Kira menutup laptop-nya kemudian mendesah pelan sambil mengangkat tangannya ke atas untuk merenggangkan ototnya. Ia memijat lehernya yang terasa sangat kaku secara perlahan. Ia belum berpindah dari tempatnya duduk sejak 2 jam lalu dikarenakan meeting dadakan dengan semua anggota kru-nya yang terpaksa ia lakukan untuk membahas perihal semua hal yang tertunda serta pencarian pemeran pengganti. Kira sampai harus meminta teman-temannya makan malam tanpa dirinya dan hanya menitip pesan untuk membawa pulang makanan untuknya.Kira keluar dari kamar untuk mengambil minum di lantai bawah. Udara Belitung yang masuk melalui jendela yang tidak ditutup cukup dingin malam ini. Mungkin ia harus berjalan-jalan sebentar cari udara segar.
"Astaga!" Kira terlonjak kaget melihat Jesse yang duduk sendiri membaca buku di ruang tamu.
Mengurungkan niatnya untuk pergi ke dapur, Kira menghampiri Jesse yang kemudian menutup bukunya dan memusatkan perhatiannya pada Kira.
"Udah selesai meeting?" tanya Jesse santai.
"Udah... lo nggak ikut makan sama yang lain?"
"Enggak. Kamu habis ini masih ada kerjaan lagi?"
"Enggak sih. Kenapa?"
"Ambil jaket sana, makan sama saya."
"Eh?" Kira menggaruk kepalanya yang tidak gatal, belum beranjak dari tempatnya mematung.
Jesse tidak ikut makan bersama yang lain, menunggunya selesai tanpa mengganggunya dan sekarang mengajaknya makan malam. Kira harus bolak-balik mengerjapkan matanya agar tidak besar kepala. Jesse mengangkat kedua alisnya pada Kira, bingung kenapa wanita itu belum bergerak. Melihat dari keadaan mereka, tidak mungkin Kira menolak ajakannya.
Sejak kejadian Kira minta pulang kemarin, Jesse ikut kepikiran.
Sepanjang hari ini, di semua tempat yang mereka kunjungi, semua jalan yang mereka lalui, Kira tidak meninggalkan pandangan dari ponselnya, bahkan tidak jarang mengabaikan ucapan yang lainnya. Kira terlalu banyak berpikir dan memendam semuanya sendirian, maka dari itu Jesse ada di sini, mengajak Kira makan malam dibandingkan ikut dengan teman-temannya pergi makan malam entah di mana.
Kira tidak berpikir lagi, lalu mengangguk pelan dan mengangkat tangannya, mengisyaratkan Jesse untuk menunggunya. Kira lalu berlari kecil ke kamarnya mengambil jaket dan dompetnya. Ia melihat ponselnya yang tergeletak di atas kasur, lalu memejamkan matanya sejenak sebelum keluar dan menutup pintu tanpa mangambil ponselnya. Untuk malam ini, khususnya malam ini, ia ingin berhenti khawatir untuk sejenak dan memusatkan perhatiannya pada pria yang sudah 8 tahun ditunggunya.
"Siap?" tanya Jesse melihat Kira berdiri semangat dengan senyum cerah di wajahnya. Jesse hampir terkekeh. Seperti mimpi melihat Kira tersenyum karenanya.
"Siap!"
Jesse melihat Kira yang seperti tenggelam dalam pikirannya sendiri meski masih menatap matanya. Jesse ikut dibuat berpikir juga tentang sebanyak apa hal yang bisa tersimpan dan bersemayam di kepala Kira. Rambut lurusnya menjuntai halus menutup sebagian wajahnya.
"Mau makan apa?"
Jesse mengikuti kata hatinya, menggerakan tangannya menggenggam halus tangan Kira kemudian menariknya pelan seraya berjalan keluar dari pintu penginapan mereka. Kira sendiri tersentak namun tidak berkata apa-apa. Genggaman tangan Jesse terasa menenangkan dan ia butuh ketenangan itu lebih dari apapun sekarang.
Kira tidak henti-hentinya memandang tangannya yang digenggam Jesse selama mereka berjalan menyusuri jalanan gelap kota Belitung malam itu. Kata pria itu memakai kendaraan hanya akan menyia-nyiakan udara bersih kota itu. Kira setuju saja, tidak bisa berpikir apa-apa lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
LINGER (Completed)
ChickLit"Melepas kamu nggak semudah membenci kamu, Kinira." Jeshiro mencintai Kinira; Seperti air yang selalu kembali ke lautan. Seperti buah yang selalu kembali ke tanah. Seperti matahari yang selalu terbit dari timur. Jeshiro, adalah rasa yang selalu...