Aku masih sangat kecil saat itu untuk melawan.
aku tidak bisa berbuat apa-apa, hingga membiarkan trauma ini hadir dan menjalar begitu cepatnya didalam diriku.
aku masih sangat kecil saat itu untuk merasakan kejamnya orang-orang.
Payahnya, sampai saat ini pun aku masih tidak bisa berbuat apa-apa. -Reza****
"Reza sayang! tolong panggilin Papah sama kak Wanda dong. Makanan udah siap!" Misha berteriak dari dapur, ia tengah menyiapkan makanan di atas meja."Baiklah!" Reza yang sedang bermain holahup langsung terbirit menuju ruang kerja Jay sambil menenteng holahupnya.
tok tok!
"Papah makanan sudah siap!" Seru Reza dari luar pintu.
"Iya sayang, sebentar lagi papah kesana" jawab Jay dari dalam.
"Sekarang papah, tidak boleh nanti-nanti!" paksa Reza.
"Iya Reza sayang. papah keluar sekarang"
cklak
Jay membuka pintu, pria itu tersenyum menatap Reza kemudian mencium pipinya.
"Anak papah" Ia mengelus rambut Reza.
"Yaudah yuk makan" ajak Jay.
"Sebentar, Reza harus memanggil kak Wanda dahulu" ujar Reza.
"Oke. papah duluan kalo gitu" Jay kemudian melangkahkan kakinya ke ruang makan.
Sekarang Reza berlari menuju kamar Wanda yang tak jauh dari ruang kerja sang ayah. Bocah itu masih Menteng holahup ditangannya.
"Kakak! ayo kita makan" seru Reza dari luar. Ia berdiam diri menunggu jawaban, namun Wanda tidak menjawabnya.
"Kakak!" panggil Reza sekali lagi.
tok tok tok
karena tak kunjung mendapat jawaban, Reza membuka pintu kamar kakaknya yang ternyata tidak dikunci. Setelah pintu terbuka, anak itu terkejut mendapati asbak yang penuh dengan puntung rokok ada di atas nakas.
"Reza? kenapa?"
Wanda baru saja keluar dari kamar mandi, rambutnya terlihat basah kemudian handuk kecil tersampir di pundaknya.
"Kakak merokok?" Reza masih tak percaya, ia menunjuk asbak yang ada di atas nakas.
"Aaa..eee...anuu" Wanda kebingungan sendiri harus menjawab bagaimana. Laki-laki itu menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Hayo ketahuan" Reza menodong Wanda, ia tersenyum jahil.
"Jangan bilang mamah sama papah" pinta Wanda.
"Aish! Mana bisa!" Reza menepuk pundak Wanda. Ia masih cengengesan.
"Besok kak Wanda bawain poster Boboiboy. Suer" Wanda mencoba menyogok adiknya yang polos itu.
"Wah Beneran?" Reza membulatkan matanya, ia tertarik dengan tawaran sang kakak.
"Emm, mau berapa? kakak bawain" Tanya Wanda berlagak. Laki-laki itu lega, setidaknya ia terselamatkan.
"1 saja. kalau banyak-banyak mau di taruh mana" jawab Reza.
"Oke!" Dengan gagah Wanda mengulurkan tangannya kemudian disabut girang oleh Reza.
"Deal!" seru keduanya.
****Saat ini mereka tengah menyantap makan malam yang dimasak oleh Misha. Walaupun wanita itu sangat sibuk dengan pekerjaannya, ia sempatkan waktu untuk memasak.
KAMU SEDANG MEMBACA
DISASTER || Renjun
Teen Fiction[ sedang dalam tahap revisi] Ini adalah karya pertama saya yang mengangkat isu Mental Health dan Bullying, dimana itu sering kali terjadi bahkan di sekitar kita. Melalui karya ini saya hanya ingin menyadarkan betapa pentingnya menghargai dan meman...