendiriannya. Sebelah alisnya kemudian terangkat, bersamaan dengan tangannya yang terulur pada kening Inoue yang kini sedang berlutut padanya, meletakkan lembaran yen berdigit besar di wajah perempuan yang masih tersisa bau sperma itu.

"Dengan ini aku membayarmu dua kali lipat. Clear?"

Inoue tidak berkutik, Jeno lantas melepas tangannya sehingga lembaran uang itu berjatuhan di tubuh telanjang perempuan itu begitu saja. Perempuan itu menatap nanar, mencoba menggapai tangan si lelaki yang kini telah memunggunginya, mengambil barang bawaan dan kunci mobil lalu menghilang di balik bantingan pintu. Percuma saja, sebab sebagaimana memelas wajah perempuan itu memohon, hati Tuan Lee yang terlalu beku tak akan menggubris walau pelacur itu harus bersujud bahkan mencium ujung sepatunya sekalipun.

.

.

.

Di hari yang sama, namun pada jarum jam yang berbeda, masih terletak pada sebuah cabang hotel yang berlokasi pada suatu prefektur di pusat ibukota Jepang. Yakni hotel yang bernaung pada satu perusahaan yang sama dengan hotel yang baru tadi pagi Jeno tinggalkan, tempat pria Lee itu biasa bersinggah.

"Kau masih belum pulang, Jaemin-san?"

Kali ini bukan persoalan tentang Lee Jeno.

Melainkan Na Jaemin, seorang pekerja bagian Tata Graha sebuah hotel, yang kini tengah membalikkan tubuhnya seraya mengukir senyum hangat pada seorang waitress yang berpapasan dengannya di restoran hotel yang terhubung dengan kolam renang. "Ah... Ya. Aku baru selesai mengurus tamu. "

Who Are You ? (Nomin Remake)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang