Tisha dan Vey melambaikan kedua tangannya di depan wajah Kira. Sejak kemarin malam, bahkan hingga dibangunkan pagi tadi dan sekarang ketika berada di perahu dengan pelampung melingkar sempurna di badannya, tatapan Kira masih kosong seperti tak ada jiwa. Mereka tidak tahu apa yang dibicarakannya dengan Jesse malam tadi, tapi yang pasti gara-gara pembicaraan itu, Kira seperti tak bernyawa hari ini.Mereka semua melihat Jesse dan Kira bicara berdua tadi malam, namun mereka memilih untuk tidak ikut campur atau menanyakannya karena semua orang di situ tahu kedua manusia itu punya masalah untuk diselesaikan sendiri.
Ara tidak bilang apa-apa, tapi sepertinya dia tahu alasan Kira jadi begini. Jesse pasti mengambil keputusannya tadi malam. Ara hanya belum tahu keputusan apa yang diambil pria itu.
Jesse mengamati Kira yang dipanggil-panggil oleh Vey dari ujung kapal. Pria itu menggeleng pelan, tidak menyangka keputusannya akan membuat dampak seperti itu bagi Kira. Bukannya mengembalikan suasana, Kira malah jadi semakin menghindarinya. Yang kali ini sepertinya murni karena tidak tahu harus bersikap apa di sekitarnya. Itu pemandangan baru bagi Jesse, jadi ia menikmatinya. Baru sekali seumur hidup dapat membuat Kira kewalahan dengan perasaannya sendiri.
Jesse tahu, Kira pasti terkejut. Wanita itu pasti tidak menyangka Jesse membuat keputusan seperti itu. Keputusan untuk mencoba kembali pada Kira. Setelah apa yang dilakukannya, Kira jauh sekali dari menyangka akan dapat kesempatan kedua.
Ren menoyor pelipis Jesse kurang ajar, kesal dari tadi bicara namun tak didengar. Lain dengan Kira, lain juga dengan Jesse. Dari bangun pagi tadi, auranya tidak sesuram sejak ia sampai di Jakarta hampir 2 minggu lalu. Ren juga mendapati beberapa kali Jesse tersenyum kecil pada dirinya sendiri. Membuat ia merinding saja. Lalu sekarang, tiap melihat Kira, tidak ada lagi tatapan udang di balik batunya. Sejak kemarin malam Jesse seperti secara tiba-tiba berdamai dengan masa lalunya.
Ren memang tidak tahu apa yang terjadi, namun jika hal ini menyangkut Kira, Ren ingin sujud syukur. Berada dalam satu situasi dengan Jesse yang seperti remaja kasmaran, lebih baik daripada bersama Jesse yang seperti tokoh antagonis telenovela kesukaan mamanya. Dan Ren sudah mulai bosan mendengar semua hubungan Jesse yang selalu berakhir seperti kapal pecah. Bertemu seseorang, lalu pergi setelah sadar Kira masih setia tinggal di benaknya. Jika memang Kira akan membuat Jesse lebih manusiawi dan setidaknya berhenti menghindar dari Jakarta, itu sudah pasti yang terbaik.
"Lo bisa nggak sih, nggak usah senyum-senyum gitu? Merinding gua."
Jesse mencebik pada Ren. Bahagia salah, muram salah, sahabatnya tidak bisa puas.
"Mas, mbak, ini yang namanya Pulau Lengkuas, bisa keliling-keliling dulu. Saya tunggu di sini," ujar bapak paruh baya yang membawa perahunya mengantar gerombolan manusia metropolitan ke pulau-pulau tujuan mereka hari ini.
Mereka menyewa satu perahu untuk mereka berdelapan sendiri hari itu. Pulau lengkuas merupakan salah satu destinasi wajib pengunjung kota ini. Terkenal dengan mercusuar tingginya, pemandangan pulau satu ini memang tak bisa dipertanyakan. Satu lagi alasan untuk bersyukur terlahir di Indonesia.
Bulan September membuat air laut tenang, hingga hamparan pasir putih dapat lebih memanjakan kaki. Berfoto di antara bebatuan granat, menyelam melihat terumbu karang di bawah jernihnya air laut, semua bisa dilakukan di pulau ini. Meski tidak bisa lagi naik ke pucak mercusuar, Kira tetap menikmati keadaan siang menjelang sore itu.
Setelah dari pagi mengunjungi pulau-pulau lainnya dan melihat keindahan bawah laut, Kira memilih duduk saja di atas putihnya pasir dan menikmati waktunya melihat teman-temannya yang berenang dengan heboh.
Kira menggelengkan kepalanya sambil tertawa saat Mirei melambaikan tangannya memanggil Kira untuk ikut dengan mereka namun di detik kemudian Ren hinggap di punggung istrinya itu hingga keduanya kehilangan keseimbangan dan terjatuh ke dalam air. Asinnya laut terasa di lidahnya bahkan ketika ia tidak sedang di dalam air. Sudah lama sekali sejak terakhir merasakan asinnya laut.
KAMU SEDANG MEMBACA
LINGER (Completed)
ChickLit"Melepas kamu nggak semudah membenci kamu, Kinira." Jeshiro mencintai Kinira; Seperti air yang selalu kembali ke lautan. Seperti buah yang selalu kembali ke tanah. Seperti matahari yang selalu terbit dari timur. Jeshiro, adalah rasa yang selalu...