8:30 am
Mina bergerak malas di bawah selimutnya karena matahari pagi yang perlahan menyilaukannya.
Weekend is coming, dan ini rasanya pertama kalinya dalam empat tahun terakhir Ia tidur pulas seperti semalam dan tak perlu memikirkan untuk segera bergegas ke kantor.
Karena selama empat tahun terakhir, bahkan saat weekend pun, Ia lebih senang menghabiskan waktu di kantor. Tapi mungkin dari sini dan ke depan nya akan banyak hal berubah darinya.
Ia menoleh ke sisi kanannya yang sudah kosong.
Tangannya menyentuh bantal kosong di sampingnya yang ternyata masih terasa hangat, yang menandakan jika pria itu juga belum lama terbangun.
Hingga kemudian, matanya menangkap sesuatu yang berbeda di tangannya.
"Huh??" Ia sedikit terbangun dan menatap jari manis tangan kirinya. "Ini--"
"Good morning.""Huh??" Mina mendongak dan mendapati Mingyu berdiri di samping tempat tidurnya dengan dua cangkir di tangannya.
"Ini--" Mina menunjukkan tangan kirinya.
"Oh..kamu lihat juga akhirnya," Ujar Mingyu tertawa sejenak dan meletakkan dua cangkir itu di frame jendela sebelum bergabung dengan Mina di tempat tidur.
"Coba kulihat." Ia menggenggam tangan gadis itu dan mengusapnya lembut. "This looks good on you, do you like it?"
Mina terbangun dan duduk di kasurnya, menarik selimut untuk menutupi tubuhnya, "What does it mean? You put this on me last night?"
"Yup..when you're sleeping. I bought it during lunch break kemarin. Sambil sekalian keliling," Ujar Mingyu menatap Mina sembari mengusap lembut tangan gadis itu.
"What does it mean?"
"Isn't it clear? I want to secure our relationship," ujar Mingyu.
Mina menatap Mingyu penuh tanya. "Marriage?"
Pria itu mengangguk pelan, "Not now! Tapi…let's move on to that check point, marriage."
Mina menatap pria itu lekat seolah mencoba membaca pikiran Mingyu.
"Why suddenly think about marriage?"
"Aku udah mikirin itu bahkan sebelum sampai di sini. I want to propose to you, if we get to meet. Aku iri dengan Seokmin dan Yunjin. I want to get married too," Ujar Mingyu.
"Kamu serius kan? Pernikahan bukan sesuatu yang mudah."
"I am. That's why I chose to marry my best friend, because we knew each other too damn well." Balas Mingyu.
KAMU SEDANG MEMBACA
[COMPLETED] Meet Me in New York
RomanceKetika persahabatan sepasang insan diuji setelah One Night Stand yang sengaja mereka lakukan di satu malam, setelah pesta yang diadakan oleh salah satu teman kuliah mereka. Demi membuktikan sebuah teori: Apakah mereka tetap bisa 'hanya' berteman, s...