"Satu detik yang kamu lalui saat ini adalah satu detik yang akan kamu rindukan di masa depan. Jadi jangan biarkan waktumu berjalan sia-sia"
-Jay****
Lelah, letih, lesu seperti habis berlari ratusan kilometer, Wanda begitu lunglai memasuki rumahnya. Ia meransel tas berisi pakaian kotor dan beberapa alat mandi.
Setelah beberapa hari meninggalkan rumah untuk kegiatan kuliah, akhirnya ia kembali lagi. Rasanya begitu senang, kerinduan akan sang kasur nan empuk akhirnya terobati.
Entahlah laki-laki itu nampak tak beminat melakukan apapun, ia hanya ingin segera membersihkan dirinya lalu tidur, itung-itung sebagai balas dendam karena 4 hari kemarin ia tidak bisa tidur dengan tenang.
namun saat hendak memasuki kamar, telinga Wanda mendengar sesuatu yang begitu asing baginya. Setelah bergeming beberapa detik, laki-laki itu memutuskan untuk pergi menuju ruang tv.
Terkejut? tentu saja. Tv yang selama ini jarang bahkan hampir tidak pernah menyala kini malah menampilkan film kartun sebut saja Boboiboy. Di tambah lagi anak laki-laki yang asik ngemil doritos disofa, sesekali tergelak karena adegan lucu yang disuguhkan dari film.
"What? gue pasti mimpi" Wanda mencubit lengannya pelan lalu laki-laki itu mengaduh kesakitan.
Berarti ini bukan mimpi. Ini kenyataan! sejak kapan Reza mulai menonton tv???
"tak gune kau aa..Gogo!"
"Ah! salah ye?"
"a...apakpak?"
"Hahahhaha" suara gelak Reza menginterupsi laki-laki yang terbengong melihat keajaiban yang terjadi tepat di hadapannya.
"Ah! aku dah ingat dah! Ahmad Kasim!"
"Hahahaha, namanya adudu bukan Ahmad Kasim" Reza berseru memberi tau kepada Boboiboy kalau itu adalah adudu. Namun percuma saja, Boboiboy tidak akan mendengarnya.
"Adek!" Panggil Wanda, sontak membuat anak itu tertoleh kepadanya.
"Ah! Kakak sudah pulang?" Reza langsung menghambur kepada sang kakak, memeluknya erat kemudian mencium tangannya.
"Kesambet apa lo tiba-tiba mau nonton tv??" Wanda masih tak percaya. Ia menatap ragu kepada adiknya itu.
"Lo? sejak kapan kakak memanggil Reza dengan sebutan 'lo'?" anak itu tertegun.
lantas Wanda berdecak, rupanya ia lupa kalau dirinya sedang berbicara kepada sang adik.
"Maaf. soalnya kakak kaget liat kamu tiba-tiba ada di depan tv" tutur Wanda. Laki-laki itu seakan melupakan beban berat yang ia ransel di punggungnya.
"Bukankah menonton tv itu hal yang normal" ujar Reza lalu kembali duduk diatas sofa.
Wanda semakin bingung dibuatnya, mendadak kepalanya terasa gatal, lantas ia menggaruknya pelan. Kemudian Wanda berjalan menuju kamarnya.
Sepanjang langkah, laki-laki itu masih mencerna kejadian luar biasa yang ia saksikan baru saja. Sejak kapan Reza mau menonton tv?
Tapi bukan kah itu suatu pencapaian yang selama ini ia harapkan. Setelahnya, laki-laki itu langsung melompat kegirangan. Ia melempar ransel ke atas ranjang dan tiba-tiba saja, Wanda melakukan selebrasi bak pemain sepak bola yang berhasil mencetak gol.
"Wuhuu!" serunya sembari meninju angin.
****
Malam ini begitu dingin, di temani 3 cangkir latte dan keripik kentang yang ada didalam toples, Ayah serta dua anaknya duduk di gazebo memandangi gelapnya malam tanpa ada bintang yang bersinar disekitarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DISASTER || Renjun
Genç Kurgu[ sedang dalam tahap revisi] Ini adalah karya pertama saya yang mengangkat isu Mental Health dan Bullying, dimana itu sering kali terjadi bahkan di sekitar kita. Melalui karya ini saya hanya ingin menyadarkan betapa pentingnya menghargai dan meman...