Lahir

1K 85 12
                                    

VOTE, COMMENT, SHARE BANYAK-BANYAK YA SYG 😚😚

Kini, Mahalini tengah berada di sebuah kamar rumah sakit dengan tangannya yang menggenggam erat tangan Nuca, seorang dokter yang dibantu beberapa perawat pun juga tengah mempersiapkan proses persalinan yang sebentar lagi akan berlangsung. Nuca tak henti-hentinya melafalkan doa di dalam hati, meminta kelancaran untuk kelahiran buah hati nya bersama Mahalini itu. Sedangkan Mahalini, sedari tadi hanya memejamkan mata, sembari mengerang nyeri, merasakan sakit yang amat sangat menjalar ke seluruh tubuh.

"Bisa sayang, bismillah ya." Bisik Nuca, menguatkan sang istri yang masih memejamkan matanya, mengusap pelan rambut Mahalini. Mahalini tak kuasa untuk menjawab, yang ia bisa lakukan hanyalah memejamkan matanya menahan rasa nyeri.

"Nuc, keluar bentar."

Axel tiba-tiba datang menghampiri sang adik yang masih duduk, menepuk pelan pundak Nuca, membuat Nuca menoleh.

"Kenapa, mas?" Balas Nuca bertanya, dengan suara direndahkan.

"Keluar bentar." Ujar Axel kembali, pergi meninggalkan Nuca terlebih dahulu. Nuca pun mendekatkan dirinya ke telinga istrinya, meminta izin untuk meninggalkannya sebentar.

"Kenapa?"

Nuca bertanya pada Axel, kakaknya yang tengah menunduk. Ia semakin tak mengerti kala melihat orang tuanya beserta adik juga kakaknya sekarang memasang wajah bersedih.

"Kenapa sih, Ya Allah?" Nuca bertanya dengan nada frustasi.

"Nuc."

Papa Aru menghampiri Nuca, memperlihatkan sebuah pesan singkat yang dikirim oleh pihak keluarga Mahalini di Bali, tertera nama Ugek di sana.

Ugek

Om Aru

Mohon bilang ke Nuca

Papa Gede sudah berpulang

Kita sekeluarga belum bisa ninggalin Bali buat nengok Lini, Om🙏

Nanti untuk pengabenan nya juga Lini harus kesini, Om

Nanti dibicarakan lebih lanjut

Kita hanya bisa doain Lini lancar lahirannya dari jauh

Makasih Om Aru🙏

Deg

Pikiran Nuca melayang jauh mengingat pesan terakhir yang Papa Gede sampaikan padanya. Kini, konsentrasinya terbelah dua, haruskah ia sembunyikan fakta ini dari sang istri, atau berterus-terang dengan resiko yang besar. Nuca terjatuh ke lantai, bersimpuh dengan mengusap air matanya yang terjatuh. Ia memang jarang sekali meneteskan air mata, namun kala mendengar kabar duka tersebut, ia yang memang sudah sangat dekat dengan papa mertuanya itu tak bisa mengelakkan rasa kehilangannya. Axel yang mengerti beban pikiran yang Nuca rasakan sekarang, menghampiri nya memeluk dan menepuk pundak adiknya berusaha menguatkan.

"Sabar, Nuc." Bisik Axel dalam pelukan itu.

"Mas, aku harus gimana?" Tanya Nuca lirih. Mama Angke yang menyaksikan itu pun ikut terenyuh di sebelah sang suami.

"Pak Nuca."

Panggil seorang perawat membuat Nuca dengan terburu-buru berdiri dan kembali memasuki ruang persalinan istrinya.

"Sudah bisa dimulai ya, pak?" Dr. Lidya, yang menjadi pemimpin di proses persalinan kali ini pun bertanya pada Nuca, memastikan.

"Bentar dok." Mahalini membuka suaranya, meminta jeda waktu.

"Mas, aku kangen papah." Mahalini berucap menatap Nuca.

"Boleh ga mas video call?" Lanjut Mahalini kembali, yang membuat Nuca kini tak tahu harus menjawab apa.

Kembali [END] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang