Chapter 2

886 124 0
                                    

Different.

*.✧*.✧*.✧
Happy Reading!

*.✧*.✧*.✧

Setelah beberapa kejadian rumit Anna dan Harry berhasil sampai di sekolah, tidak menurut Anna ini seperti kastil kerajaan Hogwarts. Harry menjaga Anna sepanjang perjalanan.

Namun dia heran mengapa tidak satupun yang mengenal dia hanya Harry dan Harry. Beberapa menit yang lalu dia sudah mempunyai satu teman, Ron Weasley.

PINTU langsung membuka. Seorang penyihir wanita jangkung memakai jubah hijau zamrud berdiri disana. Wajahnya sangat galak dan pikiran Anna pertama adalah, jangan sampai membuat penyihir ini marah.

"Kelas satu, Profesor McGonagall," kata Hagrid.
"Terima Kasih, Hagrid. Biar aku ambil alih sekarang."Dibukanya pintu lebar-lebar. Aula di belakang pintu luas sekali, seluruh rumah keluarga Dursley bisa dipindahkan ke situ.Dinding batunya diterangi oborobor menyala seperti di Gringotts. Langit-langitnya tinggi sekali sehingga tak bisa dilihat, dan ada tangga pualam megah di depan mereka, menuju ke lantai atas.Anak-anak mengikuti Profesor McGonagall melintasi lantai batu kotak-kotak. Mereka bergerombol, berdiri lebih berdekatan daripada biasanya, memandang berkeliling dengan cemas.

"Selamat datang di Hogwarts," kata Profesor McGonagall.

"Pesta awal tahun ajaran baru akan segera dimulai, tetapi sebelum kalian mengambil tempat duduk di Aula Besar, kalian akan diseleksi masuk rumah asrama mana. Seleksi ini upacara yang sangat penting karena, selama kalian berada di sini, asrama kalian akan menjadi semacam keluarga bagi kalian di Hogwarts.Kalian akan belajar dalam satu kelas dengan teman-teman seasrama kalian, tidur di asrama kalian, dan melewatkan waktu luang di ruang rekreasi asrama kalian.

"Ada empat asrama di sini, Gryffindor, Hufflepuff, Ravenclaw, dan, Slytherin. Masing-masing asrama punya sejarah luhur dan masing-masing telah menghasilkan penyihir hebat. Selama kalian di Hogwarts, prestasi dan kemenangan kalian akan menambah angka bagi asrama kalian, sementara pelanggaran peraturan akan membuat angka asrama kalian dikurangi.
Pada akhir tahun, asrama yang berhasil mengumpulkan angka paling banyak akan
dianugerahi Piala Asrama, suatu kehormatan besar. Kuharap kalian semua akan membawa
kebanggaan bagi asrama mana pun yang akan kalian tempati.

"Upacara seleksi akan berlangsung beberapa menit lagi di hadapan seluruh penghuni sekolah. Kusarankan kalian merapikan diri sebisa mungkin selama menunggu."

Anna sejenak menatap jubah Neville anak dikereta yang kehilangan katak, jubah yang dikancingkan di bawah telinga kirinya, dan hidung Ron yang ada kotoran hitamnya.Harry dengan gelisah mencoba meratakan rambutnya, Anna membereskan rambut Harry yang dibalas senyum terbaik oleh Harry.

"Aku akan kembali kalau kami sudah siap menerima kalian," kata Profesor McGonagall.

"Tunggu di sini dan jangan ribut"

"Betulkah?" katanya. "Di seluruh gerbong kereta mengatakan Harry Potter datang ke Hogwarts.

"Ya," kata Harry. Anna memandang dua anak lainnya. Mereka besar dan kelihatannya sadis sekali. Berdiri di kanan-kiri anak pucat itu, mereka kelihatan seperti pengawal.Lagi lagi mereka membicarakan Harry.

"Oh, ini Crabbe dan ini Goyle," kata si pucat sambil lalu, ketika melihat siapa yang dipandang Harry.
"Dan namaku Malfoy, Draco Malfoy."

Ron terbatuk, yang mungkin dilakukannya untuk menyamarkan kikikan. Draco Malfoy
memandangnya.

"Kau pikir namaku lucu, ya? Aku tak perlu tanya siapa kau.Ayahku bilang semua Weasley berambut merah, punya bintikbintik di pipi, dan punya lebih banyak anak daripada yang sanggup mereka tang-gung."Dia kembali memandang Harry.

"Kau akan segera tahu beberapa keluarga penyihir jauh lebih baik daripada yang lain, Potter. Jangan sampai berteman dengan orang yang salah. Aku bisa membantumu dalam hal
ini."

Dia mengulurkan tangan untuk menjabat tangan Harry, tetapi Harry tidak menyambutnya. "Kurasa aku bisa menentukan sendiri mana orang yang salah, terima kasih," katanya dingin.

Anna yang melihat itu membalas uluran anak bernama Draco, "Aku, Joanna Lily Potter." balas Anna tersenyum. Draco tersenyum canggung namun dia tidak bisa menutupi kekesalannya pada seorang Harry Potter.

Wajah Draco Malfoy tidak berubah merah, tetapi rona merah jambu muncul di pipinya "Aku akan hati-hati kalau jadi kau, Harry Potter," katanya perlahan.

"Kalau kau tidak lebih sopan sedikit, nasibmu akan sama dengan orangtuamu. Mereka juga tak tahu apa yang baik untuk mereka. Kalau kau ke sana kemari dengan orang-orang urakan seperti keluarga Weasley dan Hagrid, kau pasti ketularan."
Baik Harry maupun Ron bangkit. Wajah Ron sudah semerah rambutnya.

Mcgonagall kembali dan menyentuh belakang Draco membuat nya kembali ketempat semula.

"Mengapa kau membalas ulurannya?" tanya Harry.

"Dia ingin berteman, bukan mencari musuh!" bantah Anna.

"Ya, dan dia menghina seseorang." balas Harry.

"Ron, bukan aku." kata Anna final.

Mereka langsung masuk untuk di seleksi, saat Harry ingin diseleksi semua pasang mata menatap ke arahnya. Lagi lagi Anna bingung dengan situasi macam ini. Ron berkata Slytherin tempat yang dihuni orang-orang jahat namun Dimata Anna Slytherin seperti menarik perhatiannya belum lagi itu adalah asrama ular, mengingatkan akan kalungnya.

Lama sekali, batin Anna. Sampai Professor Mcgonagall memanggilnya.

"Potter, Joanna." panggilnya, kali ini bukan Anna mengharapkan untuk dikenal karena tatapan orang orang ini untuknya seperti bingung.

Ya, rambut pirang setengah silver lurus menjuntai dengan mata abu abu dan kulit pucat? itu sama sekali bukan Potter terlihat seperti uhm-- Malfoy.

Namun saat topi seleksi belum menyentuh kepalanya topi itu tanpa berfikir panjang berteriak membuat seluruh tempat bergeming.

"SLYTHERIN!"

_TBC_

Angel face Devil Thought Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang