01 | Hot Damn Girl

3.8K 75 3
                                    

Segalanya terasa pas. Asap dingin yang mengepuli aliran air deras di bawah air terjun, geresek angin menjelang malam yang membangkitkan gairah, dan gerakan dedaunan dari pohon besar yang menaungi keduanya.

Egi nyaris hilang akal. Memiliki hubungan dengan gadis ranum bertubuh sintal seperti Adel benar-benar menguji keimanan yang kian menipis. Walau biasanya mereka akan berkendara tanpa tujuan dengan pergelangan Adel yang memeluk perutnya di atas motor besarnya, Egi rasa, pilihan berkunjung ke destinasi air terjun yang kebetulan sepi saat ini adalah kesalahan besar.

"Gi, kita nggak boleh kayak gini." Adel meremas tangan basah cowok yang tengah mengungkungnya di bawah pohon beringin, tepat di sebelah luapan air terjun yang mengalir deras.

"Nggak boleh apa, hm?" Egi bertanya serak, tersenyum penuh seringai, amat suka bila Adel gelagapan hanya dengan sikap dominannya yang tiba-tiba.

Ia tidak tahan lagi. Persetan dengan perjanjian mereka sesaat setelah pacaran bahwa tak akan ada sentuhan yang melewati batas wajar, berada di dekat Adel selama hampir satu tahun hanya menyulut gelegak panas tiap mereka berduaan tanpa interupsi orang lain.

"Shit, kamu seksi banget, Del." Egi tak mengontrol kata-katanya lagi. Ia berani jamin, siapa pun yang melihat kondisi tubuh Adel saat ini pasti akan memanas. Rambut panjang berantakan, dua kelopak mata yang terbuka tutup dan bibir merekah yang menjadi muara menyatunya tetesan air hujan kemudian turun ke dagu mungilnya. Egi tak akan munafik, walau berusaha tak melihat, dada gadis di kungkungannya ini memang cukup besar, apalagi ketika kaus putihnya sudah terlalu basah, makin menampakkan lekukan yang selama ini susah payah Egi abaikan atas landas bahwa ia menyayangi Adel.

Tapi hari ini, detik ini, Egi tak akan menahan diri lagi.

Egi menggesekkan hidung keduanya hingga embusan napas Adel bisa ia rasakan lebih jelas. Senyumnya kian lebar melihat pundak Adel yang bergerak gelisah, seakan stok udara di paru-parunya menyesak. Damn, Egi suka ekspresi tak berdaya itu.

"Inget janji kamu, please, Gi!" pekik Adel begitu bibir keduanya nyaris menyatu. Walau selalu berpikiran bahwa tak ada making out yang boleh sebelum menikah, kalau ditatap oleh dua netra gelap yang begitu menginginkannya, Adel juga bisa luluh. Egi adalah kekasihnya, satu-satunya cowok yang berhasil membuatnya lepas dari status jomlo meski banyak yang menginginkan. Berada di sudut air terjun dengan tubuh yang sama-sama basah dan panas tentu membuat godaan di kepalanya makin membumbung tinggi. Tak bisa Adel pungkiri, Egi memang memikat. Hot, sampai sentuhan lembut yang ia dapat di permukaan bibirnya bisa membuatnya panas dingin.

Egi menghentikan geraknya yang sudah menunduk, siap memberi kecupan basah dan lumat memabukkan di bibir terbuka itu. Dia sedikit memiringkan kepala, memandang pacarnya bingung juga sedikit kesal. "Apa?"

Adel menelan ludah sebelum menjawab, "kamu bilang nggak bakal perlakuin aku kayak cowok-cowok mesum lain. Kamu jelas tau kalo itu salah satu sebab kenapa aku mau percaya dan terima kamu satu tahun lalu."

"Wait, what?" Alis Egi terangkat dibarengi lipatan di dahi. "Mesum?"

"Kamu kira yang aku lakuin sekarang ini mesum?" Emosinya terpancing. Satu kata itu telak menunjukkan kalau Adel tak menghargainya. Bagaimana bisa suasana romantis tadi ia tolak karena menganggap tindakan Egi tidak sopan?

"Jadi maksud kamu, yang kita lakuin sekarang ini adalah cara aku buat lecehin kamu? Del, kamu bercanda?"

"Bukan gitu, Gi. Maksud aku, kita nggak bisa ngelakuin hal yang berlebihan karena bisa mengarah ke—"

"Oh, gitu." Selesai sudah. Egi menjauh, melepas pelukan sepihak dan tangkupan hangat di pipi Adel yang langsung membuat Adel merasa kosong. Dia mengangguk berkali-kali, jelas menunjukkan bahwa kesal telah mengambil alih segala rasa membara yang sempat tercipta. Cowok berkulit tan dengan rambut agak keriting itu berkacak pinggang sebelah dan menatap bebatuan yang menggunung mengelilingi mereka. Dia mendecih sarkas saat beberapa hal terlintas di pikirannya.

[END] Balikan BangsatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang