Deep Talk (2)

516 66 18
                                    

good night, syg!

Aku tau, kelen gd yang manggil sayang kan? ya udah aku aja 😌😌

Setelah menghabiskan makanan mereka dan juga telah menidurkan anak-anak mereka masing-masing, Mahalini, Nuca, beserta Putri dan Putra tengah duduk di balkon rumah Mahalini dan Nuca yang terbuka menampakkan pemandangan langit malam hari.

"Enak banget ya disini, adem." Mahalini menyetujui perkataan Putri.

"Bener mbak, aku sama Mas Nuca juga sering berduaan disini." Mahalini menimpali dengan senyuman.

"Gian ga bakal bangun, Lin?" Tanya Putri memastikan.

"Ngga, mbak. Gian kalo udah kena AC ga bisa dibangunin, nanti paling kalo bangun nangis, kan kedengeran juga dari sini, terus aku taro di kamar si kembar, jadi kalo nangis, mereka kasih tau." Jelas Mahalini membuat Putri mengangguk paham.

"Kita kayak cerita-cerita aja, yuk?" Ajak Putri, Mahalini yang memang menyukai sesi sharing pun, mengangguk setuju.

"Apa ya?"

"Hm, mas ada ide?" Tanya Mahalini menatap Nuca yang hanya diam memperhatikan.

"Apa ya, mas juga ga tau sih." Balas Nuca yang juga tak mempunyai ide.

"Mas Putra?" Tanya Mahalini bergantian menatap Putra.

"Kalian aja, deh. Aku tanya ya?" Putra bersiap bertanya pada Mahalini juga Nuca.

"Pas kalian jauhan, emang ga canggung?" Tanya Putra setelah berpikir beberapa detik.

"Beuh, mas! Ga ada tau-tau nya!" Mahalini menjawab dengan gaya khasnya.

"Kasih tau, mas!" Mahalini menepuk pelan pundak Nuca, menyuruh Nuca menjawab pertanyaan tersebut.

"Lah, kok aku?" Nuca bertanya balik.

"Hih!" Delik Mahalini.

"Bukan canggung lagi, MasPut! Aku nih ya, liat Mas Nuca dulu waktu masih jauh-jauhan, mau liat muka nya aja males, jujur aja nih." Dengan sedikit menaruh emosi di setiap kalimatnya, Mahalini menjelaskan pada yang lain, Nuca hanya mengangguk geli mengingat kejadian itu.

"Ya tapi kan kalian kan temen duet, kan? Terus gimana?" Tanya Putra lagi.

"Ya gitu, mas. Aku yang emang dasarnya dingin jadi ga terlalu masalah, tapi waktu itu Lini keliatan banget pura-pura nutupin rasa canggung diantara kita, ya udah paling cuma gitu aja, flat banget." Kini, giliran Nuca menjelaskan dengan rinci.

"Emangnya ga sakit pura-pura jauh tapi hati ga mau ngejauh?" Putri bertanya di sebelah Putra, menoleh ke arah Mahalini dan Nuca.

"Sakit lah, mbak. Tapi ya mau gimana? Aku juga kan ga bisa ngapa-ngapain, Mas Nuca nya lempeng aja, kayak gapapa aku pergi." Balas Mahalini sedikit mencibir ke arah Nuca.

"Apaan, Lin!" Putri membantah perkataan Mahalini.

"Kamu ga tau aja! Dulu nih ya, pas beberapa hari kalian udahan, itu Nuca keliatan banget lusuh kayak ga keurus, aku ga begitu nyaksiin karena kan aku ada di Solo, sedangkan waktu itu Nuca cuma sama Axel di Jakarta, tapi aku kan ngeliat di live dia." Putri menjelaskan dengan menatap ke arah Nuca, Mahalini ikut menoleh ke arah Nuca memastikan.

"Emang iya, mas?" Tanya Mahalini.

"Iya kayaknya, aku ga begitu inget." Nuca dengan sedikit ragu menjawab.

"Sekarang gantian, dong! Mas sama mbak yang cerita!" Titah Mahalini menyuruh Putri dan Putra bergantian menceritakan kisah cinta mereka.

"Ga ada yang special kita mah ya, pa? Kayak ya udah, sama-sama dokter aja, ketemu di rumah sakit, dia kebetulan senior aku, jadi sering aku chat buat nanya pelajaran doang sebenernya." Jelas Putri, membuat Mahalini menyiratkan wajah antusias menunggu kelanjutan kisah tersebut.

Kembali [END] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang