Pahit

714 73 18
                                    


Ku menangissss~~~

Vote comment yang banyak aku double up😃

Mahalini berjalan menuju kamar rumah sakit dengan lemas, melihat Nuca yang kini tak berdaya dengan selang infus yang dipasang di beberapa bagian tubuhnya. Mahalini sudah diperbolehkan untuk menengok keadaan Nuca setelah dokter mengizinkannya masuk.

"Mas." Mahalini duduk di samping tempat tidur Nuca, menatap Nuca yang tengah memejamkan matanya. Lagi dan lagi, Mahalini kembali meneteskan air matanya.

"Mas, kamu kenapa giniin aku?" Ucap Mahalini lirih, dengan tangisan di ujungnya, menatap Nuca sendu. Ia ambil tangan kanan Nuca, menciuminya dalam dan berkali-kali, membuat tangan Nuca kini basah akibat tetesan air mata sang istri.

"Mas, a-aku ga bisa gini, mas."

"Mas, bangun..."

Mahalini masih dengan setia memegangi tangan sang suami, menaruh harapan disana. Sesekali ia mengusap pelan nan lembut tangan Nuca yang sudah sedikit bengkak akibat selang infus yang berkali-kali masuk.

"Mas, kenapa?"

"Mas, kenapa harus gini, mas?" Mahalini mengusap pelan wajah Nuca yang dilapisi perban, ia dapat melihat bulu mata Nuca yang lebat, yang selalu menjadi favoritnya.

"Aku emang salah apa sih mas sama mas?" Mahalini dengan isakannya, sedikit emosi menatap Nuca. Namun, ia tahu Nuca tak mendengarnya kali ini.

"Mas bilang sendiri waktu itu kalo bakal bareng-bareng terus sama aku, mas.."

"Mas masih inget ga sih mas?" Mahalini bergumam sendiri, meluapkan kekesalannya, yang sebenarnya ia tahu Nuca pun tak salah.

"Mas bangun, mas.."

"Aku janji, kalo mas bangun aku ga bakal ngomel-ngomel tanpa sebab lagi, aku ga bakal nuntut ini itu, mas.."

"Aku ga bakal bikin mas kesel juga, mas.."

Mahalini menatap Nuca dengan penuh harap, ia masih setia menanti suaminya itu membuka kedua matanya dan melihat dirinya yang masih menunggunya.

"Aku ga punya siapa-siapa lagi selain kamu, mas.."

Mahalini semakin mengeraskan tangisannya. Pikirnya, biarlah ia kali ini meluapkan rasanya yang sedari tadi ia tahan, ditambah lagi, tak ada satupun yang melihatnya sekarang.

Mahalini menundukkan kepalanya, berpangku tangan, tak ingin melihat suaminya lagi. Ia mengeraskan tangisnya.

"Hiks hiks hiks hiks.."

"Mas.."

Mahalini kembali mengangkat kepalanya dengan wajah yang sembab, tak henti-hentinya menangisi sang suami yang terbujur lemah tak berdaya.

"Aku cinta mas.."

"Aku sayang banget sama mas asal mas tau.."

Mahalini mengusap jari tangan Nuca yang tersemat cincin pernikahan mereka disana.

"Maafin aku mas kalo aku dulu pernah ninggalin mas.."

"Maafin juga mas kalo aku dulu pernah mikir yang enggak-enggak tentang mas.."

"Maafin kalo aku dulu egois, mas.."

"Aku pura-pura ga suka sama mas, pura-pura males liat mas.."

"Padahal dari lubuk hatiku yang terdalam juga aku pengennya sama mas.."

"Maaf kalo aku belum jadi yang terbaik, mas.."

Mahalini kini meluapkan perasaannya, yang entah didengar atau tidak. Tujuannya hanya satu, dapat melihat Nuca kembali membuka matanya.

Kembali [END] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang