Tegar

650 75 14
                                    

Guys! Join grup WA nyaaa!!!😃🤙😗

Mahalini kini tengah menyusui kedua putrinya di sebelah Nuca yang masih dengan setia memejamkan matanya. Mahalini harus bersikap tegar dan terlihat kuat di depan kedua putrinya, tak mau terlihat bersedih, ditambah lagi, kini hanyalah dirinya seorang diri yang menjaga kedua putrinya yang masih kecil.

"Papa malu ya, dek? Tidur ya, dek?" Mahalini bergumam sendiri menatap kedua putrinya yang tengah menyusu, sesekali ia juga menatap sendu sang suami, berharap keajaiban datang.

Setelah selesai menyusui dan menidurkan kedua putrinya, Mahalini kembali duduk di sebelah tempat tidur sang suami, kini dengan wajah yang mulai tersenyum.

"Mas mah, jangan lama-lama sih mas tidurnya, aku kan kangen berduaan lagi, mas.." Ucap Mahalini dengan sedikit rengekan, mengingat kenangan mereka.

"Mas, itu liat, Tisha sama Rissa kan kangen kamu juga, mas." Mahalini menunjuk ke arah kedua putrinya, yang tertidur di dorongan bayi, seperti berbicara pada Nuca, namun nihil, masih tak ada jawaban.

"Mas.."

Mahalini mulai meneteskan air matanya kembali, dengan perasaan yang tak karuan, ditambah lagi pikirannya yang melayang memikirkan keadaan sang suami.

"Mas jangan gini, mas.."

"Mas, bangun.."

"Ah aku cengeng banget gak sih, mas?" Mahalini mengusap air matanya, menertawai dirinya sendiri, berusaha bersikap tegar.

"Pokonya aku harus kuat ya, mas?"

Mahalini bertanya, menatap Nuca senyum. Ia tersenyum walau perasannya sedang kacau, ditambah pikirannya yang sedang kalut sekarang.

"Kamu kan juga ngajarin aku buat gak lemah, mas." Mahalini mengusap dengan lembut wajah milik Nuca, yang dilapisi dengan perban.

Tok tok tok!

Mahalini menoleh ke arah pintu, mendapati dokter dengan beberapa perawat yang ingin mengecek kondisi suaminya.

"Ibu Lini, kami izin untuk mengecek keadaan Pak Nuca, ya?" Izin Dr. Chris, yang membuat Mahalini berpindah tempat, mempersilahkan dokter tersebut mengecek.

"Ibu Lini."

Panggil seorang perawat dengan membawa sebuah bill tagihan rumah sakit, membuat Mahalini memasang raut bertanya.

"Ibu, mohon maaf.." Ucap seorang perawat tersebut dengan nada tak enak.

"Bisa bicara sebentar, Bu?" Perawat tersebut bertanya, membuat Mahalini mengangguk. Ia pun menatap Nuca sebentar, sebelum meninggalkan kamar sang suami.

"Ibu, mohon maaf sekali,"

"Tapi, untuk asuransi kantor yang bisa dicairkan hanya setengah dari biaya yang harus dibayar, Bu." Jelas perawat tersebut, membuat Mahalini memasang raut bertanya. Perawat tersebut menyerahkan sebuah kertas tagihan rumah sakit yang diterima oleh Mahalini.

"100 juta, sus?" Tanya Mahalini membelalakkan matanya tak percaya, melihat angka sebesar itu di genggamannya.

"Iya, Bu Lini. Pak Nuca sudah melakukan operasi sebanyak 3 kali, ditambah lagi kamar VIP yang Pak Nuca tempati sekarang, kami rawat dengan sangat baik, selalu higienis." Jelas perawat tersebut kembali.

"Ini kapan sus jatoh tempo nya?" Mahalini bertanya pada perawat tersebut.

"Karena masih ada tanggungan asuransi kantor, ibu bisa lunasi di minggu depan, bu." Jawab perawat tersebut.

"Makasih ya, sus. Saya akan usahakan." Mahalini menyanggupi, walau dengan seribu pertanyaan yang kini terbesit di benaknya.

****

Kembali [END] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang