Duka

1K 83 10
                                    


Nih double! 🤩

Setelah mendengar kabar duka kepergian sang papa, Mahalini begitu terpukul sekarang. Ia tak henti-hentinya menangisi potret mendiang sang papa yang berada di dekapan dadanya.

"Kamu tuh jahat tau ga sih, mas!"

Mahalini menatap Nuca dengan sorotan emosi, Nuca menunduk.

"Kenapa ga bilang kalo papa udah ga ada pas aku lahiran?" Tanya Mahalini lagi, kini dengan isakan.

"Aku ga maksud gitu, sayang." Nuca menghampiri Mahalini, bersimpuh di hadapan Mahalini.

"Kamu nya juga kan belom sembuh banget." Tambah Nuca lagi dengan menundukkan kepalanya, tak berani menatap manik mata Mahalini.

"Ngapain gitu sih? Minggir." Mahalini berkata menyuruh Nuca untuk bangun dari posisi bersimpuh nya, Nuca menurut memberikan jalan untuk Mahalini. Mahalini pergi meninggalkan Nuca yang masih terdiam menatap kepergian sang istri.

"Pa, kenapa papa gini, pa? Kenapa papa ninggalin aku?"

Mahalini memandangi potret mendiang papanya yang tersenyum manis, senyuman yang selalu menghangatkan Mahalini.

"Pa, aku ga bisa sendiri, pa.."

"Pa, papa kan janji buat sembuh."

"Pa, aku pengen meluk papa, pa."

"Aku curhat ke siapa lagi pa kalo papa udah ga ada?"

Mahalini terus menerus meracau dengan berbicara sendiri, wajahnya kini sudah sembab oleh air matanya sendiri.

Mahalini kembali masuk ke dalam kamar kala mendengar suara tangisan kedua putrinya. Ia ambil keduanya, dan mulai menyusui mereka. Masih dengan perasaan kesalnya pada Nuca, ia kini duduk membelakangi Nuca.

"Larissa sama Latisha nanti kita ke Bali sama mama, mau?" Mahalini bertanya pada putrinya, memendam kesedihan yang sangat amat.

"Anak mama pinter ya nen nya." Tambah Mahalini lagi.

Nuca yang berada di belakang Mahalini pun hanya berdiri memperhatikan, tak berani menghampiri.

"Kalian tau, sayang? Opa kalian udah sama Oma sekarang." Mahalini berucap dengan kembali meneteskan air matanya.

"Eh? Mama nangis, ya? Malu ya mama ya?" Mahalini berusaha menutupi kesedihannya di depan kedua putrinya. Hati Nuca tersayat mendengar itu.

"Nanti mama ajak jalan-jalan mau, ya? Kita ke pantai, ke rumah mama, sama kita kunjungi opa oma juga."

"Mama kangen sama opa oma kalian." Tambah Mahalini lagi, dengan pandangan kosong ke depan.

Nuca yang sudah tak tahan untuk tak menghampiri Mahalini pun, kini ikut duduk di sebelahnya, mengusap pundak Mahalini yang tengah menyusui kedua buah hati mereka. Mahalini masih dengan perasaan jengkelnya, menepis tangan Nuca dari pundaknya.

"Maafin mas, ya." Bujuk Nuca perlahan.

"Mama sayang kalian banget." Mahalini tak menanggapi perkataan Nuca, ia mengusap lembut pipi kedua putrinya yang tampak menggemaskan.

"Maaf ya, ma." Nuca kembali membujuk kini dengan menyampirkan rambut Mahalini ke belakang telinganya. Mahalini terus mendiamkannya, kini dengan berpindah tempat menjadi ke ujung kasur dengan kedua tangannya yang membawa Larissa juga Latisha yang masih menyusu.

"Pindah sini aja ya, sayang." Ucap Mahalini pada kedua putrinya, menjauhi Nuca. Nuca semakin bingung harus berbuat apa agar Mahalini memaafkannya.

******

Kembali [END] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang