Tentang Bali

1.3K 88 19
                                    

Setelah kurang lebih berada di Bali untuk sekedar menghabiskan waktu bersama, kini kedua pasang suami istri itu tengah berada di kediaman milik papa dari Mahalini.

"Kapan Nuc ke Jakarta nya?" Tanya Jody, yang sedang merangkul istrinya di sofa.

"Hm, tunggu Lini mau pulang kapan, kak." Balas Nuca, menunjuk Mahalini yang tengah memainkan ponselnya. Mahalini yang mendengar namanya disebut pun, mendongak.

"Kenapa sih kak? Ga seneng banget aku disini!" Mahalini mendelik menatap sang kakak.

"Ya ga gitu, gek. Kan nanya!" Balas Jody, dengan memutar bola matanya malas.

"Aku mau lama disini ye! Ya kan, mas?" Tanya Mahalini menatap Nuca, menatap Nuca yang juga tengah mendengarkan perdebatan itu, Nuca hanya mengangguk terkekeh.

"Hoamm.." Mahalini menguap dengan mata yang sayu, membuat Nuca kini memperhatikan istrinya itu.

"Ngantuk?" Tanya Nuca.

"Dikit." Balas Mahalini, mengucek kedua matanya.

"Ke kamar aja gih, gek!" Ugek menyuruh sang adik ipar untuk segera pergi ke kemar. Mahalini beranjak, yang juga diikuti oleh Nuca di belakang. Kini, mereka pun tengah berada di kamar Mahalini, semasa ia tinggal di Bali.

"Huaaa! Akhirnya! Kangen kasurku!" Mahalini sedikit berteriak, merebahkan dirinya di kasur empuk miliknya. Sedangkan, Nuca tertawa geli sembari membereskan bawaan ia juga Mahalini.

"Mas, aku ngantuk banget." Ucap Mahalini terdengar sayu.

"Ya udah tidur aja." Balas Nuca dengan lembut, masih dengan posisi merapikan bawaan mereka.

"Mas, sini sih!" Mahalini yang tengah tertidur, menepuk pelan kasurnya membuat Nuca menurut. Kini, Nuca duduk di kasur empuk milik Mahalini tersebut, mengusap pelan rambut panjang sang istri.

"Kenapa?" Tanya Nuca, Mahalini mendongak.

"Capek, mas. Nanti aku yang beresin." Mahalini kini memindahkan kepalanya ke pangkuan Nuca, sedikit melepas lelahnya disana.

"Ya udah tidur dulu, aku mau ambil barang kita di bawah, ga enak sama yang lain." Nuca mengelus pelan kepala istrinya yang sedang memejamkan matanya.

"Jangan sih, Nuc! Ga mau kamu tinggal!" Rengek Mahalini, memeluk Nuca dari samping.

"Haha, kenapa?" Tanya Nuca gemas.

"Ya jangan, masa aku sendiri sih?" Mahalini kembali merengek, tambah mengeratkan pelukannya.

"Ya udah ngga deh." Nuca pada akhirnya mengalah.

"Eh iya, maaf tadi aku masih manggil Nuca, maaf ya mas."

"Ga papa, belom kebiasa ya?" Balas Nuca santai.

"Iya, masih kebawa."

Nuca kembali menatap Mahalini, membuat Mahalini serasa diperhatikan.

"Kenapa, mas?" Mahalini membuka matanya, menatap sang suami dengan raut bertanya. Nuca tak menjawab, ia hanya terus memerhatikan Mahalini, membuat Mahalini semakin tak mengerti atas gelagat Nuca. Nuca membungkukkan badannya, membuat Mahalini kini paham atas kemauan sang suami. Kini, Mahalini memejamkan matanya, menunggu bibir Nuca datang.

Cup!

Nuca mencium pipi Mahalini sekilas.

"Ye! Ge-er!"

Ledek Nuca melihat Mahalini yang masih memejamkan matanya tak percaya. Mahalini menatap Nuca garang, kini ia bangkit dari pangkuan Nuca, dan duduk dengan ekspresi marahnya, sedangkan Nuca hanya tertawa geli sembari memegangi perutnya.

Kembali [END] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang