Chapter 14

468 70 2
                                    

Pain.

*.✧*.✧*.✧
Happy Reading!
*.✧*.✧*.✧

Leora tidak sadar bagaimana caranya dia bisa kembali untuk tahun kelima nya jika saat di Manor dia tidak pernah keluar dari kamar, Mengurung diri di Manor bahkan saat itu dia sempat tidak ingin kembali untuk tahun keliama nya, walaupun dia akhirnya kembali hanya untuk mengecek keadaan Harry.

Di tahun kelima nya begitu membosankan dengan Umbridge, dan berbagai kejadian tak terduga.

Dan inilah dia, berada di rumah lebih awal tepatnya melarikan diri dari sekolahnya. Mengecek keadaan ibunya yang malang.

Dia masih marah sama Mattheo sepenuhnya,

Saat sampai di depan Manor dia melihat Narcissa sedang menatap hamparan hamparan dedaunan di depan Manor.

"Mother," panggil Leora dingin dan datar.

"Hei, mengapa kau kembali lebih awal?" tanya Narcissa.

"Tidak ada," balas Leora.

Narcissa mengerutkan dahinya, "Apa sekolah tahun ini begitu buruk?" tanya Narcissa.

"Tidak."

"Lalu?" tanya Narcissa.

Lucius datang menghampiri mereka, Leora tau sangat tau ayahnya tak akan memasang wajahnya yang datar nan dingin di depan Leora. Perlu kah dia ingatkan bahwa dia adalah generasi perempuan pertama seorang Malfoy? Draco selalu berkata, "Grandfather Abraxas akan mewariskan seluruh kekayaan keluarga Malfoy padamu jika dia masih hidup!" begitu kata Draco.

"Leora bisa kita bicara?" tanya Lucius.

"Bisa aku pergi dari situasi seperti ini?" tanya Leora memohon.

Sungguh dia kacau mengingat lagi apa yang telah dia lihat beberapa bulan silam. Dia selalu menunggu kehadiran Narcissa dan Lucius di Privet Drive. Sangat lucu bukan seolah dunia sedang mempermainkan Leora tapi dia tau, dia tau dia bukan anak dari James dan Lily Potter, salahkan orang orang yang hanya menganggap Harry, salahkan mengapa dia selalu menjadi bayangan Harry, salahkan mulut jahat petunia saat itu.

Lucius memandang nya dalam, seperti menulusuri apa yang terjadi di dalam memori Leora, dan Leora yakin Lucius tidak bodoh untuk tidak tau bahwa memori yang saat ini di dalam kepalanya sangat mengerikan.

"Dimana Draco?" tanya Lucius.

"Sibuk dengan Umbridge dan tugas sialannya." balas Leora pelan.

Ya dalam pikiran Lucius dia sudah tau itu akan terjadi, Draco aka melakukan apapun untuk menarik perhatiannya.

"Leora, haruskah aku menjelaskan lagi? You a miracle in this family. Kau bukan bayangan Harry Potter disini." kata Lucius.

"I was 14 and I saw this scary monster looked like my father, how thought me how mix pain."
balas Leora tanpa sadar air matanya menetes.

Dia begitu menyayangi Lucius, Narcissa dan juga Draco. Ini memang tempatnya dia di terima, Lucius mengajarkan banyak hal padanya dalam beberapa hari salah satu nya adalah bagaimana memangkas rasa sakit yang berlebihan namun ternyata rasa sakit itu bukan berasal dari siapapun melainkan dirinya.

"Who called me a miracle," lanjutnya dengan pandangan kosong membuat Narcissa merasakan juga apa yang di rasa oleh Leora.

"I didn't know which version of you was a real!"

"Kau Pembohong! Kau Pelahap Maut!" teriak Leora.

"I waited for you! for month, or years! but you didn't come and you come for give me a fucking pain!" Leora benar menangis kali ini,

Ternyata rumor keluarga Malfoy Pelahap Maut benar adanya, Narcissa memeluknya.

"Shhh love, in my experience father's cause pain." balas Narcissa. Tidak ada yang tau betapa beratnya menjadi Narcissa Malfoy. Dia pun tidak begitu menyukai hal hal berbau kegelapan. Namun inilah jalannya bersama suaminya yang dia cintai,

"Aku harus pergi ke kementerian, ada yang harus ku urus." balas Lucius datar.

Lucius beranjak, Leora menatap nya tak percaya. Apa memang ayahnya sekejam ini?

****
Leora berada di kamar dengan gelisah, dia beranjak dari kasur dan keluar dar kamar. Namun perhatian ada pada sayap barat manor.

Tidak, lebih tepatnya pada suatu ruangan. Ruangan yang selama beberapa bulan ini ayahnya sangat melarang keras dia berada di sekitar sana, belum lagi Draco.

Ayahnya berada di kementerian mungkin menyeludup sebentar tidak akan ketahuan,

Saat membuka pintu ternyata terkunci, "Alohomora,"

Tidak, Lucius pasti memakai mantra untuk membuka nya. Leora berdecak kesal persetan dengan ayahnya.

"Bombarda Maxima"

Terbuka, lebih tepatnya hancur Leora memandang ke arah pintu dengan puas.

Leora memasuki ruangan serba hitam dan menyeramkan itu dengan perlahan.

Normal, semua tidak ada yang berbahaya memang banyak benda hitam disini, namun ada satu buku berlapis sampul tengkorak yang menarik perhatian Leora.

L.M?

Sejak kapan ayahnya punya diary?

Leora membuka lembar pertama, itu menampilkan saat ayahnya semasa sekolah, dan itu menjelaskan betapa ayahnya mencintai ibunya.

Leora tersenyum, dia jadi mengingat Mattheo. Sekarang Leora sadar Leora mencintai Mattheo dia merasa dia munafik jika tidak mengakui itu.

Leora membuka lembar terakhir, ya tulisannya masih basah tinta nya seperti baru.

Dear,

Anak ku yang aku banggakan melihat betapa gelapnya diriku. Entahlah dia menyebutku sebagai pembunuh mungkin, Draco dan Leora jika kalian tau aku sangat menyayangi kalian. Aku mengorbankan apapun untuk itu, untuk harta berharga ku Narcissa Draco dan Leora.

L.M.

Batin Leora menjerit kencang, apa ada sesuatu dari ayahnya yang tidak dia ketahui?

Apakah sebenarnya ayahnya benar benar baik, apa maksud dari semua ini?

Leora terlalu keras untuk berfikir sampai...

CTAKKKK.

Suara dari perapian di bawah, tapi kali ini bunyi nya sangat aneh kasar dan terkesan terburu-buru.

Leora segera turun, namun yang dia lihat Mothernya meluruh karena di depan ada beberapa auror.

"Mother, what's wrong?" tanya Leora.

"You're father, in azkaban." balas Narcissa memeluknya.

Deg!

Angel face Devil Thought Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang