TobeliCoklat X BumiBulan

974 86 11
                                    

Setelah memutuskan untuk menetap di Jakarta, kini Mahalini tinggal di rumah lamanya yang juga ditinggali oleh Keisya. Mahalini kini tengah berbincang dengan Keisya dan Fahmi di ruang tamu.

"Mi, aku boleh gak warnain rambutku?" Keisya yang tengah bersandar di pundak Fahmi, bertanya dengan nada membujuk.

"Warna opo, seh?" Balas Fahmi menatap Keisya membungkuk.

"Mau kayak Kak Ti!" Jawab Keisya.

"Ngapain? Ini bagus." Fahmi mengusap pelan rambut hitam Keisya, membuat Mahalini menatap keduanya jengah.

"Raimu sih, Lin!" Ucap Keisya dengan gelak tawa, menatap ekspresi jengkel Mahalini.

"Kalian kalo mau bucin jangan disini sih!" Mahalini berkata seakan mengusir Keisya juga Fahmi.

"Biarin sih! Sirik amat! Jomblo, ye?" Ledek Keisya, semakin mendekatkan dirinya ke Fahmi, membuat Mahalini semakin menatapnya nyalang.

"Ga ye!" Elak Mahalini.

"Oh? Jadi udah balikan, Lin?" Keisya bertanya dengan raut memastikan. Tentu, ia juga tahu akan hal itu.

"Opo seh?!!" Balas Mahalini galak. Mahalini pun memutuskan untuk pergi meninggalkan Fahmi juga Keisya menuju taman belakang rumahnya, yang selalu menjadi tempat menenangkan pikirannya yang sedang kalut.

Mahalini menatap ke arah langit sore, membiarkan matanya terpejam merasakan desiran angin menerpa wajahnya. Sampai tiba-tiba, rasa dingin yang mengenai wajahnya, membuatnya seketika membuka matanya.

"Eh?" Mahalini terkejut, menatap seseorang yang datang dengan dua buah es krim di tangannya.

"Nih!" Nuca memberikan sebuah es krim rasa strawberry, kesukaan Mahalini. Mahalini menatap Nuca tak percaya.

"Lah? Kamu kok disini? Ga kerja?" Tanya Mahalini, sembari menerima es krim yang Nuca berikan. Mahalini sedikit menggeser posisi nya agar Nuca bisa ikut duduk.

"Ini baru balik." Ujar Nuca sembari membuka bungkusan es krim di tangannya.

"Mau dibukain?" Tanya Nuca, menatap es krim Mahalini yang masih tersegel. Tanpa menunggu jawaban Mahalini, Nuca mengambil es krim tersebut dan membukakan bungkusan es krim tersebut, lalu memberikan itu pada Mahalini.

"Kok ga bilang?" Tanya Mahalini, sembari mulai memakan es krim di tangannya. Nuca menoleh ke samping.

"Gapapa." Balas Nuca singkat.

"Kamu udah makan, Nuc?" Tanya Mahalini, mengelap bibir Nuca yang terdapat cairan es krim disana.

"Ini lagi makan." Balas Nuca mengangkat es krim coklat di tangannya.

"Ya nasi maksudnya!" Mahalini berdecak sebal.

"Oh nasi, hmm tadi pagi udah makan bareng Mas Axel." Jelas Nuca.

"Lah, terus kalo sore?" Mahalini bertanya dengan nada penasaran.

"Siang aja aku ga sempet makan, aku ada rekap laporan." Nuca membalas.

"Ih! Ya udah makan dulu, yuk?" Mahalini mengajak Nuca untuk makan bersama.

"Ini kan lagi makan?" Tanya Nuca.

"Beda ih! Ga mau ya aku kamu sakit!" Mahalini sedikit mengancam, membuat Nuca akhirnya menurut.

Mereka pun kembali memasuki meja makan rumah Mahalini, yang tampak sepi. Mahalini dengan telaten mengambil sepiring nasi dengan lauk yang telah dimasak oleh Bi Inah lalu memberikan ke hadapan Nuca.

"Makasih!" Balas Nuca tersenyum, Mahalini mengangguk. Mahalini duduk di hadapan Nuca dengan tangan yang diletakkan di pipinya, memperhatikan Nuca yang tengah makan.

Kembali [END] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang