39 | Salahku

196 10 0
                                    

Riwayat Farhan tamat. Benar-benar berakhir waktu Novi menatap dirinya tanpa berkedip, dengan mata berlinang dan napas sesak.

Raut cemas di wajah Sera hilang. Tak ada pergerakan yang dia lakukan, bikin Farhan sedikit berpikir Sera akan membelanya.

Dagu Novi terangkat mengikuti gerak Sera yang berdiri, ikut-ikutan membuat Farhan bangkit.

"Kamu nggak bakal percaya gitu aja 'kan omongan dia, Sayang? Satu tatapan doang bukan berarti aku yang udah lakuin itu ke Novi. Tadi aku juga kaget, denger suara ribut di sini, makanya masuk dan mau bantuin Novi, tapi kamu keburu masuk—"

Muka berkeringat itu tertoleh paksa saat telapak tangan Sera tak tanggung-tanggung menamparnya kencang.

Tangis Novi terhenti.

Farhan membeku.

Dalam sedetik, warna merah menjalar memenuhi pipi Farhan. Menghabiskan bisu yang cukup lama.

"Keluar dari rumah aku."

Novi berkedip. Farhan langsung melotot kaget.

Aliran darah Sera menumpuk di wajahnya.

"Pergi dari sini sekarang juga!"

.

Ini salah Egi. Kalau dia tak ketiduran di kelas dan membiarkan Tesya mendekat, Adel tak akan kecewa dan memilih memercayai Ashar lagi. Semua tidak akan jadi sekacau ini kalau Egi lebih menjaga Adel.

Adelnya tak akan berada dalam kondisi bahaya di mana Egi tak tahu apa yang akan Ashar lakukan pada gadis itu kalau dia terlambat sedikit saja.

"Nggak diangkat?" Saga mengerem kala Egi berhenti cukup lama di pinggir jalan dan melihat cowok itu tengah menghubungi Adel dengan wajah hampir menangis.

Baru kali ini Saga melihat Egi tidak tenang, sangat terganggu karena seseorang.

"Memanggil terus. Kayaknya HP-nya mati," jawab Egi cepat, tapi tetap menelepon kembali setelah panggilan sebelumnya berakhir.

"Ya udah. Kalo gitu kita cari lagi." Saga menepuk pundak sahabatnya dua kali, membawa fokus Egi kepadanya.

"Kita pasti nemuin dia. Pasti."

Egi menyorot Saga khawatir. Saga sungguh mengerti kecemasannya yang hampir meledak ini.

Karena Egi pun mulai ragu apa ia tak akan terlambat.

Kalau apa yang Adel pertahankan selama ini hilang, Egi amat paham apa yang akan terjadi di hidup cewek itu, tapi di saat darurat begini, Egi justru tidak bisa melakukan apa-apa.

"Iya. Gue pasti nemuin dia."

Saga mengangguk.

"Anak-anak pada fokus nyisirin jalan raya. Belum ada yang ke Pasar Malem. Kita ke sana aja gimana? Bisa aja ada satu-dua orang yang sempet ngeliat atau denger mereka mau ke mana."

Napas Egi tertarik panjang. Dia memutar kunci motor, menyalakan gas dan mencengkeram stir dengan kuat.

"Iya. Kita ke sana dulu."

.

"Aku yang ngerusak kakak kamu, Del. Aku!" Ashar melangkah masuk, mendekati Adel yang terduduk ditumpu dua lengan.

Adel terlampau syok. Tubuhnya membatu.

"Sebenernya nggak sengaja sih, tapi dia nakal sih, ganggu-ganggu aku pas lagi coli di pinggir jalan." Ashar cemberut. "Jadi biar sama-sama enak, aku ajak main aja."

" … nggak sengaja?" Kesadaran Adel muncul kembali karena dua kata keramat itu. "Nggak sengaja kamu bilang?" desisnya murka.

"Kamu udah rusak hidup kakak aku!" Adel berteriak kencang. Amarahnya benar-benar meledak.

[END] Balikan BangsatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang