Hujan deras menghantam dinding dan atap rumah siang ini. Rintiknya amat terasa, juga menimbulkan suara gemericik tiap bulirnya jatuh mencium kaca. Novi menekan power on di sisi kanan ponsel. Pukul dua belas lewat lima belas menit. Mestinya cuaca tengah terik-teriknya, tapi bayang matahari malah terselimuti sama awan abu-abu.
Adel belum pulang, itu yang langsung terlintas di pikiran saat Novi melangkah ke luar kamar. Dia baru bangun dari tidur siang. Tubuhnya pegal habis latihan jalan dan olahraga bersama Maya di pekarangan belakang rumah. Aneh rasanya, tinggal di rumah tanpa punya kegiatan khusus yang bisa membuat Novi sibuk. Namun mau bagaimana lagi? Setelah kecelakaan hebat itu, apalagi sebelumnya harga diri Novi telah dicabik-cabik oleh orang yang tak ia kenal sampai sekujur tubuhnya penuh goresan berdarah, niatnya melanjutkan pendidikan terhambat begitu saja. Meski sempat menjalani berbagai macam penyembuhan mental dengan psikiater, pikiran bahwa ia sudah melupakan segalanya sama sekali tak benar.
Novi ingat semuanya. Malam mengerikan itu, bahkan kelakuan bejat Farhan bertahun-tahun sebelum insiden itu terjadi. Novi sudah berkali-kali diperkosa sama Papa, yang sebenarnya menjadi sebab utama kenapa malam itu dia muak dan ingin melarikan diri, tapi dicegat Adel. Adik kecilnya mencarinya, tapi Novi malah mendapat kesialan yang lebih parah sampai menatap wajah Adel saja kini dia tidak sanggup.
Perasaan bersalah yang amat ia sesali, karena Novi tahu, tiap dirinya drop, pasti Adel yang tersiksa. Cewek itu dipayungi rasa sakit tak kasatmata karena menganggap dirinya sebagai penyebab luka tak berperi yang Novi rasa.
Novi ingin menarik Adel ke kamarnya. Bicara berdua, tanpa diganggu siapa pun, juga terhalang oleh bisu yang sangat menyiksa. Dia mau mengatakan semua yang selama ini terpendam, bukan cuma untuk dirinya, tapi agar Adel berhenti tersiksa.
Rasanya, semua kerumitan ini hanya membuat dia dan Adel makin jauh. Komunikasi singkat jelas tak ada, sebab bila Adel mendekat, mengulurkan tangan dengan senyum ceria ingin ngobrol dengannya, Novi langsung diserang denyut sakit di dada.
Novi tak mampu, karena tiap dia menatap mata Adel, dia akan selalu menemukan sorot sedih nan kasihan yang pura-pura adiknya tutupi.
Novi tak suka mengingat semua kesialannya, tapi kehadiran Adel yang ingin menemani malah membuatnya merasa seperti ditampar.
Apalagi Novi tahu, hubungan Adel dan Bunda merenggang sejak seminggu lalu. Waktu itu Novi habis minum obat dan tertatih berjalan ke dapur buat ambil air. Ada ribut-ribut di lantai atas. Awalnya, Novi kira itu cuma bising dari suara Adel dan Bunda yang asik bercengkrama. Dada Novi menghangat. Jadi deh dia rela memapah tubuh dengan satu tongkat terselip di ketiak menuju sofa depan TV. Berharap dengan begitu, dia bisa melihat atau mendengar lebih detail percakapan mereka.
"Kalau Bunda nggak punya waktu buat aku, nggak papa, tapi kalo buat Kak Novi, apalagi pas dia lagi sakit begini, aku nggak habis pikir kenapa Bunda sedikit aja nggak pernah mau peduli? Aku takut, Bunda. Takut! Gimana kalo Kakak kenapa-napa? Mentalnya nggak keliatan baik-baik aja sampai Bunda bisa seenaknya ngomong nanti-nanti! Gimana kalo Kakak bunuh diri?!"
Senyum di bibir pucat Novi terkatup seketika. Lengkung di bawah mata yang sempat muncul kini digantikan mata yang tidak mampu berkedip. Sudut mata Novi bergetar, tanda bahwa pekikan melengking Adel dan sorot terluka Bunda berhasil menyakitinya.
"Sayang, kamu---"
"Udahlah!" Suara Adel terdengar serak. "Percuma ngomong sama Bunda. Bukan kerjaan yang buat Bunda abai, tapi emang Bunda yang nggak mau luangin waktu buat aku sama Kak Novi."
Dagu yang dari tadi mendongak perlahan turun. Novi tak bereaksi apa-apa kala mendengar derap langkah kaki Adel yang berjalan tergesa menuju kamar. Tatapan matanya lurus, tampak kosong, tapi jelas kelemut pikiran sedang tertarik-ulur di dalam kepalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] Balikan Bangsat
Fiksi RemajaSeks itu seperti virus bagi Adel, mengerikan. Pacarnya menunjukkan itu, dia langsung memutuskannya. Teman-teman di kelas, geng-geng berandalan, semua melecehkannya karena tubuh Adel yang lebih dewasa dibanding yang lain. Dia menyadari keanehan pada...