"Reza gila! hei Reza gila! lihat dia ngobrol sama diri sendiri"
"Jangan mau temenan sama Reza! nanti ketularan gila!"
"Kenapa kamu selalu menghasut orang lain untuk tidak menyukaiku? aku hanya berdialog dengan diri sendiri, apakah itu salah?"
"Jelas salah! karena kamu gila!"
"Hanya orang gila yang berbicara dengan diri sendiri hahahhahaa!"
bughh
bughh
"bahkan kau diam saja saat dirimu dipukuli" Reza memegang perutnya yang terasa sakit.
***
"Dek, bangun udah pagi" Wanda mengelus kepala Reza dengan lembut.
"Kak. Mereka terus muncul di pikiran Reza, Reza tidak bisa tidur dengan tenang" Reza mengeluh, bahkan ia sampai memegang kepalanya karena terasa nyeri.
Mendengar perkataan Reza, Wanda merasa miris sendiri. Ini sudah 7 tahun semenjak Reza lulus dari sekolah dasar, bahkan perbuatan jahat mereka masih melekat dengan baik di otak Reza. Wanda tidak bisa membayangkan betapa kejamnya perlakuan mereka terhadap sang adik.
"Reza. Kakak udah bilang berkali-kali, jangan di ingat lagi kejadian yang dulu, itu bakal nyakitin kamu" tutur Wanda penuh perhatian.
"Reza bahkan tidak mau memikirkannya lagi, tapi mereka muncul dengan sendirinya kak" kata Reza.
"Yaudah, sekarang kamu mandi dulu ya, nanti kakak bawain kamu sarapan" suruh Wanda.
"Kakak kuliah lagi?" tanya Reza sembari menyingkapkan selimutnya.
"Iya, nanti jam 11" jawab Wanda. Reza hanya mengangguk paham.
Wanda adalah mahasiswa Psikologi yang sudah memasuki semester 8, dan 2 bulan lagi ia akan lulus kuliah. Yah semoga saja.
Sebenarnya cita-cita laki-laki itu adalah menjadi Aerospace Engineer yaitu seorang profesional yang terlibat dalam merancang, mengembangkan dan memelihara pesawat terbang, wahana antariksa, sistem aeronautika, antariksa dll. Tetapi, Wanda merelakan cita-citanya itu demi membantu penyembuhan mental sang adik.
Orang tuanya sangat menyayangkan keputusan Wanda, pasalnya ia sudah di terima di Massachusetts Institute of Technology, di Amerika Serikat, tetapi Wanda malah mengundurkan diri dan memilih untuk masuk ke Universitas Indonesia, dengan jurusan Psikologi.
Asal mereka tahu, betapa sakitnya Wanda ketika ia melakukan keputusan itu, satu minggu penuh Wanda menangis setiap malam karena harus merelakan cita-citanya. Bahkan kalau di ingat, sampai saat ini pun Wanda masih merasakan sakitnya.
Tetapi, itu semua ia lakukan murni karena kemauannya sendiri. Karena rasa sayangnya terhadap sang adik begitu besar, Wanda akan melakukan apapun demi sang adik.
"Kak, kalau sudah selesai kuliah– langsung pulang ya" suruh Reza, matanya membulat saat menatap Wanda yang berdiri di ambang pintu.
"Siap!" Wanda memberikan tanda hormat untuk Reza, kemudian ia meninggalkan ruangan.
Reza masih duduk di sisi ranjangnya. Ruangan ini di penuhi dengan lukisan karya Reza sendiri. Anak itu sangat suka melukis, itu sebabnya Wanda menyuruh Reza untuk terus melukis agar perasaannya menjadi tenang. Dan akhirnya melukis adalah salah satu cara yang Wanda gunakan untuk pemulihan mental Reza.
Dan cara itu terbukti bekerja, sedikit demi sedikit Reza mulai bisa mengendalikan perasaannya.
"Ruangan ini di penuhi dengan perasaanku yang gelap" Reza memandangi lukisan-lukisan yang terpajang rapih di dinding.
KAMU SEDANG MEMBACA
DISASTER || Renjun
Teen Fiction[ sedang dalam tahap revisi] Ini adalah karya pertama saya yang mengangkat isu Mental Health dan Bullying, dimana itu sering kali terjadi bahkan di sekitar kita. Melalui karya ini saya hanya ingin menyadarkan betapa pentingnya menghargai dan meman...