Sudah 20 menit lebih Reza bersandar di mobil mustang hitam yang terparkir di depan rumahnya itu. Ia menghela nepas berat, menunggu Ichan yang tak kunjung selesai bersiap-siap karena sore ini mereka akan pergi ke pantai."ICHAN CEPATLAH!" seru Reza sudah tak tahan lagi.
Tak berselang lama, keluarlah Ichan dari pintu rumahnya, laki-laki itu malah cengengesan melihat Reza yang seperti ingin menerkamnya.
"Jangan terbiasa membuat seseorang menunggu lama!" omel Reza. Lalu, ia membuka pintu mobil dan masuk kedalamnya.
"Yang tenang, yang sabar" Ichan mengambil alih sopir.
Mereka pergi ke pantai atas usul Ichan. Laki-laki itu seperti mau mati rasanya karena seminggu di kurung di dalam rumah oleh Reza.
"Apa tidak papa kalau tidak pakai helm?"
"Ini mobil woy! ngapain pake helm– plis deh jangan konyol" sembur Ichan, bersiap menancap gas.
"Aku tau. Tapi apakah ini akan aman? entah mengapa aku meragukan skill berkendaramu" tangan Reza mencengkram hand grip begitu kuat, ia meresa resah karena Ichan yang menyupir.
"Gue udah punya sim, tenang aja. Lagian gue juga udah sering pergi Jakarta-Bandung"
"Baiklah" Reza menganggukkan kepalanya. Ia menutup matanya sembari membaca ayat kursi, tangannya masih mencengkram kuat hand grip.
Perlahan mobil mustang hitam itu mulai melesat meninggalkan pekarangan rumah Reza. Jangan tanya apa saja yang terjadi selama seminggu ini di rumah mereka berdua, kacau.
Reza mendadak cosplay jadi pembantu rumah tangga, ia harus memasak, menyuci baju miliknya beserta Ichan, mengepel rumah yang sebesar dosa Ichan, dll. Sedangkan Ichan, jangan di tanya lagi– sungguh Reza benar benar membunuh laki-laki itu andai saja perbuatan itu di legalkan.
Reza berharap Naka segera pulang dari Milan, sudah hampir dua minggu pria itu meninggalkannya dengan makhluk bodoh nan tak tahu diri seperti Ichan. Reza benar-benar sudah tidak tahan lagi.
"Ehhh–"
"ICHANN! MAKANYA JANGAN HP TERUS" amuk Reza, pasalnya mobil mereka oleng hampir menabrak trotoar karena Ichan yang sibuk membalas chat di ponselnya.
"Hehehe– mau ngetes doa mama" dengan watadosnya Ichan malah nyengir.
"Bodoh!" ingin sekali Reza mencekik leher Ichan. Ia kembali menutup matanya, kini ia akan membaca ayat kursi sampai 7 kali.
*****
Ichan mengeluarkan peralatan memancing yang sudah ia siapkan sejak tadi malam. Rasanya kurang jika hanya menikmati air tanpa menangkap apa yang ada di dalamnya.
"Kamu mau apa?" Reza mengernyitkan dahinya melihat Ichan menenteng peralatan memancing, ia melihat anak itu berjalan cepat menuju ke bebatuan besar, memang ada beberapa orang disana yang tengah sibuk memancing ikan.
"Pake nanya, ya mancing lah!" serunya.
"ASTAGAAA!" Reza menepuk jidatnya "Tujuan kita kesini untuk refresing bukan memancing!"
"Menurut gue mancing itu bagian dari refresing. Lo anak nolep gak akan ngerti"
Reza melihat punggung Ichan yang semakin menjauh darinya. Baiklah, anggap saja Reza melepaskan hewan liar ke habitatnya. Niatnya kesini untuk menyegarkan otak, pikiran, dan jiwanya, ia tidak mau ambil pusing dengan tingkah laku konyol Ichan.
KAMU SEDANG MEMBACA
DISASTER || Renjun
Fiksi Remaja[ sedang dalam tahap revisi] Ini adalah karya pertama saya yang mengangkat isu Mental Health dan Bullying, dimana itu sering kali terjadi bahkan di sekitar kita. Melalui karya ini saya hanya ingin menyadarkan betapa pentingnya menghargai dan meman...