"Udah dapet belom ikannya?""Belum. Kayanya Reza tidak bisa mendapatkan ikan itu. Semuanya sia-sia saja"
"Tunggu bentar lagi"
"Baiklah"
"Lagian, kamu dapet ikan itu atau engga, kamu bakalan tetep bahagia. Percaya sama Ichan"
"Benarkah?"
"Hm. Semua manusia itu punya jatah bahagianya masing-masing"
****
Malam ini, Reza membantu mamah untuk menyiapkan makan malam. Sebenarnya tugas anak itu hanyalah menyicipi masakan sang mamah, sudah pas atau belum.
"Kurang asin" ujar Reza setelah menyicipi beef teriaki yang mamah buat.
"Iya sih, kurang asin. Mamah tambah garam dikit ya" kata Misha, lalu menaburkan sejumput garam ke masakannya.
"Mah. Kalo bisa jatah Ichan, dibuat pedas saja" saran Reza antusias.
"Nanti kalo Ichan sakit perut gimana? kok Reza sekarang jadi jahat ya?"
"Tidak! jangan di anggap serius, Reza hanya bercanda saja" kata Reza, sembari menggelengkan kepalanya.
"I see. Yaudah sekarang Reza panggilin yang lain, makanan udah siap" perintah mamah.
"Baiklah!"
Segera, Reza beranjak dari dapur. Sepertia biasa, ia berkeliling untuk memanggil anggota keluarga satu persatu. Tentu saja, papah menjadi yang paling pertama ia panggil. Kemudian Wanda, kebetulan kakaknya itu baru saja selesai mandi. Maklum, baru pulang kuliah.
"Langsung ke ruang makan ya, kakak!" seru Reza, ia beralih untuk memanggil Ichan, yang tak di ketahui dimana keberadaannya.
"Oke!"
Reza berlari menuju kamarnya, siapa tau Ichan ada didalam. Sebenarnya Reza tidak pernah mengizinkan anak itu untuk masuk kedalam kamarnya. Tapi, namanya juga Ichan. Larangan merupakan kewajiban yang harus ia coba.
Setibanya di kamarnya, Reza tidak menemukan siapapun didalam sana. Sepi, hanya terdengar suara musik Ballad yang sengaja ia putar.
Reza pun bingung sendiri. Sebenarnya Ichan ada dimana? ia sudah menelusuri setiap sudut rumahnya namun ia tak kunjung menemukan sepupunya itu.
"Memang sudah tengil, Menghilang pula"
Sepanjang langkah, Reza hanya bisa ngomel-ngomel saja. Sungguh, Ichan telah membangkitkan amarahnya. Akhirnya, Reza memilih kembali ke ruang makan dan mengadu kepada mamah, kalau Ichan tidak ada dirumah.
"Mungkin lagi keluar, mencari udara segar. Kan Ichan emang ga bisa diem di rumah" tebak Wanda. Reza pun mengangguk setuju.
"Pasti Ichan ada dirumah. Tadi pagi, papah bilang sama dia– kalo dia ngga boleh keluar rumah" sahut Papah. Pria paruh baya itu masih mengenakan kacamata kerjanya.
"Kenapa Ichan tidak boleh keluar rumah?" Reza penasaran. Anak itu kan pecicilan, mana mungkin dia mau menuruti kata-kata sang papah.
"Kondisi dia lagi ngga baik, makanya papah larang" jawab Jay santai.
"Ichan sakit?" Reza kembali bertanya.
Masa sih Ichan sakit? perasaan tadi pagi dia baik-baik saja. Bahkan, Reza sampai heran, kenapa energi Ichan tidak habis-habis, padahal anak itu aktif sekali menjahilinya.
Asal kalian tau, setelah menyeburkan Reza ke kolam renang, Ichan kembali menjahili anak itu dengan memakan habis stok yupi yang Reza simpan di kulkas. Tentu saja Reza tambah kesal, alhasil ia mengunci Ichan di gudang.
KAMU SEDANG MEMBACA
DISASTER || Renjun
Novela Juvenil[ sedang dalam tahap revisi] Ini adalah karya pertama saya yang mengangkat isu Mental Health dan Bullying, dimana itu sering kali terjadi bahkan di sekitar kita. Melalui karya ini saya hanya ingin menyadarkan betapa pentingnya menghargai dan meman...