Kembali Bersama

982 86 12
                                    

Pada akhirnya, Nuca memutuskan untuk menetap di Bali untuk beberapa waktu. Tak lain tak bukan, tujuannya adalah untuk kembali dekat dengan Mahalini. Ia tahu, meski tak mudah untuk menghapus luka yang kini Mahalini rasakan, setidaknya ia mencoba.

Kini, ia tengah berada di rumah Mahalini, dan sedang berbincang dengan Papa Gede sembari menunggu Mahalini yang tengah bersiap.

"Nuca, stay di Bali?" Tanya Papa Gede menatap Nuca di hadapannya, sebelum menyeruput kopi hitam di tangannya.

"Iya, om." Balas Nuca tersenyum.

"Nuc-

Papa Gede menaruh kopinya, membuat Nuca memfokuskan matanya ke arah Papa Gede, penasaran atas apa yang akan pria paruh baya dihadapannya katakan.

"Kalo seandainya om pergi sebelum kalian nikah, om titip Lini, Nuc." Papa Gede melanjutkan ucapannya menatap Nuca sendu.

"Bimbing Lini ke arah yang lebih baik, Nuc--

"Om percayakan Lini untuk kamu." Papa Gede melanjutkan kalimat terakhirnya dengan sedikit berat. Matanya kini menatap Nuca yang juga tengah menatapnya.

"Pasti om, Nuca janji." Balas Nuca yakin.

"Nuca, kamu tau? Alasan kenapa om sama mama Lini begitu yakin kamu yang terbaik?" Papa Gede bertanya.

"Om bisa liat dari pertama kali ngeliat kamu, Nuc. Kamu yang paling beda." Tambah Papa Gede.

"Soal Adit, om ga bakal banyak bicara. Dia emang yang paling lama sama Lini, tapi om ga pernah sreg sama dia, jujur." Jujur Papa Gede pada Nuca mengeluarkan isi hatinya saat ini.

"Om harap kamu ga ngecewain kami, Nuc." Ucap Papa Gede menatap Nuca serius.

"Nuca janji, om." Balas Nuca juga dengan yakin.

"Eh? Nuca?" Mahalini yang baru saja menuruni tangga terkejut dengan kedatangan Nuca yang secara mendadak, tanpa mengabarinya terlebih dahulu. Mahalini menghampiri papa nya, mengecup singkat pipi papanya, lalu duduk di sebelah sang papa.

"Mau jalan?" Tanya sang papa, menatap Mahalini yang tengah merapikan pakaiannya.

"Tau tuh Nuca, ngajakin!" Balas Mahalini menunjuk Nuca dengan gerakan leher. Nuca hanya tersenyum menunduk. Papa Gede tertawa menatap tingkah Nuca yang terlihat tak berubah.

"B-boleh, om?" Nuca bertanya seakan meminta izin pada papa Mahalini.

"Boleh dong! Masa ngga?" Balas Papa Gede, sedikit membuat Nuca lega.

"Naik apa, Nuc?" Tanya Papa Gede.

"Motor om, soalnya mobil Nuca dipake mas Axel pergi." Jelas Nuca menatap Papa Gede takut-takut. Mahalini ikut memperhatikan.

"Boleh aja, kok." Papa Gede mengizinkan keduanya. Setelah menyalami Papa Gede, kini keduanya tengah berada di pekarangan rumah Mahalini, mengambil motor Nuca yang terparkir disana.

"Tumben Nuc, motor!" Mahalini berucap dengan posisi di belakang Nuca.

"Iya maaf ya, kamu gapapa?" Tanya Nuca merasa tak enak.

"Gapapa lah! Kayak aku siapa aja ga mau naik motor!" Balas Mahalini dengan sedikit tawa. Nuca hanya tersenyum tipis mendengarnya.

"Yuk?" Nuca yang sudah lebih dulu menaiki motornya, diikuti oleh Mahalini yang duduk di belakang.

"Udah?" Tanya Nuca memastikan, menatap Mahalini dari kaca spion.

"Udah!" Balas Mahalini.

Mendengar balasan itu pun membuat Nuca mulai melajukan motornya menyusuri jalanan Bali yang tampak sepi nan indah. Mahalini memeluk pinggang Nuca dari belakang, membuat Nuca tersenyum senang.

Kembali [END] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang