Fakta

934 84 11
                                    

Setelah melakukan perjalanan menuju Bali, kini Nuca berserta keluarga besarnya tengah berada di hotel untuk mengistirahatkan diri sejenak. Jantung Nuca sedari tadi berdetak tak karuan mengingat ia akan kembali berjumpa dengan Mahalini setelah sekian tahun tak bertemu.

"Santai kali, mas! Deg-degan ye!" Dru yang menyadari gelagat sang kakak pun menggodanya. Nuca menggeleng, memejamkan matanya di kasur, tak menghiraukan godaan sang adik. Tetapi, kala ia memejamkan matanya, kini bayangan Mahalini kembali muncul. Dengan cepat, ia buka matanya, menggelengkan kepalanya, menepis segala pikiran yang mengganggunya sedari tadi.

"Keliatan, Nuc!" Axel yang berada satu kamar dengan Nuca dan Dru pun menertawai ekspresi sang adik.

"Deg-degan kan kamu?" Tanya Axel, dengan raut meledek.

"Lima tahun ga ketemu dia masih sayang apa ga ya sama aku?" Axel berucap dengan nada dibuat-buat, seakan membaca pikiran Nuca saat ini. Nuca pun terdiam pasrah.

"Hahaha, bener!" Dru menimpali dengan tawa.

"Nuc, Nuc! Jago bisnis tapi ga jago di percintaan!" Ledek Axel kembali membuat Nuca melempar bantal hotel yang ada disebelahnya.

"Kamu mau ketemu Lini lagi gondrong gitu? Mana kumisnya belom dicukur!" Axel berucap memperhatikan Nuca, Nuca pun melihat dirinya sejenak di cermin.

"Nanti aja ah." Balas Nuca menolak.

"Paling-paling nanti Lini ga ngenalin kamu!" Tambah Axel yang membuat Nuca sontak menoleh.

"Biarin!" Balas Nuca.

****

Keesokan harinya, Nuca beserta keluarganya langsung bergegas ke rumah Mahalini yang terletak di Canggu. Kini, Nuca tengah dalam perjalanan bersama keluarganya.

"Buset! Tegang amat tuh muka!" Axel yang berada di sebelah Nuca menatap Nuca jahil. Nuca melotot ke arah Axel.

"Santai sih, mas!" Dru ikut menimpali, menepuk pelan pundak Nuca dari arah belakang.

"Kalian itu ya ga bisa banget ga gangguin Nuca!" Tegur Mama Angke yang berada di depan bersama Papa Aru yang menyetir.

"Bismillah, mas!" Mama Axel menasihati Nuca yang tengah menyenderkan kepalanya di bangku mobil, menatap ke arah atas. Nuca mulai membacakan doa di dalam hatinya.

Setelah beberapa menit perjalanan dari hotel tempat Nuca menginap sampai ke rumah Mahalini, kini mereka akhirnya tiba di kediaman Mahalini. Nuca menatap sekelilingnya, tak ada  perubahan secara spesifik dari lima tahun lalu. Pikiran Nuca kini kacau, ia tak tahu harus berbuat apa ketika melihat kembali Mahalini.

"Ayo, Nuc!" Mama Angke membuyarkan lamunan Nuca, Nuca pun segera menyusul keluarganya yang lebih dahulu masuk ke rumah Mahalini.

"Permisi!"

"Eh, masuk-masuk! Bi, tolong beri minum ya." Papa Gede yang sedang menonton televisi pun melihat keluarga Nuca dari depan, mempersilahkan masuk.

"Apa kabar, Ru?" Tanya Papa Gede yang sedikit kesusahan untuk bangun dari duduknya, Papa Aru yang mengerti pun menghampirinya, menyuruh Papa Gede duduk kembali.

"Eh, udah duduk aja!" Ucap Papa Aru.

"Baik, kamu gimana?" Tanya Papa Aru balik, memegang pundak Papa Gede.

"Sesuai apa yang kamu liat." Balas Papa Gede tersenyum menatap kakinya.

"Om." Nuca menghampiri Papa Gede, menyalaminya.

"Nuca udah makin ganteng ya." Puji Papa Gede pada Nuca. Nuca hanya tersenyum tipis. Lalu, disusul oleh kakak dan adik-adiknya Nuca menyalami papa Gede.

Kembali [END] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang