20 : make you mine

565 74 8
                                    

Cakrawala di ujung laut dengan lancar menembuskan sinar pada putihnya tirai, membawa satu garis tenang dari celah-celahnya. Cahaya oranye kekuningan merayap dengan hangat di wajah pria manis yang terlelap di dalam sana, yang perlahan bergerak tak nyaman dalam tidurnya, namun tak menyadari bahwa tubuhnya terkunci oleh suatu hal.

Kebisingan ombak pasang yang bergelombang kuat menjadikan ketenangan dalam ruangan itu mulai memudar. Sekelompok burung yang melintas di langit terang saling bersahutan dengan kicauan riang, mengusik Jaemin yang mulai terlepas dari mimpi indah.

Kesadaran pria manis itu perlahan pulih walau matanya masih terpejam. Tak lama, kernyitan aneh mencuat ketika ia merasakan ada yang salah dengan tubuhnya, dan juga hawa orang lain. Rasanya seperti, pinggangnya sedang direngkuh oleh sebuah lengan besar.

Jaemin membuka matanya dengan lebar tanpa harus mengedip kantuk. Mulutnya menganga tersentak dengan napas yang tertahan oleh keterkejutan dan rasa tak percaya saat wajah Jeno berada tepat di depan pandangannya.

Terlebih, tak ada sehelai benang pun di tubuh keduanya, terlepas dari blanket tebal yang menyelimuti tubuh mereka.

"Kau—"

Jeno mengerjap belum selesai pria manis itu berbicara dengan mulut terbata. Dan Jaemin tak dapat menyangka ketika reaksi yang diberikan oleh pria itu hanyalah sebuah sunggingan senyum tipis disertai mata mengantuk penuh sayu.

"Ada apa?" Jeno bertanya dengan baritone serak dari tenggorokannya yang basah, mengerjap lelah seakan ingin kembali dalam tidur pulas.

"Apa-apaan ini? Lee Jeno!"

Jeno mendenguskan tawa pelan dalam senyumannya yang terkulum tipis. Nyatanya, pria itu sudah terbangun lebih dulu sebelum Jaemin, dan memilih untuk bertahan pada posisi tidur mereka.

"Sialan. Apa yang sudah kau lakukan padaku?!"

"Kau sendiri tahu jawabannya."

"Kau brengsek!!"

Jaemin mulai meronta, namun lengan besar pria itu semakin mendorong punggungnya untuk merapatkan tubuh mereka berdua, mengunci Jaemin hingga tak dapat bergerak sedikit pun.

"Jangan berisik. Orang-orang di luar akan mendengarmu."

Jeno dapat merasakan dada Jaemin menempel pada dada bidangnya, pula dapat merasakan detak jantung si pria manis yang berdebar kencang menyertai bahu yang gemetar. Ia tahu Jaemin sedang ketakutan, namun tak dapat melakukan apapun selain berpura-pura bersikap tenang. Sebab pada kenyataannya, Jeno juga tak dapat mengingat apa yang sudah terjadi diantara mereka.

"Lepaskan aku, brengsek! Kau keterlaluan! Aku tak akan memaafkanmu!

"Coba ingatlah lagi. Siapa yang mabuk lebih dulu semalam?"

Jaemin tercekat, mengerjap cepat ketika sekelebat ingatan yang masih tersisa ialah saat dirinya menertawakan Jeno yang tiba-tiba terkapar oleh alkohol dan tak sadarkan diri. Kepalanya yang pening seketika semakin nyeri saat ia mencoba mengingat-ingat apa yang mereka lanjutkan setelah saling berlomba untuk minum yang terbanyak.

"Aku tak tahu apa yang terjadi setelah aku pingsan. Kau menang, hanya itu yang kuingat."

Jaemin mengernyit atas ucapan pria itu. "Lalu kenapa kau bersikap baik-baik saja dan tak terkejut sedikitpun?"

"Baik-baik saja? Aku seperti kehabisan seluruh energiku. Mungkin aku keluar sangat banyak tadi malam?" Jeno tertawa miring.

"Hei. Aku serius, Lee Jeno. Kau tak terlihat panik sama sekali, seolah kau sudah merencanakan ini semua. Atau—"

"Karena aku terbiasa dengan hal semacam ini." Jeno memotong omongan pria manis itu, tiba-tiba saja meraih kedua pergelangan tangan Jaemin dalam cengkraman kuat lalu menindih tubuh ringkihnya seketika. "Lantas kau? Apa yang kau takutkan? Kukira kau juga terbiasa melakukan itu?"

Who Are You ? (Nomin Remake)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang