37

251 109 318
                                    

Setelah memikirkan berbagai pertimbangan semalaman, Jimin akhirnya memberanikan diri untuk kembali menginjakkan kakinya di rumah Yoora

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah memikirkan berbagai pertimbangan semalaman, Jimin akhirnya memberanikan diri untuk kembali menginjakkan kakinya di rumah Yoora. Ia merasa harus berbicara empat mata dengan gadisnya itu. Gadisnya? Apakah kata itu masih pantas untuk digunakan?

Ia sudah memikirkan semuanya, ia sudah mengambil keputusan mutlak. Hari ini ia akan mencoba berbicara dengan Yoora, setidaknya semua ini harus berakhir dengan baik. Jika memang cintanya harus pupus sampai di sini, setidaknya harus ada kalimat perpisahan bukan?

Jimin tidak membenci gadisnya itu, tidak sama sekali. Walaupun sudah banyak sakit yang diberikan, ia tak pernah menyalahkan Yoora. Ini semua salahnya, bukan salah gadisnya itu. Gadisnya itu hanya berbeda, oleh karena itu ia punya caranya sendiri untuk menyelesaikan masalah.

Jimin pun tidak akan berhenti berjuang, ia hanya berhenti berharap, dan menyerahkan semuanya kepada takdir. Rasanya tidak akan hilang, cintanya akan tetap bersemayam di dalam hati. Hanya saja 'ikhlas' adalah cara yang paling tepat untuk dilakukan saat ini, 'ikhlas' adalah level tertinggi dalam mencintai. Dan itulah yang sedang ia coba lakukan.

Dengan keyakinan penuh, ia ketuk pintu rumah Yoora yang selama ini sudah terasa seperti rumahnya sendiri. Menunggu sebentar, lalu akhirnya keluar lah wanita paruh baya yang tidak lain adalah ibu dari sang gadis.

Ibu dari gadisnya itu tersenyum hangat, sangat hangat sampai rasanya Jimin ingin menangis. Tatapannya pun benar-benar sendu, seolah-olah tau nasib sial yang sedang menimpa Jimin saat ini.

"Nak Jimin? Ada apa kamu ke sini nak?" tanya sang ibu lembut.

Jujur, ia benar-benar terlarut dalam tatapan hangat itu. Ia benar-benar rindu dengan kedekatannya dulu, ia merindukan segalanya. Bisakah ia memutar waktu?

"Maaf bu, aku izin ketemu sama Yoora sebentar ya bu. Ada hal penting yang harus dibicarain." ujar Jimin sopan.

"Hal penting?... Hmmm yaudah kamu tunggu sebentar ya, ibu panggilin Yoora dulu." ujar ibu Yoora.

Namun, belum sempat melangkah masuk ke dalam rumah, ibu dari gadisnya itu kembali membalikkan badannya menghadap Jimin. Dengan gerakan cepat, ia menggengam pergelangan tangan Jimin, seakan-akan sedang menyalurkan kekuatan.

Sontak Jimin pun menaikkan alisnya, "Bu...ada ap-" kalimat Jimin terhenti karena dengan cepat ibu Yoora itu kembali membuka suara.

"Jimin... Ibu minta maaf ya nak... Ibu tau kamu sudah banyak terluka... Maafin Yoora yang selalu jadi penyebab utama di setiap luka yang kamu rasakan. Ibu minta maaf... Ibu ga bisa bantu kamu. Tapi Jimin...sebaiknya kamu berhenti... Sudah cukup penderitaan yang kamu rasakan, cukup nak... Kamu perlu bahagia..." ujar sang ibu dengan tatapan sendu.

Jimin pun mengerutkan keningnya dalam, jujur ia benar-benar terenyuh dengan kalimat itu. Lihatlah betapa lembut dan perhatiannya ibu dari gadisnya itu, mengapa Yoora tidak bisa melakukan hal yang sama? Mengapa?

THE GAME ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang