"Eja! mau ikut Ichan mancing, Ngga?"
"Mancing apa, Chan?"
"Mancing dinosaurus di kampung sebelah!"
"Hah? bukannya dinosaurus itu sudah punah ya?"
"Ya mancing ikan lah! mana ada mancing dinosaurus! ih bego banget ya"
"Ja. kamu tau ngga, ada ikan yang bisa mengabulkan permintaan kita"
"Serius?"
"Hm. Kalo kamu berhasil dapetin ikannya, permintaan kamu akan di kabulkan"
"Wahh! kalo gitu ayo kita memancing sekarang"
"Kalo kamu dapet ikannya, kamu mau minta apa?"
"Reza ingin bahagia"
****
"Serius banget nonton tv nya" Tiba-tiba saja Wanda mengambil duduk di sebelah Reza. Lalu dengan se enak jidat, laki-laki itu merampas chiki yang Reza pegang.
"Ish! kakak ini minim attitude!" omel Reza, kembali merebut chiki dari tangan Wanda.
"Pelit banget! awas ya kalo Reza minta apa-apa sama kakak. Ga bakal kakak kasih! liat aja" ancam Wanda, wajahnya di buat sedramatis mungkin.
Lantas dengan begitu, Reza menjadi luluh. Dengan berat hati ia membagi chiki favoritnya itu kepada sang kakak. Dan, langsung saja, Wanda dibuat tergelak oleh tingkah laku adiknya.
"Nanti kalo di kasih yupi sama orang yang ga kamu kenal, jangan di ambil ya" suruh Wanda. Ia mengunyah chiki sambil cekikikan, saat melihat ekspresi wajah Reza yang sangat polos.
"Kenapa? bukannya orang itu baik, karena mau memberi yupi untuk Reza?" tanya Reza. Anak itu merasa bingung, sekaligus tidak terima.
Kalau ada yang memberi kita sesuatu, bukankah kita harus menerimanya. Setidaknya sebagai bentuk, kalau kita menghargai orang itu. Begitu pikir, Reza.
"Yang ada, nanti kamu ga bisa pulang! alias kamu di culik!"
"Yang benar saja?!!"
"Hm. Kalo ga percaya, coba aja"
"Tidak mau!"
Wanda semakin tergelak, matanya melirik Reza yang memilih tidak memperdulikannya. Di menit berikutnya, mereka berdua fokus menonton serial kartun 'Boboiboy' yang kini menjadi kartun favorit Reza. Dan, itu adalah serial tv satu-satunya yang mereka tonton dirumah.
Reza menyalakan televisi hanya untuk menonton Boboiboy. Setelah kartun itu selesai, maka Reza akan langsung mematikan televisi dan beranjak ke kamar. Tidak ada lagi yang menarik baginya.
"Ah! Reza lupa" tiba-tiba saja anak itu beranjak dari sofa, ia berlari menuju ke kamarnya.
Spontan saja Wanda langsung menanyakan, apa yang akan adiknya itu lakukan. Namun, Reza mengabaikannya begitu saja. Lantas, Wanda hanya mengedikkan bahunya dan lanjut menonton tv.
30 detik kemudian. Televisi menampilkan iklan layanan masyarakat, tepat disaat itu Reza kembali. Tangannya menggenggam sesuatu, sampai akhirnya ia mendaratkan bokong ke sofa, lalu membuka genggaman tangannya.
"Buat kakak" Reza mengulurkan sebuah gelang kepada Wanda.
Gelang yang tadi siang ia bawa dari toko bang Naka. Dan sekarang, ia menyerahkan satu gelangnya kepada Wanda. Sedangkan yang satu lagi, sudah ia pakai di tangan sebelah kirinya.
"Ih dapet dari mana?" Wanda menatap takjub gelang yang ia pegang. Memang terlihat sederhana, namun Wanda sendiri suka dengan design-nya.
"Ada deh"
KAMU SEDANG MEMBACA
DISASTER || Renjun
Novela Juvenil[ sedang dalam tahap revisi] Ini adalah karya pertama saya yang mengangkat isu Mental Health dan Bullying, dimana itu sering kali terjadi bahkan di sekitar kita. Melalui karya ini saya hanya ingin menyadarkan betapa pentingnya menghargai dan meman...