"Kalau ada nama karakter yang belum diubah atau typo bisa dikomen ya^^
Untuk kesekian hari, Minhyung dan Hyunjin kehilangan satu anggota. Si dungu Kim Nono, tentu saja. Tak ada yang janggal pada awalnya, hingga Minhyung menjeda langkah lalu mempertanyakan tentang bagaimana ceritanya Jeno bisa hampir sepanjang hari terlihat mengekori Jaemin bersama tumpukan buku setiap kelas berakhir.
"Uh... begini. Dosen memberi tugas observasi dan mereka satu kelompok." Hyunjin mencoba menjelaskan.
Minhyung menghentikan langkahnya, lagi. "Hey Pasti Jaemin yang memaksanya! Nono kan gampang dibodohi!"
"Atau mungkin sebaliknya?"
"Yang benar saja!"
"Bagaimanapun anti sosial seperti Jaemin pasti merasa lebih baik mengerjakan sendiri daripada satu tim dengan orang seperti Nono."
"Termasuk kau?"
Hyunjin tertawa renyah. "Beruntung aku satu tim dengan Minhyun. Dia ahli dalam laporan."
Minhyung memicing. "Intinya jika terjadi apa-apa pada Nono, kau bersalah."
"Oh ayolah! Mereka hanya kerja kelompok!"
"Aku punya firasat jelek tentang mereka berdua!"
"Kau berlebihan!"
Dan seterusnya. Kemudian mereka melanjutkan pertengkaran sepanjang menuruni tangga. Masih soal Minhyung dengan kecemasan tak masuk akalnya yang membayangkan bagaimana Jaemin akan menyeret Jeno dalam bahaya, dan Hyunjin yang menekuk wajah akibat sakit telinga.
"Permisi."
Oh, puji Tuhan dengan seluruh ciptaan-Nya. Hyunjin mendengus lega ketika Minhyung akhirnya berhenti menggerutu sebab seorang Lee Taeyong datang mencegah langkah mereka berdua.
"Kalian teman kamar Nono. Aku benar?"
Minhyung dan Hyunjin mengangguk, mati-matian menahan gugup dihadapkan dengan senyumaan Aphrodite yang dengan mudah memperdaya siapa saja. Sayangnya Lee Taeyong datang tanpa Renjun dan Haechan di sampingnya. Andaikan si manis itu menghampiri dengan kedua temannya, Minhyung mungkin sudah mati kehabisan napas hanya karena berhadapan dengan Haechan dalam jarak dekat.
"Kalian melihat Nono?"
Hyunjin berpikir sejenak. "Ah! Dia tadi ke perpustakaan. Dengan Na Jaemin!"
.
Jeno meringis tanpa suara. Lengan-lengannya yang kurus dirasa sudah tak sanggup menahan beban buku-buku tebal yang Jaemin tumpukkan ke tangannya dengan santai. Pria manis itu masih mengitari sepanjang rak buku, dan Jeno kehilangan jejak sebab langkah kakinya mulai lamban akibat membawa buku-buku yang semakin berat.
"Jangan mempersulit diri. Tinggal letakkan bukunya di meja apa susahnya?"
Jeno tersentak. Suara Jaemin terdengar jelas namun sosoknya tak ia temukan walau kepalanya sudah menoleh kesana-kemari.
"Di sini."
Detik setelahnya Jeno tersenyum lebar, mendapati Jaemin berada di hadapan rak buku yang membatasi tubuh mereka berdua. Pria manis itu mengambil salah satu buku dari rak, mengecek isinya tanpa hirau pada deretan gigi kawat yang menyapanya ramah. Dan celah-celah yang semakin terbuka di tengah-tengah rak membuat Jeno dapat melihat wajah Jaemin dengan jelas.
Jaemin masih membolak-balikkan buku. Dan
Jeno masih juga berdiri di tempat dengan senyum manis pada Jaemin di depannya.Jaemin mengerutkan dahi, melirik Jeno dengan risih. "Apa yang kau lihat?!" dan setelahnya menggeser kasar buku-buku dalam rak hingga bagian kosong di tengahnya kembali terhalang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Who Are You ? (Nomin Remake)
FanfictionOrginal story by @ohpurin on Wattpad. Jaemin tak pernah menyangka bahwa seorang pria dungu tiba-tiba menyapa atensi di antara banyaknya pemuda yang memaki hidupnya sebagai jalang. Jangan membuatnya marah. Siapa pria jelek bergigi kawat itu? ;this fi...