"So I say a little prayer. And hope my dreams will take me there~"Ardan baru duduk ketika Jingga sudah ganti baju dan bergabung di meja makan sambil bersenandung. Siang ini Mama membuat es jeli. Ardan langsung meninggalkan toko dan lari ke meja makan.
"Where the skies are blue~"
Sumpah. Ardan hapal lagu ini. Dia perlu menghentikan adiknya sebelum sampai ke bagian itu. "Kamu nggak mau gitu nyanyi lagu hits yang sekarang aja? Pamungkas kek, Tulus kek, Fiersa Besari kek."
"Aku lagi suka lagu ini." Jingga tetap melanjutkan lagunya seraya menyendok es jeli ke mangkuk. "To see you once again. My love~~~"
Ardan menghela napas. Terserahlah. Dia pun mulai menyuap es jeli. Jingga tidak duduk di sana, tapi membawa mangkuknya ke depan TV.
"Overseas from coast to coast. To find the place I love the most. Where the fields are green." Menaikkan nada suaranya. "To see you once again. MY LOVE~~~"
"ARDAN!"
Itu suara Emil.
"APA?!"
"BELI SOPTEK!"
"TARUH AJA DUITNYA DI MEJA."
"MINTA KEMBALIAN."
Ardan mengangkat mangkuk, meninggalkan meja makan, melewati Jingga sambil menahan diri untuk tidak menjitak adiknya itu.
Jingga tiba-tiba menoleh. "Bang, nanti sore temenin beli seblak."
Menjawab sambil lalu. "Nggak mau."
"Ya udah aku pergi sendiri nanti."
"Dapet ikan apa lo?" Ardan bisa menebak jika Emil baru pulang. Terlihat lusuh.
"Duyung."
"Bukan piranha?"
"Udah punya di rumah."
Emil melihat mangkuk yang ditaruh Ardan di meja kasir selagi mengambilkan kembalian. Tanpa permisi, sama sekali tidak sungkan, Emil langsung mengokop dari tepian mangkuk.
Selesai mengambilkan kembalian, Ardan kaget mendapati isi mangkuknya sudah tandas. Gini kalau punya sobat gragas.
"Gue baru pulang mancing langsung dapet mandat beli ini." Pembelaan diri biar Ardan tidak marah. "Udah tanya Agni belum?"
"Belum ketemu orangnya."
"Tanya Mbak Agni apa?"
Sasa tahu-tahu muncul, sudah rapi dan wangi. Siap berangkat kuliah. Tapi memang sengaja ingin mampir ke toko dulu. Cari vitamin mata.
Emil mengambil softex-nya. Mengempitkan di ketek kanan. "Agni lagaknya udah punya pacar belum sih, Sa?"
Ardan gagal mencegah mulut rombeng Emil.
"Kami nggak punya pacar."
"Agni. Bukan kalian." Emil mengoreksi gemas.
"Kami nggak punya." Tetap ngotot menjawab itu. Ditambahi pula. "Aku juga nggak punya."
"Agni yang gue tanya—dahlah. Terserah." Emil memilih pulang.
Sasa memang sengaja membuat Emil kesal agar segera enyah.
"Abang mau tahu Mbak Agni punya pacar apa belum?" Sasa mengonfirmasi.
"Nggak. Haha. Buat apa. Haha." Ardan tertawa sumbang. Lebih karena dia tidak mau 'dibaca' secepat itu oleh Sasa.
Sasa melangkah ke showcase untuk mengambil yakult. Membayar, menancapkan sedotan kecil, lalu duduk. Ardan menyalakan kipas angin, ikut duduk. Ana yang semula tidur di kolong meja, naik lewat pangkuan Ardan dan lanjut tidur di meja kasir. Sempat melirik Sasa dengan sengit.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARDAN √
Umorismo[slice of life/comedy-romance] Sejak sang Papa meninggal setahun yang lalu, Ardan mengambil keputusan besar untuk meninggalkan Bandung dan karirnya yang sudah mapan. Dia pulang dan membantu Mama mengurus rumah kos dan adik-adik. Rencana awal memang...