Tenang. Jodoh tidak akan tertukar.
–Dery****
"Pakde, sate tiga porsi" seru Luki dengan antusias.
Alih-alih menghampiri kawan-kawannya, Wanda dan Luki malah melipir ke outlet yang menyediakan sate bakar dengan tulisan Sate Wong Jogja yang berarti pemiliknya adalah orang Jogja.
Namun kali ini bukan cuma mereka berdua, melainkan ada Dery. Dipertengahan jalan tadi, mereka berpapasan dan berujung mampir ke tukang sate. Karena lapar.
"Pakde gundulmu! Aku loh masih muda kok!" Sergah Mas Bulan, penjual sate. Inget, Mas Bulan loh! bukan Mba Bulan, yang artinya dia adalah cowok.
Bapaknya Mas Bulan adalah penjual sate terkenal di Jakarta, beliau memiliki sekitar 4 warung sate, 2 di Jogja dan 2 lagi di Jakarta. Sate beliau terkenal sangat wuenak puol makanya jangan heran kalau warungnya sangat ramai pembeli. Bahkan, Wanda dan kawan-kawannya juga berlangganan dengan sate beliau.
Wanda heran kenapa Mas Bulan malah memilih jualan sate di bazar ini. Padahal, tanpa membuka outlet disini pun, warung makan bapaknya sudah rame. Tapi kata Mas Bulan, ndak semua orang di kampus ini pernah nyoba satenya bapak. Makanya aku jualan disini, biar mereka tau kalo di Jakarta ada sate yang ngga kalah enaknya. Sekalian nambah uang jajan. Wanda hanya manggut-manggut saja.
"Pake Nasi ndak?"
"Jelas pake dong! sambel kacangnya yang banyak Mas!" Luki paling antusias.
"Luki ki ngentek-ngentek-i tok! Gelem bayar lebih po ra?" ( Luki nih ngabis-ngabisin aja, mau bayar lebih tidak?)
"Kalo jualan yang Ikhlas lah Mas. Kita kan bespren!"
"Kalo yang beli modelan kamu, yang ada aku rugi, Ki. Tapi ndak papa, rezeki orang ikhlas ndak bakal kemana" ujar Mas Bulan, sembari membakar satenya.
"Nah gitu lah Mas!"
Sembari menunggu satenya matang. Mereka bertiga memilih untuk ngobrol. Tadinya mau main game, tapi hp Luki lowbat, akhirnya tidak jadi. Namun, satu menit berlalu, mereka bertiga belum juga bersuara. Malah saling bertukar tatapan seperti orang bodoh.
Gini sulitnya jadi laki-laki, selalu bingung mencari topik pembahasan. Beda lagi dengan cewek, yang dengan mudah menemukan bahan pembicaraan, yah walau ujung-ujungnya juga ngomongin orang lain. Ya jadi wajar saja kalau mereka bertiga jomblo, nyari topik saja susah, apalagi cari pacar!
"Kita ngapain liat-liatan?" Wanda bingung.
"Lah mana gue tau?" Dery menggelengkan kepalanya.
"Coba cari topik.... apa kek" Luki bersuara.
Mereka kembali terdiam. Entah memang mencari topik, atau ada hal lain yang sedang di pikirkan.
"Der. Lo tadi mau kemana? kenapa ngga gabung sama mereka?" tanya Luki.
Dery melirik Luki sekilas, bukannya menjawab, laki-laki itu malah mengambil satu batang rokok Marlboro milik Wanda. Kemudian membakar ujung batangnya, sambil ia hisap dalam-dalam lalu dihembuskannya asap itu ke wajah Luki, berujung Luki yang langsung marah-marah.
"Kabur bro. Kacau pada pacaran semua, emang suka ngga tau diri mereka tuh!"
Wanda terkekeh, miris sekali. Diantara mereka bertujuh, hanya dirinya, Luki dan juga Dery yang tidak memiliki pasangan. Bukannya tak mau mencari, kalau Wanda... yah kalian sudah tau sendiri. Luki, selama menjadi sahabatnya, Wanda sama sekali belum pernah melihat laki-laki itu serius dengan satu cewek, Luki selalu kencan dengan cewek yang berbeda tiap minggunya. Tak salah juga, jika laki-laki itu menyabet gelar playboy of the year. Anehnya, cewek-cewek juga tidak keberatan di ajak jalan oleh playboy cap Kampak itu, mereka malah kegirangan. Dasar aneh!
KAMU SEDANG MEMBACA
DISASTER || Renjun
Fiksi Remaja[ sedang dalam tahap revisi] Ini adalah karya pertama saya yang mengangkat isu Mental Health dan Bullying, dimana itu sering kali terjadi bahkan di sekitar kita. Melalui karya ini saya hanya ingin menyadarkan betapa pentingnya menghargai dan meman...