Sepi yang berlalu selama beberapa menit jadi bukti bahwa Egi benar-benar memerhatikan Adel. Cowok itu tidak protes atau berkata apa-apa, hanya diam, berdiri di depan Adel dan mengusap kepalanya lembut. Sementara Adel sibuk bungkam, berusaha mengalirkan semua rasa sakit dan sesak yang menghimpit dada.
Selama hampir setengah jam, yang Egi lakukan hanya memandangi wajah basah cewek itu. Memuaskan diri dari berlipat-lipat rindu yang membengkak di hati.
Sambil batuk-batuk kecil, Adel mengusap air mata yang sepertinya menjadi stok terakhir hari ini. Napas yang tadi tersengal perlahan melambat, menenangkan sentak di bahu-yang jujur, Egi tidak suka melihatnya. Nggak sanggup. Adel beneran terlihat kesakitan, tak menutupi apa-apa lagi dengan ekspresi marah yang selalu dia tunjukkan dulu. Adel ... pelan-pelan mulai berani membuka diri di depan Egi. Hal yang nggak Egi sangka akan terjadi secepat ini hanya karena dia jujur sama perasaan dan kegelisahan yang dia rasakan selama ini.
Memang bener ya, jujur itu ... memperbaiki segalanya.
"Udah?" Egi bertanya halus. Tidak memakai suara dalam atau pun tegas, bener-bener ingin membuat Adel nyaman selama cewek itu ada dalam tanggung jawabnya.
Dengan mata panda dan merahnya, Adel mengangguk. Sedikit malu. Pasti dia kelihatan jelek banget sekarang. Seragam olahraga basah bercampur darah, rambut lepek, leher keringetan dan muka kayak bakpau. Abis Adel nggak tau, tapi tiap dia nangis, pasti mukanya ikutan bengkak. Walau cuma sedikit sih, tapi tetap saja, 'kan, bikin malu?
Sudut bibir Egi terangkat samar, gemas melihat ceweknya begitu. Namun cepat-cepat dia kembalikan ke mode serius supaya muka Adel nggak tambah memerah.
"Masuk dulu yuk? Kamu mandi, ganti baju, terus makan sedikit. Habis itu baru aku antar pulang."
"Tapi ... Tante sama Om...." Adel melihat pagar rumah Egi takut-takut.
Terkekeh pelan, Egi berkata, "kan lagi kerja, Del. Lupa ya ini masih weekday?"
"Oh iya." Lagi-lagi Adel bicara seperti berbisik. Sial, malu banget! Kok dia bisa lupa sih?
"Yok masuk." Egi mencabut kunci yang masih menancap di motor lalu mengarahkan Adel buat jalan duluan. Dengan canggung Adel mengangguk, meremas dua tangannya sambil berjalan menunduk.
Nggak menyadari Egi sampai harus menutup mulut supaya rasa bahagianya tidak ketahuan.
Demi apa pun, Egi masih rada speechless. Tidak percaya Adel benar-benar kembali jadi Adel yang dulu. Bukan cewek ketus yang lancang berkata sinis tiap Egi menemuinya, tapi cewek menggemaskan yang tiap langkahnya penuh sama rasa ragu dan takut.
Persis kayak Adel yang dia suka sejak satu tahun lalu.
Ketika Egi sedang sibuk mendorong pagar-keluarga Egi bukan tipe keluarga yang sampai mempekerjakan puluhan pembantu dan satpam-pelan-pelan Adel mengarahkan mata bundarnya ke arah cowok itu. Memandangi punggung berbalut jaket hitam di mana leher kecokelatannya tampak sedikit. Rambut Egi bukan tipe rambut yang keriting banget sampai seperti mi instan. Bagaimana ya bilangnya? Semacam curly? Iya, kayak gitu. Rambut Egi tuh hitam kelam, bergelombang di bagian-bagian tertentu yang bikin rahang tajamnya makin terlihat jelas, dan tentu saja ... manly. Aish, kenapa Adel fokus ke situ sih?
Tadi tuh Adel mau memikirkan ini. Membayangkan ... semua hal yang udah terjadi hari ini, lebih tepatnya, apa yang Egi lakukan untuknya. Ada banyak banget yang terjadi, yang entah kenapa bagi Adel, masalah hari ini tuh malah menarik kembali problem lama yang jadi penyebab dia dan Egi putus.
Kalo dipikir-pikir, pekikan minta putus Adel waktu itu terlalu spontan tidak sih? Kayak, nggak ada martabak, nggak ada terang bulan, Adel tiba-tiba teriak dan ngusir Egi pergi. Hem.... Kalau dilihat dari sisi itu sih memang terlihat aneh, tapi kalau Adel ingat-ingat lagi, sebelum mereka ke destinasi air terjun waktu itu, hubungannya sama Egi memang sudah rumit. Penuh masalah, lebih sering adu mulut daripada sayang-sayangan. Adel nggak tau kondisi Egi saat itu, karena mereka terlalu fokus mempertengkarkan masalah lain dari pada fokus sama beban yang dipikul kayak hubungan Adel, Novi dan Bunda yang memburuk, atau masalah lain yang Egi punya tapi nggak mau Adel pedulikan.
![](https://img.wattpad.com/cover/284346182-288-k929067.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] Balikan Bangsat
Teen FictionSeks itu seperti virus bagi Adel, mengerikan. Pacarnya menunjukkan itu, dia langsung memutuskannya. Teman-teman di kelas, geng-geng berandalan, semua melecehkannya karena tubuh Adel yang lebih dewasa dibanding yang lain. Dia menyadari keanehan pada...