Karena sejahat apapun seorang kakak kepada adiknya, tetap ialah yang akan paling tersakiti saat melihat adiknya terluka. – Wanda Danuarta
****
"Reza masih marah sama Kakak?" Suara berat Jay terdengar lembut. Pria itu membelai rambut Reza.
Tidak langsung menjawab. Reza malah melirik ke arah kakaknya yang sedang menghitung butiran beras di meja makan, sebagai hukuman atas perbuatannya tadi sore.
Didepan Wanda ada mamah sedang mengawasinya sambil menenteng spatula. Siap untuk memukul Wanda kalau saja dia salah. Tenang, mamah tidak akan memukul Wanda seperti pelaku kdrt di film-film. Walau sedang marah begini, mamah tetap berperasaan kepada anaknya.
"Mah capek. Udah satu jam Wanda itungin beras ini. Ga ada gunanya juga kan?" Wanda mengeluh. Bukan hanya capek, leher laki-laki itu juga terasa pegal karena terlalu lama menunduk.
"Ini semua karena kamu udah jail sama adik kamu sampai dia kabur dari rumah. Masih untung ngga mamah suruh lari keliling komplek" Omel Misha.
Wanda menghembuskan napasnya frustasi, mau tak mau ia lanjut mengitung butiran beras yang masih setengah mangkuk lagi.
"Reza udah maafin kakak kok Mah" Anak itu menghampiri mamahnya. Kemudian memeluk hangat tubuh Misha seakan enggan melepaskan kembali.
"Walau kamu udah maafin kakak, tetep aja dia harus di hukum. Biar Kakak bisa jadiin ini sebagai pelajaran, biar dia paham kalo anak mamah yang satu ini ngga boleh di sakiti" ucap Misha lembut, seutas senyum terbit dari bibir mungilnya.
Bukan membedakan antara satu sama yang lain. Tapi, Reza tidak seperti Wanda. Hati Reza masih rapuh, ibarat benang yang dibiarkan terendam air selama berbulan-bulan. Kalau Wanda mah strong, begitu ujar Jay.
Wanda juga tidak mempermasalahkan kalau kedua orang tuanya lebih menyayangi Reza ketimbang dirinya. Wanda juga paham kenapa mamah selalu marah kalau Reza disakiti, Wanda mengerti kenapa Papah selalu membela Reza ketika mereka berdua bertengkar. Karena Reza istimewa. Bahkan Wanda juga akan melakukan hal yang sama kalau ada yang berani menyakiti adiknya.
"Berarti kalo ada yang sakitin Wanda gapapa dong, Mah?" Wanda protes, ia menautkan kedua alisnya merasa ini semua tidak adil.
"Kalo mamah ngga papa. Tapi kalo yang lain ngga boleh!" cetus Misha disambut gelak tawa Reza juga Jay.
"Udah mah kasihan anak kamu, sampe teler begitu" Jay menatap Wanda yang terlihat sangat lelah.
"Iya mah, bentar lagi juga die ini" Wanda memelas, ia sampai menyingkirkan mangkuk berisi beras agak jauh darinya.
"Mulut mu! Yaudah kamu boleh istirahat. Tapi inget, jangan ulangi lagi perbuatan kamu!" tutur Misha penuh penekanan. Wanita itu melepaskan pelukannya dengan Reza, lalu memindahkan beras yang Wanda hitung ke dalam mangkuk.
"Maafin kakak ya, Dek" Wanda menghampiri Reza lalu memeluk adiknya penuh kasih sayang.
"Hmm"
"Kamu ngga ikhlas?" Wanda mengendurkan tangannya, laki-laki itu menatap Reza.
"Ikhlas Ya Allah!" sentak Reza, sedikit kesal juga dengan Wanda.
"euunggggg" Wanda memeluk adiknya erat, rasanya gemas sekali sampai ia tak mau melepaskan pelukannya.
"Aduh kakak ini kebiasan sekali aakhh–"
"Gemeess pengen bawa pulaang... eunggggg"
"KAKAAK! AKKHHH!" raung Reza berusaha melepaskan tubuhnya dari dekapan Wanda.
KAMU SEDANG MEMBACA
DISASTER || Renjun
Ficção Adolescente[ sedang dalam tahap revisi] Ini adalah karya pertama saya yang mengangkat isu Mental Health dan Bullying, dimana itu sering kali terjadi bahkan di sekitar kita. Melalui karya ini saya hanya ingin menyadarkan betapa pentingnya menghargai dan meman...