XXVI. Talk of the Town

11K 1.1K 26
                                    


"Gimana rasanya, beda benua sama pacar?" Dana memainkan alisnya meledek Jesse yang duduk di depannya.

Jesse tersenyum kecut, kesal karena diingatkan. Dovan yang duduk di sebelah Jesse memutar bola matanya bosan dengan topik yang satu ini. Memang salah ikut acara kumpul tiga sekawan di akhir pekan seperti ini. Namun Dovan juga sudah tidak punya kegiatan, ia sudah tidak punya pacar. Lebih baik memenuhi panggilan Dana untuk bertemu daripada menghabiskan waktu sendiri di apartemen.

"Nggak seburuk yang orang-orang bilang," jawab Jesse jujur.

Sejauh ini hubungannya dengan Kira baik-baik saja. Belum ada masalah yang timbul dan Jesse harap tidak akan ada.

"Kapan nih gue dikenalin?" tanya Dana. Ia penasaran juga dengan rupa wanita yang tidak bisa meninggalkan Jesse sendiri. 10 tahun bukan waktu yang sebentar untuk mencintai seseorang walau kian disakiti. Jesse membuka ponselnya, menunjukkan homescreen-nya yang merupakan foto Kira yang ia ambil diam-diam saat wanita itu duduk di pinggir perahu di Belitung waktu itu. Kira yang rambutnya tertiup angin sangat cantik untuk tidak diabadikan.

"Kinira Quinta, dipanggil Ki..."

"Sepupu gue," sela Dovan gerah.

Dana memandang Jesse dan Dovan bergantian. "Serius lo?" Ia tidak percaya.

"Iya. Nggak kebayang kan lo? Gua tinggal bertahun-tahun sama Dovan dan nggak tau dia sepupuan sama alasan gue minggat ke Amerika." Jesse menggelengkan kepalanya. Setiap kali hal itu keluar dari mulutnya, ia semakin tidak habis pikir.

Dana terpingkal.

"Nasib lo astaga Je!" Tawa Dana pecah memenuhi sudut taman kota tempat mereka berkumpul sore itu. Tangan Jesse membuka kaleng soda miliknya, meneguknya hingga tinggal setengah, mengabaikan tawa cempreng milik Dana.

"Kenapa sayang banget sih lo sama dia? Dulu waktu pacaran sama gue aja sebenarnya gue tahu you never truly liked me, the way you like her."

"Kalau gue tahu alasannya, udah dari lama kali gue lupain dia. Lebih mudah melupakan seseorang kalo lo tahu kenapa lo sayang sama dia, Na."

Dana pura-pura bertepuk tangan kagum akan jawaban Jesse. She never knew Jesse is this big of a hopeless romantic. Sebenarnya, meski memang tampak seperti pria yang setia, Dana sedikit meragukan Jesse awalnya. Ia sendiri pernah berada di posisi hubungan jarak jauh Amerika-Indonesia, namun tidak berakhir baik. Dana sedikit khawatir, awalnya. Namun melihat Jesse seperti ini, rasanya tidak perlu lagi ia khawatir.

"Si Kira ini sutradara kan, kalau nggak salah? Waktu itu lo kayaknya sempat cerita deh," gumam Dana sambil mengingat-ingat kapan Jesse pernah memberitahunya mengenai itu.

Jesse mengiakan.

Dana sendiri tipe orang yang tidak terlalu memedulikan siapa yang ada di balik film yang ditontonnya, jadi ia tidak begitu tahu ini-itu dunia perfilman, bahkan jika terkenal sekalipun.

"Bikin film apa dia?"

"Tukar kata, Sastra Berkata, Getaway, sama Klise yang paling baru. Keluar 2 minggu lalu," jawab Jesse.

Mata Dana membelalak mendengar deretan judul yang disebutkan Jesse. Hampir semuanya sudah Dana tonton, dan hampir semuanya ada dalam deretan must watch movies miliknya. Tidak mudah menemukan film Indonesia yang sekali tonton bisa menancap langsung di hati, namun semua yang Jesse sebutkan tadi membuat Dana terpikat hanya dalam beberapa menit pertama. Ia bahkan tidak tahu semuanya berasal dari sutradara yang sama. Siapapun wanita itu, Dana siap mendeklarasikan dirinya sebagai penggemar berat Kinira Quinta.

Dana menyalakan ponselnya, memasukkan nama kekasih Jesse itu di kolom pencarian google dan melihat sekilas banyaknya artikel dan foto wanita itu, lengkap dengan kegiatan terbarunya keliling Indonesia mempromosikan film terbarunya. Mata Dana menangkap satu artikel yang membuat dahinya berkerut, di bawah link exclusive interview terbaru Kira.

LINGER (Completed) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang